Senin, Januari 13, 2014
15
Lockheed Martin F-35 Lightning II
Lockheed Martin F-35 Lightning II
Pendahuluan

Prototipe pesawat siluman YF-22 mulai terbang tahun 1991 dan USAF berencana membeli total 650 pesawat. Model produksi F-22 Raptor mulai terbang tahun 1997 dan produksi pertama kali diserahkan ke Nellis Air Force BaseNevada, pada Januari 2003. Pada 6 April 2009, MenHan Amerika Gates mengusulkan penghentian produksi pada tahun 2011, dengan total produksi tinggal 187 pesawat, minus yang jatuh/ rusak, antara lain alasannya adalah untuk mempercepat produksi F-35. Estimasi biaya per unit pada tahun 2011 adalah 411 jt USD.

Lockheed Martin F-35 Lightning II adalah keluarga dari kursi tunggal, bermesin tunggal, pesawat tempur generasi kelima multirole yang sedang dikembangkan untuk melakukan serangan darat, pengintaian dan misi pertahanan udara dengan kemampuan siluman. F -35 memiliki tiga model utama, yaitu F-35A adalah varian lepas landas dan mendarat konvensional, F-35B adalah varian take-off pendek dan vertikal dan F-35C sebagai varian berbasis kapal induk. Program F-35 Lightning II telah mengalami sejumlah pembengkakan biaya dan keterlambatan perkembangan.

Semua pesawat di atas adalah yang disebut pesawat tempur generasi ke-5, atau pesawat siluman/ stealth, atau “VLO”, yang tidak bisa/ sangat sulit dideteksi oleh radar lawan, atau dengan kata lain anti-radar. Dunia (termasuk kita) kagum dengan pesawat siluman/ stealth dan menobatkannya sebagai jagoan yang selalu tak terkalahkan dibandingkan dengan pesawat tempur generasi sebelumnya gen 4 dan 4+ atau pesawat non-siluman. F-22 Raptor praktis menjadi benchmark pesawat tempur dunia.

Apakah memang demikian ?.  Tulisan ini, sebuah diskusi akademik yang disarikan dari berbagai sumber, mencoba mencari tahu jawabannya.

Kelemahan utama pesawat siluman

Pesawat jet cepat (siluman atau bukan) harus dipahami sebagai “obyek udara berenergi”. Jumlah “pekerjaan” yang diperlukan untuk mendorong sebuah objek dari transonik hingga kecepatan supersonik akan menghasilkan panas. Gelombang kejut yang terjadi merupakan fungsi dari kompresi dan gesekan udara oleh pesawat dan oleh karena itu terjadi pemanasan (lihat Gambar 1).

Gambar 1 Gelombang kejut
Gambar 1 Gelombang kejut
Hubungan ini disebut termodinamika. Setiap kali gas (udara) dikompres (diperas) – akan memanas. Hal ini sering disebut sebagai ‘panas kompresi.’ Daerah khas pemanasan termodinamika (bukan bagian dari pembakaran) adalah yang disebabkan oleh gesekan-panas “kompresi” dari atmosfer (gas) dengan badan pesawat (airframe) ketika kecepatan meningkat. Ditambah lagi sumber panas gas buang dari nozel mesin sebagai akibat pembakaran di dalam mesin (lihat Gambar 2).

Gambar 2 Sumber pemanasan pada pesawat
Gambar 2 Sumber pemanasan pada pesawat
Fitur “stealthy” F-22 mungkin memiliki kelemahan pertahanan terhadap deteksi dari sensor infra red airborne atau IRST yang diterbangkan pada ketinggian besar. Jika Raptor diterbangkan pada kecepatan tinggi dan ketinggian besar, terjadi pemanasan akibat gesekan badan pesawat dan kanopi, di samping sumber panas gas buang dari nozel mesin (Gambar 1, 2, 3,4 dan 6). 

Perlu dicatat bahwa pada 11.000 meter, temperatur atmosfer di luar adalah -56,5° C artinya di bawah nol, sedangkan temperatur karena gesekan udara adalah 54,4° C dengan kecepatan Mach 1,6 , dan 116,8 °C dengan kecepatan Mach 2; dengan kata lain, perbedaan temperatur antara pesawat dan udara ambien adalah lebih dari 100° C. Fenomena ini berlaku untuk semua pesawat tempur “VLO” pada kecepatan dan tinggi terbang tersebut.

Gambar 3 Sumber pemanasan gas buang
Gambar 3 Sumber pemanasan gas buang
Gambar 4 Lingkungan pesawat terbang
Gambar 4 Lingkungan pesawat terbang
Sensor IRST

Di atas disebutkan bahwa IRST (Infra Red Search & Tracking) yang dibawa pesawat terbang tinggi dapat mendeteksi fenomena pemanasan pesawat siluman (Stealth), dalam segala cuaca siang dan malam. Hujan dan awan memang berpengaruh, tetapi biasanya awan hanya terbentuk pada ketinggian 4000 m ke bawah. Dalam hal ini pesawat siluman tidak dapat menghindar (counter measure) karena ini adalah hukum alam/ fisika.

RCS – Radar Cross Section sasaran (Gambar 5) ditentukan oleh: 1) daya yang ditransmisikan ke arah sasaran; 2) jumlah daya yang mengenai sasaran dan dipantulkan kembali ke arah radar; 3) jumlah daya terpantul yang dicegat oleh antena radar; 4) lamanya waktu di mana radar ini menunjuk pada sasaran (TOT – time on target).

Gambar 5 Memindai VLO
Gambar 5 Memindai VLO
Masalah di sini adalah IRST (sensor IR) dapat “diperintahkan” radar, untuk mengikuti apa pun pelacakan radar, atau sebaliknya radar “diperintahkan” IRST untuk melacak apa pun yang “dilihat” oleh sensor IR. Jadi pada dasarnya: “TOT – time on target “. (Perhatikan angka “1″ dan “4″ dari Gambar 5 ).

Ini konsisten dengan informasi publik yang ada yang menyatakan bahwa Stealth lebih suka menghadapi “scanning” radar dari pada  “tracking” radar.

Ingat Stealth secara efektif adalah sebuah ’radio spektrum airfoil’ dan niatnya adalah untuk secara pasif mengurangi kekuatan lawan “2″ dan “3″ . Stealth tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan “1″ dan “4″. Stealth dapat menghasilkan beberapa jenis radio / radar transmisi jamming – penipuan, tapi ini kemudian berpotensi mengungkapkan posisinya .

Bukan masalah mudah untuk menyelesaikan problem pesawat tempur Stealth – yang memerlukan transmisi energi radio sendiri / kawan untuk menggunakan senjata utamanya di kisaran jarak. Masalah diperparah karena tanpa radio – transmisi – dukungan penargetan sendiri / kawan, awak pesawat Stealth bisa dipaksa untuk terbang ke pertempuran udara modern, lingkungan yang bermusuhan, dalam cakupan deteksi IRST sebelum Stealth dapat menembakkan senjatanya.

Sekarang lawan sudah lama dilengkapi dengan IRST seperti pesawat tempur Sukhoi Advanced Flanker Series (OLS)Eurofighter Typhoon (PIRATE),  dan Rafale (FSO). Lihat Gambar 6, 7 dan 8. Gambar 6 menunjukan IRST pada Su-35 Flanker (kiri) and T-50/PAK FA (kanan). Salah satu saja dapat menyebabkan masalah besar bagi F – 22. Perhatikan distorsi – kilauan panas besar di latar belakang – panas yang dihasilkan oleh semua pesawat yang bertenaga – siluman atau sebaliknya , terlepas dari asal Negara.

Perlu diingat bahwa pesawat tempur seperti Flanker bisa menggunakan rudal menengah R-77 ‘Adder’ versi IR, terlepas dari apa yang terjadi (atau tidak terjadi) dalam spektrum radio (dengan kurang memperhatikan RCS). Juga Flanker tidak menggunakan radar untuk melacak sasaran pertempuran udara bermanuver agresif untuk solusi penembakan. Hanya IRST dengan  laser rangefinder yang diperlukan. Jadi adalah wajar untuk mengatakan Flanker dengan IRST memiliki kemampuan udara-ke-udara yang kuat.

Gambar 6 IRST pada Su-35 Flanker (kiri) and T-50/PAK FA (kanan).
Gambar 6 IRST pada Su-35 Flanker (kiri) and T-50/PAK FA (kanan).
Gambar 7 PIRATE (IRST) di Typhoon
Gambar 7 PIRATE (IRST) di Typhoon
Gambar 8 Sistem IRST and IFF Kamera Televisi di Rafale
Gambar 8 Sistem IRST and IFF Kamera Televisi di Rafale
Integrasi IRST ke dalam sistem senjata dapat menghasilkan sebuah pesawat yang sangat tahan terhadap manuver “Beaming” / “Beam -turn” / “Doppler-turn ” manuver yang digunakan oleh lawan untuk memecahkan penguncian radar – karena sasaran sekarang menyajikan peningkatan aspek panas ke sensor.

Catatan sejarah Perang Dingin membuktikan hal ini. Pesawat pencegat Soviet Mig -25 PD / PDS Foxbat dan khususnya MiG – 31 Foxhound secara rutin melacak sorti pesawat pengintai Amerika SR-71 Blackbird di perbatasan Pakta Warsawa hanya menggunakan saluran inframerah (IRST) MiG.

Mereka hanya mengunci ke tanda tangan termal SR-71 yang sangat besar terbang pada kecepatan dan pada ketinggian – dilaporkan dari kisaran jarak lebih dari 100 km (62 mil). Foxbat dan Foxhound kemudian bisa mengunci Blackbird dengan radar utama mereka (info diperoleh dari IRST) ketika perintah diberikan untuk menyerang. Foxbat akan memakai 4 (empat) rudal R 40 (dua radar dan dua IR homing) dan MiG-31 Foxhound dengan R–33. SR-71 hampir pasti, akan tidak mampu mengatasinya bila ditargetkan dengan cara ini, yang selama ini tidak diketahui oleh publik.

Gambar 9 IRST pada MiG-31 (disebut peralatan multi-fungsi optical 'OMB') ditarik ke dalam hidung jika tidak digunakan
Apakah supersonik Raptor bisa mendekat dan manuver ke posisi tembak yang tak terlihat oleh sistem IRST masa depan yang modern telah menjadi sumber perdebatan dan kerahasiaan untuk beberapa waktu. 

Sistem-sistem IRST baru sangat sensitif yang bahkan pelepasan senjata rudal lawan dapat dideteksi dari semburan roketnya dan bahkan pemanasan kerucut hidungnya. Cukuplah untuk mengatakan bahwa perbaikan dan siklus–desain sensor IR tentu akan melebihi badan/ airframe pesawat siluman.


IRST pada Flanker (Gambar 6)  ini jelas terlihat tepat di depan kanopi. Lihat ukuran fisiknya. Sensor ini sepenuhnya terintegrasi ke dalam sistem senjata dan dapat memberikan isyarat target termal untuk radar, pilot atau keduanya. Menggunakan HMS (Helmet Mounted Sight) – penampakan : sensor, radar dan kepala pencari rudal – terlihat di mana pun pilot melihat.


IRST mungkin juga menggunakan data APM – Atmospheric Propagation Model ‘ yang disimpan sendiri untuk secara efektif “membuat tebakan” kisaran relatif jarak, aspek dan kecepatan sasaran tanpa radar atau laser pengintai. 

Pada dasarnya kinerja sendiri sensornya dikonstruksi untuk membangun sebuah model sensitivitas terhadap benda yang dikenal pada jarak dan kecepatan dikenal. Kemudian selama masa perang ketika IRST melihat sesuatu – akan dibandingkan dengan data APM yang dimiliki  - dan sistem senjata kemudian mengekstrapolasikan kisaran jarak dan baringan sasaran.


Jadi pada dasarnya varian lanjutan Flanker (dengan rudal kelas IR seeker R-77) dapat mempengaruhi pertempuran melawan radio spectrum airfoil supersonik (F-22) dengan menggunakan – semua sensor yang tersedia – dalam lima (5) cara :

  • 1)    Positif – Benar (Doppler): IRST menggunakan inframerah Doppler -shift w / APM untuk menentukan kisaran jarak sasaran.
  • 2)    Positif – Benar (Laser): IRST menggunakan inframerah dan memverifikasi jarak ke sasaran dengan laser range -finder .
  • 3)    Positif – Benar (Radar): IRST menggunakan inframerah dan memverifikasi jarak ke sasaran dengan radar.
  • 4)    Positif – Benar (Siklus): IRST menggunakan inframerah dan memverifikasi jarak ke sasaran dengan ulangi melalui langkah 1-2-3.

Dan akhirnya …

  • 5)    Secara konsepsual seseorang/ pilot dapat bertindak pada – ‘ Positif – Salah ‘ – bahkan jika siluman adalah 100 % efektif dalam spektrum radio :
    • a)      IRST memindai sesuatu.
    • b)      Arahkan radar Anda ke situ.
    • c)      Tidak ada pantulan radar kembali (atau hal aneh)? = Siluman.
    • d)      Kami/ Kawan tidak memiliki siluman .
    • e)      Pilih rudal R-77 IR – ‘ Tembak ! ‘

Rusia telah mengidentifikasi dua bidang utama untuk mengeksploitasi Raptor supersonik yaitu berputar di sekitar, dan berulang kembali ke dalam dua masalah ini :

  • Senjata utama F-22 .
  • Tanda tangan/ signature Termal F-22.


Logikanya jelas. Jika Raptor mencoba untuk memperbaiki situasi kinematiknya dengan menggunakan ketinggian tinggi dan kecepatan tinggi – dia akan meningkatkan paparan termal nya. Setiap usaha untuk mengurangi masalah propagasi termal – oleh kecepatan atau ketinggian rendah – berdampak langsung pada daya ( mengurangi jarak ) senjata utama dari Raptor.

Tidak ada jalan keluar …


Kelemahan lain pesawat siluman

Selain kelemahan utama seperti uraian di atas, Raptor juga mempunyai kelemahan lain :

1. Harga kelewat mahal.

Konsekwensinya tidak dibeli dalam kuantitas yang memadai (rencana semula 650 pesawat menjadi hanya 187 pesawat).

2. Biaya pemeliharaan yang mahal.


Ada tantangan untuk mempertahankan fitur siluman secara logistik setelah dicapai secara operasional. Bertambahnya usia pesawat siluman, meningkatan pemeliharaan LO yang diperlukan untuk mencegah degradasi fitur desain siluman yang unik. Pesawat sebelumnya  F-117 dan B-2 telah menderita “tingkat kapabilitas misi” rendah – yaitu, jumlah waktu bahwa pesawat tersebut dinilai tidak siap tempur – karena berlebihnya waktu untuk mengganti dan memperbaiki struktur dan permukaan terkait LO. 

Bayangkan apabila kondisi medan tempurnya seperti di Vietnam atau Indonesia, dengan hujan yang deras dan kelembaban sangat tinggi? Permasalahan tersebut telah diperburuk oleh kekurangan angkatan kerja terampil yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dan tuntutan pelatihan untuk menerbangkan jumlah pesawat yang terbatas, sehingga menunda perawatan yang dibutuhkan.


Tampaknya pasti bahwa F-22 yang supersonik, aerobatik dan F–35, termasuk yang berpangkalan di kapal induk akan menghadapi tantangan lingkungan dan logistik untuk mempertahankan fitur siluman mereka ketika dikerahkan ke garis depan.


Penutup

Pesawat siluman mempunyai kelebihan yang kuat, tetapi juga mempunyai kelemahan yang mendasar. Sampai sekarang, selain Amerika Serikat, baru Federasi Rusia dan China, yang mulai ikut mengembangkan pesawat siluman, antara lain karena kemampuan finansialnya selain teknologinya.


IRST adalah teknologi yang jauh lebih murah dan andal dibandingkan dengan VLO. Mungkin itulah sebabnya Negara maju Eropa serta Rusia lebih memilihnya dari pada VLO. Saat ini tingkat kemajuan IRST sudah hampir sama dengan kemampuan jarak sensor radar F-22. Tidak lama lagi hampir pasti akan melewatinya. 

Ingat bahwa sampai saat ini F-22 belum memiliki IRST, sedangkan F-35 memiliki Electro-Optical Targeting System (EOTS) dan Distributed Aperture System (DAS) yang optimal untuk sasaran di darat sesuai dengan misi utamanya yaitu ground attack bukan air dominance fighter.

Bagaimana dengan Indonesia? Kalau untuk memiliki pesawat tempur siluman semacam F-22 atau PAK FA, rasanya masih masuk kategori mimpi. Tapi untuk menghadapi siluman semacam F-35 cukuplah kita punya pesawat generasi 4++ semacam SU-35 atau Rafale.



Sumber : JKGR

15 komentar:

  1. sudah saya bilang, setiap teknologi pasti ada sisi kelemahannya, dan kelemahan itu bisa diatasi dengan teknologi yang baru.
    SU-35 bisa mendeteksi F-35 ataupun F-22. Rosiya josss.

    BalasHapus
  2. Analisanya lumayan cukup menarik, tetapi masih banyak hal yg perlu diketahui dan dipertimbangkn krn ini berkaitan dgn teknologi yg begitu sgt rumit. So masih banyak hal yg perlu dipertanyakn lg. Tetapi utk pesawat su 35 sdh pasti bisa melawan f 35..!

    BalasHapus
  3. Kemajuan tehnologi selalu berkembang ada siluman pasti di usahakan antinya demikian terus jadi kita tak harus punya pesawat siluman.Lebih baik fikirkan anti silumannya.KFX/IFX nanti tak harus siluman yang penting punya tehnologi terkini.Toh kita bukan negara agresor yangb harus menembus pertahanan negara lain.

    BalasHapus
  4. dari harganya saja saya gak setuju nalah masih banyak kelemahan.. untuk F35 atau F22 bahkan mimpi juga gak mau tuh jika Indonesia membelinya.. untuk penyeimbang biar tak terlalu mencolok, hibaah diterima bahkan beli yg lainnya termasuk heli (memperlambat agresi)
    lebih baik tidak punya ketimbang dijajah, bagaimanapun Indo bidikan selanjutnya buat penghancuran.. kalau sekedar dijajah c, sejak RI-1 jatuh mereka kembali menjajah.. "menir, paman asem, ratu bulukan, paris, sale baru" beserta antek-anteknya..
    sepertinya saya jatuh hati "........." sedang gripen+tot atau bahkan plus SU30 mendahului sebelum kedatangan SU35BM-SU35S menetap tinggal di Indo

    BalasHapus
  5. Pesawat tempur siluman seperti f 22, f 33, T50/PAK FA, J-31. Semuanya adlh jenis pesawat tempur banci pengecut.. Beraninya cuma sembunyi2 ngumpet dibalik silumannya. Pesawat tempur sejati adlh F 14 Tom Cat Si pembunuh Mig. F 14 Tom Cat adlh pesawat tempur yg paling sexy yg pernah dibuat dan yg paling banyak sukses menembak jatuh pesawat musuh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya juga siluman ya disitu kelebihannya suka sembunyi2..........

      Hapus
  6. Bro ano 15:38...kalo lagi perang di udara...ga kenal istilah banci, pengecut...prinsipnya FIRST LOOK FIRST KILL..realitanya adl : adu skill manuver pesawat, adu jaming radar lawan dan adu siapa cepat nge-lock posisi lawan..

    BalasHapus
  7. ano 15:38 bagaimana dgn mig 25 ada yg pernah menembak nya???
    ampe skrg F14 mau pun F15 yg terkenal rudal nya banyak blm mampu menembak jatuh mig 25

    ano 15.38 bagaimana dengan mig 25?? Pernah kah di tembak jatuh ma F14???
    Ada pertanyaan di atas.. Rudal R.77 pemandu nya menggunakan infla merah atau radar aktf homing yah?
    Soalnya prnah denger R77 dipandu dgn radar akitf..
    Klo pemandu radar akitif apa bisa menembak yg blm keliatan posisi nya apalagi nguber.. Mungkin klo posisi nya statis bisa kena.. Klo dia bergerak lincah gmn?
    Klo pun mnggunakan infla merah apa tidak ada kemungkinan F22 bisa ngles??
    Wlupun kecepatan nya tinggi. Setidak nya dia mengetahui lg di tembak dlm jarak 250km.. Maaf bukan ngbela F22.. Cuma pengen tau. Dan menyatukan berbagai sumber biar tau mana yg benar mana yg cm ngimpi doank.. Makasih sebelum nya




    BalasHapus
    Balasan
    1. Ano. 16.55. Sok tau deh loe kelihatan deh ente ga pernah baca sejarah pertempuran 14 tom cat. Pd saat perang iran iraq, pesawat tempur iran berhasil menembak jatuh 10 mig 25, 9 oleh f 14 terdiri dari mig 25 reconnaissance 1 mig 25 RB dan 1 jenis mig 25 PD, 1 lg oleh f 5. sedangkn utk mig 25 pernah menembak jatuh 2 F 15 israel pd saat perang syria israel.

      Hapus
  8. argumennya tidak membuat saya cerdas, bagaimana memberi pemahaman yg betul bagi orang bodoh seperti saya sehingga mendapat pencerahan.. apa orang cerdas, pintar dan beridiologi diharuskan mencemooh, menghujat mencaci bahkan menghina.. dimana rasa keadilan bagi orang lain bahkan saling menghormati-menghargai pun.. :(
    orang cerdas itu dimungkinkan lebih pandai menyampaikan kalimat yg pantas dibaca tentu saja buat diri sendiri dulu.. hihi...negara yg mampu membangun ekonomi hebat, membuat pesawat atau peralatan tempur power full pasti ketawa kalo baca argumen disini.."masih mending negara gw bisa, emang negara loe bisa apaan?" sedang majunya sebuah negara itu bergantung pada warga negaranya.
    berargumenlah yg bagus, perkataan dengan kalimat yg enak dibaca..pakek bahasa guru SD aja bagus tu apalagi prof..
    keritik atau saran itu yg membangun, bukan cemoohan,, mari kita dukung mengawasi kegiatan positif yg membangun tak terkecuali alutsista dlam negri.
    bangga, angkuh merasa paling tau yg dibuat luar negri, negara kita yg emonominya lemah bahkan dianggap miskin jor joran beli senjata ke luar negri itu terpaksa, karna kita tidak mampu membuatnya.

    mohon pencerahan.. ;(

    BalasHapus
  9. Menghadapi yang siluman siluman yg penting kita perkuat iman bacain yasin z pasti lari... gtu z ko repot. :d pokoknya Su35BM titik bungkus 1 skuadron di 2014

    BalasHapus
  10. Indonesia tidak perlu pesawat siluman,cukup S400 saja,disebar di semua titik kepulauan dari sabang sampai merauke.dijamin,silumanpun mikir dua kali mau nyerang indonesia

    BalasHapus
  11. Indon bisa brbuat apa dengan rongsokan f-16? saya rasa australia tdk usah repot2 beli f-35 klo untk mnghadpi pesawat sampah indon itu, dilihat aja dia jatuh sediri...wakakakaka

    BalasHapus
  12. ano 11.00
    tak apa, kami siap perang jika diserang, kami dapat merdeka mutlak karna perjuangan, bukan hibah ataupun dikasihani :-)

    BalasHapus
  13. Hal ini dikarenakan alat-alat militer buatan AS yang khusus dijual kepada negara-negara asing atau diluar negaranya, sudah ditanamkan micro chip dan program (software dan hardeware) yang dapat mendetaksi kordinat sasaran. Bahkan semua data dan misi, serta percakapann pilot dapat terpantau atau disadap langsung oleh satelit-satelit militer milik AS.

    http://forum.viva.co.id/politik/1452190-intelejen-bisa-sadap-komputer-tanpa-jaringan-internet.html

    BalasHapus