Kamis, Maret 06, 2014
8
JAKARTA–(IDB) : TNI terus meningkatkan kewaspadaannya atas kian meningkatnya eskalasi konflik di Laut China Selatan (LCS). Salah satu kewaspadaan dilakukan dengan melakukan penguatan militer di Natuna, wilayah yang berbatasan langsung dengan LCS.

Penguatan dilakukan di semua matra, yakni darat, laut, dan udara. Untuk TNI Angkatan Darat (AD), TNI bakal menambah satu batalion infanteri di Natuna. “Apache kita juga akan kita tempatkan di sana,” ungkap Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman saat kunjungan ke MNC Group Jakarta kemarin. TNI AD membeli helikopter serbu versi AH-64E tersebut dari Amerika Serikat sebanyak 8 unit.

Dijadwalkan helikopter datang secara bertahap mulai tahun depan. Menurut Budiman, 2 Apache yang datang tahun depan hanya untuk latihan. “Penambahan satu batalion infanteri di Natuna juga karena pertimbangan sekarang ini penduduk di pulau tersebut sudah semakin banyak. Kekayaannya juga banyak,” urainya.

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menegaskan, TNI akan melakukan penguatan TNI AD di Natuna dengan penambahan satu batalion, TNI Angkatan Laut (AL) dengan penguatan pangkalan angkatan laut (lanal), dan TNI Angkatan Udara (AU) dengan peningkatan pangkalan angkatan udara (lanud). “Sangat perlu ditempatkan pesawat tempur,” ujar dia.

Mantan KSAD itu menegaskan, TNI harus melihat perkembangan di LCS dengan penuh kewaspadaan. Menurut dia, apabila terjadi sesuatu di LCS, akan terjadi perembesan pengaruh itu terhadap wilayah Indonesia. Selainitu, posisigeografisNatuna yang strategis bisa dijadikan pangkalan oleh musuh sebelum masuk ke wilayah RI. Karena itu penambahan dan penempatan kekuatan yang proporsional di Natuna perlu dilakukan sebagai sistem peringatan dini bagi Indonesia dan TNI.

Moeldoko yang baru saja mengunjungi Panglima Angkatan Bersenjata China (PLA) di Beijing menambahkan, China menginginkan Indonesia ikut berkontribusi dalam menjaga stabilitas keamanan di wilayah LCS. “TNI akan memberikan kontribusi yang sangat positif dan Pemerintah China memberikan apresiasi yang sangat tinggi,” tuturnya.

Anggota Komisi I DPR Susaningtyas Kertopati mengakui saat ini terjadi peningkatan eskalasi konflik di LCS. Namun dia berharap, semua langkah yang dilakukan berdasarkan kajian yang matang. “Tapi apakah Angkatan Darat sudah perlu untuk ikut serta deployment pasukan, itu saya rasa butuh kajian mengingat biaya tentu tidak kecil,” sebutnya.

Politikus Hanura yang bersapaan akrab Nuning itu justru melihat penguatan TNI AL penting di Natuna. Dia menyoroti perlunya presiden segera menyetujui pembentukan Kohanla (Komando Pertahanan Laut) mengingat saat ini dari 17.499 pulau yang dimiliki Indonesia, terdapat 92 pulau terluar dan 12 pulau di antaranya merupakan pulau-pulau strategis di sepanjang perbatasan dengan negara tetangga.




Sumber : Sindo

8 komentar:

  1. beritanya yg itu" terus dri dulu...helinya masih mimpi...dasar indon pemimpi ulung...hhhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yah masih mending ada beritanya mlu dari pada lo malon sunyi ga ada suara soalnya duitnya ga cukup bwat beli.

      Hapus
  2. Penguatan AL dan AU di Natuna sangat mendesak.Indonesia harus bergerak cepat .Kalau tidak di dahului China yang akan menetapkan Zona identifikasi pertahanan udara.Seperti yang telah mereka lakukan di laut china timur.Yang paling berhak melalukan itu adalah Indonesia di Natuna.Jangan sampai kecolongan lagi seperti dengan Singapure.Ayo seluruh komponen bangsa ini cepat sadar dan bertindak.Dukung upaya TNI dalam menjaga wilayah kita dengan menggelontopkan dana untuk membangun basis militer di Natuna.

    BalasHapus
  3. Kalo penempatan apache atau pesawat tempur, gw rasa hal tsbt kurang tepat krn alat2 tsb membutuhkan waktu yg relatif lama dan juga minimnya jangkauan radar kita...yg perlu di perlukan adalah meriam berat, rudal hanud, personil yg jmlhnya cukup besar, persenjataan berat, kapal perang dgn jmlh banyak dgn di lengkapi rudal hanud yg handa...di jamin natuna susah di tembus....l

    BalasHapus
  4. Natuna terletak di lautan bebas dekat dengan lcs /scs di sengketakan antar negara , sekutu vs cina , harap waspada barat sekutu sering nusuk dari belakang dan tidak mengakui laut nkri .
    Mendingan china jauh 2 hari dari peta map sudah mengakui nkri .
    Yg patut kita perhatikan di dalam negeri plintat plintut , kalau apache di jadikan senjata utama di lcs natuna gak efektif jangkuan terbatas lamban hanya cukup mutar 2 di naruna , lcs /scs butuh alat pertahanan pemukul berkemampuan serang maritim jet tempur sukhoi yg ada sekarang kurang memadai sedikit ....dan bisa secepat kilat menghindar radar musuh , nahh....alat pertahanan hebat berdiplomasi penegah di hargai ....natuna harus di awasi kapal besar destroyer ,fregat ,sukhoi gampang di mobilisasi , natuna tidak butuh kodam makan biyaya besar dan kurang efektif pertempuran di natuna .

    BalasHapus
  5. Apache ditempatkan di NATUNA adalah pra syarat sebelum kita beli.Paman SAM bilang Apache nggak boleh di tarok di papua atau tempat lain.Jadi memang tak logis Apache di tarok untuk jaga laut . Natuna dan zee tentu lebih tepat di jaga marinir dan paskhas.

    BalasHapus
  6. Lah..pilot nya sudah mahir terbangin apache blum? Takut nya entar salah mendarat alias mendarat di laut pula....coba lah di latih pilot nya dulu....takut nya apache yg mahal itu sia sia aja,lbh mantap kalo beli su 35, kalo perlu pesawat bomber jarak jauh...khan kita belum ada pesawat kayak gituan

    BalasHapus
  7. sama seperti pernyataan "Leopard akan ditempatkan di perbatasan di Kalimantan." cuma wacana. Ujung2nya di Jawa lagi.

    BalasHapus