Minggu, Januari 26, 2014
21
ANALISIS-(IDB) : Tanpa banyak cakap, militer Indonesia mengerahkan berbagai kapal perang ke perairan halaman belakang rumahnya dimana di pagar halaman seberang itu ada Darwin, satu-satunya kota yang ada di Australia Utara, tak lebih besar dari kota Kupang di NTT.  Gerakan angkatan laut RI dengan menyebar kapal perang korvet, fregat, kapal cepat rudal dan kapal cepat torpedo dengan dukungan jet tempur Sukhoi dan 4 radar militer canggih yang baru dipasang menyadarkan Australia bahwa Indonesia sangat serius menyikapi sikap kepala batu pemerintahan Australia yang dipimpin si cowboy Tony Abbott.



Gaya keras kepala si Abbott ini sudah terlihat ketika masa kampanye dia tahun lalu untuk mengejar kursi Aussi One.  Dia bilang akan menempatkan sejumlah intelijen di Indonesia untuk memantau pergerakan manusia perahu, membeli perahu, membayar sejumlah sipil Indonesia untuk memberikan informasi tentang posisi manusia perahu yang hendak ke negeri selatan itu.   
Ini saja sejatinya sudah menyinggung harkat dan martabat kita, emangnya negeri ini tak bertuan.  Pernyataannya itu meski untuk konsumsi kampanye pemilihan umum jelas meremehkan pemerintah Indonesia.  Dia menang dan jadi Perdana Menteri salah satunya karena pernyataannya itu.  Tapi sekarang dia terjebak dengan jaring yang dia tebar sendiri.  Celakanya sebagian besar rakyatnya pun berbalik menghujat dia.

Embarkasi pasukan, sudah terbiasa


Ketika urusan sadap menyadap terkuak, gaya arogansi Abbott dipertontonkan dengan tak rela minta maaf. Bandingkan dengan gaya Obama ketika urusan yang sama dengan Jerman, lebih low profile dan meminta maaf kepada Jerman.  Yang dipertontonkan Abbott bukan gaya negarawan santun melainkan gaya preman seperti garis dan raut wajahnya yang keras. 
Bandingkan dengan Kevin Rudd yang ramah dan santun sehingga mampu mengambil hati rakyat dan bangsa ini.  Sesungguhnya irama hubungan Indonesia dan Australia tergantung gaya kepemimpinan negeri kanguru itu.  Oleh karena itu situasi hubungan yang buruk saat ini ada di koridor kepemimpinan pemerintah Australia, bukan pada rakyat dan bangsa Australia yang saat ini justru mengecam hebat cara si Abbott menangani pola hubungan bertetangganya dengan Indonesia.



Australia harus menyadari bahwa militer Indonesia tidak seperti lima tahun lalu.  Ketika diadakan Sail Komodo beberapa bulan yang lalu di depan Darwin sesungguhnya telah “tersedia” sedikitnya 30 kapal perang Indonesia berbagai jenis di halaman belakang kita. Hanya saja kita ini kan menganut politik perkawanan yang santun, jadi tak perlu pamer kekuatan.  Berhitung tentang kekuatan militer khususnya angkatan laut, sebenarnya Indonesia mampu mengerahkan 50 kapal perang ke perairan NTT dalam waktu singkat.  Ini sudah biasa dilakukan dalam setiap latihan Armada Jaya atau Latgab TNI.  Padahal jumlah itu hampir sama dengan kekuatan angkatan laut Australia yang memiliki 54 kapal perang.  Indonesia sendiri saat ini memiliki 160 kapal perang dan akan terus bertambah.

Satuan Radar Buraen Kupang, mata dan telinga NKRI


Gerakan kapal perang Indonesia ke NTT kita sambut positif karena ini langkah awal untuk menyatakan sikap menjunjung harkat. Kita tidak ingin berselisih dan mengajak tarung dengan negara manapun termasuk Australia.   
Namun pelecehan teritori perairan seperti yang diakui oleh Australia dan kemudian minta maaf tentu harus dijawab pula dengan langkah dan cara militer.  Menlu Marty tidak menggubris kata maaf dari Menlu Julie Bishop bahkan kembali menyudutkan Australia dengan menyatakan,” Coba kalau dari dulu sudah minta maaf, tidak akan seperti ini kan”.   
Kekuatan militer Indonesia dalam bulan dan tahun-tahun mendatang akan mendapat sejumlah alutsista sangar, misalnya kapal selam Kilo, jet tempur Sukhoi SU35, rudal SAM strategis dan lain-lain. Dengan kekuatan menuju kesetaraan ini Australia seharusnya berhitung cermat karena kekuatan yang tak bakalan ditandingi Australia seumur hidup adalah jumlah penduduk Indonesia yang sepuluh kali lipat dan punya karakter militan nasionalis.



Kita ingin sampaikan pesan pada Tony Abbott: “Kultur timur itu Bott, atau kultur Asia sesungguhnya lebih menghargai nilai-nilai kesantunan dan etika dalam bertetangga.  Memang beda sama kultur sampeyan yang anglo saxon itu.  Lebih sering mendikte, merasa paling jagoan, merasa paling pintar dan tahu segalanya.  Kalau sampeyan tinggal di Eropa gak papa.  Tapi sampeyan ada di lokasi adat istiadat di mana kesantunan dan tatakrama lebih dikedepankan. Lihat saja rumah di ranah ASEAN, rumah-rumah didalamnya selalu mengedepankan musyawarah dan kearifan meski ada konflik diantara sesama rumah. Nek sampeyan bisa memahami itu, kita yakin semua persoalan pertetanggaan kita dapat diselesaikan dengan musyawarah”.



“Tapi kalau tetap keras kepala ya rasain sendiri. Kata peribahasa menepuk air didulang tepercik muka sendiri. Anda sudah dipermalukan dunia dan PBB karena menelantarkan dan menyiksa manusia perahu.  Di dalam negeri pun sami mawon, anda dicerca di parlemen dan rakyat sendiri.  Ada peribahasa Pak Abbott, Air beriak tanda tak dalam, kayak sampeyan itu yang selalu umbar pernyataan petintang petinting.  Air tenang menghanyutkan, itulah gaya kami untuk tak umbar kalimat kumat.  Bukankah laut selatan itu dalam Bott, mungkin saja di kedalaman itu si Kilo siluman sudah bermain mata dengan ratu pantai selatan.  Bukankah air tenang itu menghanyutkan”.
Sumber : Analisis

21 komentar:

  1. Makan tu , tapi kyknya australia sengaja memancing situasi seperti ini disaat indonesia sedang memodernisasikan alutsistanya , tahun 2023 berani kyk gini langsung disikat dah ...

    BalasHapus
  2. Gue semakin yakin dengan keadaan Kilo Class di Indonesia nih , gue kuti diatas nih yaBukankah laut selatan itu dalam Bott, mungkin saja di kedalaman itu si Kilo siluman sudah bermain mata dengan ratu pantai selatan.  Bukankah air tenang itu menghanyutkan" , nah . Gamungkin juga russia langsung memberi indonesia 10 ks kilo kalo gaktau cara ngerawatnya , pasti indonesia sudah berhasil merawat kilo dengan baik , dan juga berita sebelumnya "KS U209 Overhaull" itu kyknya cuma berita pengalihan aj drh , so , ano2 yg lain berfikir lebih kritis dan cerdas ya ;)

    BalasHapus
  3. Australia mallbane mulai lupa , indonesia raya merdeka dari hasil geborontak ,Fredom not free !!! Hembusan aroma perang dan bau amis sudah mulai terasa , rasa sakit hati aroma timtim ...masih membekas !!!! Tidak ada salah nya rsa sakit hati itu kita balas sekarang !!!!

    BalasHapus
  4. Aussie sedang mentertawakan dirinya sendiri,dasar bule o'on alias oneng,kita kayak sedang nonton The Cosby show ya......
    kalau begini caranya ente mendekat ke Asia,keberadaan ente bakalan gak di anggap,siap siap saja ente jadi anak bawang.

    BalasHapus
  5. ini baru isi tulisan yg berbobot dan berkelas, gaya penulis yg berpendidikan, menggunakan pribahasa lbh santun drpd terang2an menyudutkan, salut2..

    BalasHapus
  6. RAWE RAWE RANTAS MALANG MALANG PUTUNG....TAK ADA YG BISA MENGHANCURKAN NKRI...KARENA SELURUH RAKYAT NKRI ADALAH MILITAN YG NASIONALIS.....ANDA JUAL KAMI BELI..!!! !!!

    BalasHapus
  7. Ausi tuh termasuk negara yang bukan pribumi makanya orangnya cukup keras kepala dan sombong, kl di eropa dia pantas seperti itu. warga pribumi ausi tuh suku oborigin yang ramah tamah seperti suku asia lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Klo gitu seharusnya suku aborigin kita bantu untuk meraih kemerdekaannya dong he.....

      Hapus
  8. KRI Cakra dan Nanggala bergentayangan di bawah Fregat !!

    BalasHapus
  9. dalam satu sisi mnutut ku, ku trimakasih ke ausi dngan sikap arogan ini... ini mengakibatkan DPR koar2 dan sangat emosi... kita sndiri tau kan bahwa INA tdak akan memulai kalo tidak 'disentil' oleh orang luar... kejadian ini mrupakan batu loncatan untuk menjadi yg lebih jauh... jadi ane sndiri mengucapkan trimakasih ama ausi jika gara2 ini kita bisa mendatangi lontong rasa daging super dari utara

    BalasHapus
  10. Dah patungan 100 ribu masing2 rakyat indonesia yg mampu supaya bs beli ber kilo kilo banyaknya...plus s 300 berlemper2

    BalasHapus
  11. Kami militan tak seperti abbot...
    Patungan beli s300 ide bagus tuh..hhhh

    BalasHapus
  12. satu nya 120 s/d 150 jt US
    klo di rupiahin brp duit tuh???
    Jgn kan beli S300 sumbangan buat mesjid aja susah nya minta ampun... Apalagi buat s300 yg notaben nya mereka ga ngerti apa2. Cm yg koment di blog militer doang yg tau.. Itu jg brp org aja...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hazuuuu.... om ano 15.32 pelan pelan doong namparnya.. :))

      Hapus
    2. ga pa2 lah nasionalis ok lah..merdeka

      Hapus
    3. Merdeka om, lahir batin ;) ok lah kalo begitu. hehee.. kayaknya kalo digerakin atasnama "nasionalisme" bisa jadi om, lebi resfek sama alutsista ketimbang pembangunan mesjid yg ga jadi jadi, ayoo aja ngejaring dipinggir jalan.. kasihan sama mesjidnya, padahal itukan tempat suci, kalah sama yg di kampung-kampung. di pedesaan mampu membangun mesjid yg kokoh, dijamin duania akherat, karna pembangunannya hasil jerih payah para petani.. yaa minimal jual pisang dan kerjakeras DKM. bagaimana pun, sebuah negara harus kuat pertahanannya, karna bukan hanya harus menawal lajunya ekonomi, melainkan "stabilitas.. "

      Hapus
  13. Pasti penulisnya temenku nih...

    BalasHapus
  14. Kalo kita blum punya destroyer sekelas Bremen ya cuman cemen aja buat jagain laut selatan, apalagi KCR 40m, kena ombak laut selatan langsung tenggelam

    BalasHapus
    Balasan
    1. jagan pesimis doong.. kalo tidak mampu dengan alutsista, bambu runcing aja bisa membunuh ribuan penjajah ko. itu fakta..
      apalagi sekarang TNI sedang membangun barisan kekuatan militernya.. yaa minimal sokongan doa dan menumbuhkan nasionalisme..

      Hapus