MANILA-(IDB) : Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen pesawat, PT Dirgantara
Indonesia (PTDI), berhasil memenangkan tender pengadaan pesawat untuk
militer Filipina.
Perusahaan pelat merah yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat, ini siap menjual 2 unit pesawat tipe NC212i dengan nilai US$ 18 juta atau setara 820 juta peso.
"Kita menang 2 unit NC212i di proyek Light Lift Aircraft nilai budget US$ 18 juta," kata Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/12/2013).
Tender pengadaan pesawat ini diadakan oleh Kementerian PertahananFiliphina untuk keperluan Angkatan Udara.
"Departemen of National Defense untuk keperluan Philippines Air Force," jelasnya.
Masa proses pengerjaan untuk 2 unit diproyeksi menelan waktu 18-20 bulan. NC212i sendiri merupakan pesawat generasi terbaru dari pesawat tipe NC212-200 atau NC212-400. Pesawat ini merupakan pesawat berukuran kecil.
Pesawat ini, bisa digunakan untuk keperluan komersial, angkut personil militer, kargo, misi khusus hingga transpotasi VIP. Untuk versi sipil penerbangan sipil, pesawat ini bisa dipasang 24 kursi penumpang.
Budiman menjelaskan, PTDI juga berencana mengikuti tender pesawat tipe medium di Kementerian Pertahanan Filiphina. PTDI siap menawarkan pesawat tipe CN235 Maritime Patrol Aircraft asli karya putra bangsa.
"Januari 2014 kita akan ikut tender berikutnya untuk 3-4 maritime patrol/military transport CN235," sebutnya.
Perusahaan pelat merah yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat, ini siap menjual 2 unit pesawat tipe NC212i dengan nilai US$ 18 juta atau setara 820 juta peso.
"Kita menang 2 unit NC212i di proyek Light Lift Aircraft nilai budget US$ 18 juta," kata Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/12/2013).
Tender pengadaan pesawat ini diadakan oleh Kementerian PertahananFiliphina untuk keperluan Angkatan Udara.
"Departemen of National Defense untuk keperluan Philippines Air Force," jelasnya.
Masa proses pengerjaan untuk 2 unit diproyeksi menelan waktu 18-20 bulan. NC212i sendiri merupakan pesawat generasi terbaru dari pesawat tipe NC212-200 atau NC212-400. Pesawat ini merupakan pesawat berukuran kecil.
Pesawat ini, bisa digunakan untuk keperluan komersial, angkut personil militer, kargo, misi khusus hingga transpotasi VIP. Untuk versi sipil penerbangan sipil, pesawat ini bisa dipasang 24 kursi penumpang.
Budiman menjelaskan, PTDI juga berencana mengikuti tender pesawat tipe medium di Kementerian Pertahanan Filiphina. PTDI siap menawarkan pesawat tipe CN235 Maritime Patrol Aircraft asli karya putra bangsa.
"Januari 2014 kita akan ikut tender berikutnya untuk 3-4 maritime patrol/military transport CN235," sebutnya.
Sumber : Detik
Ini berita yg meharumkan.menyenangkan semoga pt di lebih maju lagi dan jangan cuman rakit rakit pasang pasang truss
BalasHapusPT.DI mmg luar biasa. Walaupun dulu krisis moneter, skrg mlh sdh ekspor smpi afrika. Skrg tetangga pesan 2. smoga bsk kita tdk ekspor pesawat angkut sja. tpi pesawat tempur ori buatan pemuda/di RI
BalasHapushttp://www.military-today.com/apc/top_10_armored_personnel_carriers.htm Anoa di mana?
BalasHapusAnoa kelas 6x6 mas bro.. yg diulas 8x8.. kelasnya anoa ya apc condor ..
HapusMaju terus pt di..
BalasHapusPesanan Merpati sebanyak 20 unit Cassa 212-400 yg kontraknya di tanda tangani di S'pore sdh di serahkan belon??? Atau kontraknya di batalin? Atau sebagai abang-abang lambe alias ngomong doang, biar keliatan gimana gicuh!
HapusKok yg di gembar gemborkan sekarang 2 unit untuk Philipina.
klo saja bp habibie dg PT DI sejak dulu produk pswt light fighter COINsekelas OV10 bronco- GALEB- ALPHA JET- tucano..pasti pswt itu sudah bisa di gunakan RI dg bebas dari embargo...mudah2 an PT DI kelak bisa segera produksi light fighter sprti HAWK200-T50..
BalasHapusBebas embargo?
HapusAgar diketahui, bahwa PT DI itu pabrikan yg hampir seluruh kebutuhan dasar materialnya masih tergantung dengan pabrikan luar negeri.
Jadi g usah bicara mesin, avionic dan plaat aluminium yg jelas kita belum mempunyai pabriknya, sedang paku (rivet) buat nyambung aluminium saja belum ada.
Jadi masih rawan embargo. Menyedihkan memang.
Apa bedanya NC212-400 sama NC212i ?
BalasHapusNC212i adalah sebagai tanda bahwa Airbus Military sudah tidak memproduksi lagi pesawat generasi tsb karena semua lini produksinya sudah dipindahkan ke Indonesia, jadi PT Dirgantara Indonesia menjadi produsen tunggal di dunia untuk pesawat jenis tsb,sebentar lagi C 295 produksi juga dipindahkan semua ke Indonesia apabila Infrastrukturnya sudah lengkap,sehingga nantinya Airbus Military yang di Sevilla hanya memproduksi pesawat type besar seperti A400M saja.
Hapussalah nulis tuh admin nya harus nya C212-400
BalasHapuskalo C212-400 versi cassa
kalo NC 212i versi PT.DI dengan upgrade avionik terbaru dan modifikasi untuk menampung penumpangnya dari orang 24 jadi 28 org
liat di http://finance.detik.com/read/2013/06/04/140943/2264362/1036/mengintip-harga-pesawat-kebanggaan-ri-made-in-bandung
itu mah g usah diributkan, namanya juga orang awam.
HapusYg penting kapan ada industri dalam negeri yg sdh lulus standar Int. untuk jadi pemasok peralatan di PT DI.
Jangan mempunyai kesan seolah-olah PT DI mampu memproduksi bagian pesawat dari A sd. Z.
Tragis ini berita, kita sangat bangga PT DI menang tender di philipina pengadaan NC 212i namun di hari yang sama TNI AL menampilkan gambar pembelian Bonanza G36
BalasHapusBonanza G36 sebagai pesawat latih mas bro.... Casa 212i pesawat operasional angkut ringan... Beda kelas.
HapusLebih tragis lagi negeri-negeri jiran kita, Aushitt, Malingsia, Singapork yg katanya negara maju, yg kononnya negara maju. Pesawat Terbang aja tdk bisa buat apalagi buat Propelan, Roket, dan Missile?!
BalasHapusKerajaan akan konon melayu malingsia sangat tragis lg; beli kapal selam Scorpene Class dpt kapal tongkang, beli tank PT-91 Twardy dapat kaleng krupuk. Wakakaka,,, beli aja tdk becus, apalagi buat? utang luar negeri, judi halal, dan ternak babi aja yg BESAR!
Ngapain buat sendiri, ada duit ya beli saja.
HapusOngkos riset dan pengembangannya lebih mahal dan belum tentu dapat Sertipikat kelayakan dalam waktu pendek.
Belum lagi hasil produksi material siapa yg mau beli?
Kalau untuk keperluan sendiri ya g ekonomis, karena pasti tidak mencapai break even point.
Akhirnya rugi, menghabiskan devisa, dan belum ada industri dasar yg dapat mendukung produksi secara full sehingga ketergantungan dg pihak lain sangat besar, rawan embargo.
Menurut saya, mereka malah realistis dan logis, pragmatis nggak kaya penulis diatas yg masih kampungan alias cetek mikirnya. Penginnya bikin sendiri gagah dsbnya, orang mampunya baru bisa bikin nasi uduk kok mau bikin industri high technology.
Onani saja pake sabun lebih nyaman.
yoi, duit hasil laundry yo?
HapusRealistic?
BalasHapusRealistic to become a british slave until die. It's your destiny dude.
Bro, yo ever know a human fredom? ever feel a independence nation? Realistic to become a britsh dog until die. It's your faith...
ano 19.34 koment anda tepat sekali..
BalasHapuspt di bkn pabrik pesawat tp cm perakitan/assembly,detil pembuatannya hrs sesuai dgn pabrik induknya seperti cassa dan airbus,mesin dan perangkat avionik saja msh di pasok dr induknya..bedanya cm kandungan lokal utk pembuatan body dan pt di diberi hak penuh utk memasarkan..sama seperti pabrik samsung,Lg,toyota,honda dll yg ada di indonesia,jd jgn terlalu dibsr2kan,biasa saja koq..bener bgt jk malaysia,singapore lbh realistic drpd kita!
fungsi utamanya kan untuk penggunaan dalam negeri, bukan hanya mencari keuntungan semata.
BalasHapuskeuntungan punya pabrik pesawat sekelas PT DI adalah menambah kecintaan terhadap negeri sendiri, Indonesia.
Selamanya dan sukses putra bangsaku
BalasHapus