Kamis, Desember 05, 2013
17
Sementara nasib perancangan KXF/IFX tak kunjung jelas, industri Korea merilis konsep jet tempur  tandingan. Untuk menekan biaya, pesawat hanya mengusung satu mesin. Kemungkinan besar mereka akan gaet industri AS.



SEOUL-(IDB) : Kisah program perancangan pesawat tempur Korea-Indonesia KFX/IFX yang hingga kini masih terganjal kebijakan Pemerintah Korea Selatan, ada kemungikinan berakhir tidak menyenangkan bagi pihak Indonesia.  Mengutip pemberitaan Aviation Week & Space Technology (28/10/2013), industri kedirgantaraan Korea Selatan, Korea Aerospace Industries disinyalir tengah berusaha “mengalihkan” proyek prestisius ini ke pihak lain dengan mengubah spesifikasi teknis yang tak mengakomodir operational requirement yang diinginkan Indonesia.



Dalam spek teknis yang dimuat majalah kedirgantaraan terkemuka di AS tersebut, KFX versi terbaru ini tidak lagi menggunakan dua mesin pendorong, tetapi cukup satu mesin. KAI menamainya KFX-E, sebagai penanda bahwa engine-lah yang menjadi fokus perubahan agar konsep front-liner fighter Korea ini lebih realistis dikerjakan. Pada versi sebelumnya, KFX mengedepankan penggunaan dua mesin untuk mencerminkan ketangguhannya. Namun, dibelakang layar, KAI rupanya mengeluh karena penggunaan dua mesin membuat biaya pengembangannya tidak realistis alias sangat besar.



Dalam sebuah pertemuan, Korean Institute for Defense Analysis pernah mengungkap, pengembangan KFX bakal menelan biaya lebih dari 10 triliun won atau kira-kira dua kali lebih besar ketimbang membeli pesawat yang sudah jadi. Seperti diberitakan, Pemerintah Korea sempat tertarik membeli F-15 Silent Eagle untuk menepis risiko kegagalan dalam program KFX. Tapi belakangan, pilihan ini pun dianulir kembali oleh karena beberapa pertimbangan.



Angkasa mencatat, program prestisius yang mengokohkan persahabatan dua negara ini mulai bergulir sejak 2011. Tak lama setelah Presiden Lee Myung-bak bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta pertengahan 2010, kedua pihak merancang konsep dengan anggaran riset dan pembuatan sampai tahapan prototipe sebesar 8 miliar dolar AS. Prototipe ditargetkan kelar pada 2020 dan Indonesia siap menanggung 20% dari pembiayaan tersebut. Pesawat diyakini memiliki daya gentar yang amat tinggi karena sifat teknologi yang hanya dimengerti oleh kedua negara.



Bagi Korea, KFX diproyeksikan menjadi tulang punggung pertahanan udara untuk menggantikan jajaran jet tempur mesin ganda F-4 Phantom dan F-5 Tiger yang sudah habis masa  tugasnya. Sementara bagi Indonesia, pesawat ini akan diposisikan sebagai penangkal utama ancaman musuh, mendukung jajaran Sukhoi Su-27/30. Laiknya pesawat tempur untuk misi keunggulan di udara yang akan bertugas pada 2020, pesawat dirancang  menggunakan teknologi yang memang akan berjaya di masa tersebut.


“Kami memang belum menguasai seluruh teknologi yang diperlukan, namun telah diputuskan bahwa KFX/IFX akan menggunakan teknologi dari generasi 4,5,” ungkap Prof Dr Mulyo Widodo, salah satu enjinir utama dari Tim Indonesia, beberapa waktu lalu kepada Angkasa, tentang hasil riset sementara tim KFX/IFX. Serupa dengan Tim Indonesia yang terdiri dari unsur litbang (Litbang Kemhan, ITB, BPPT), industri (PT DI) dan user (TNI AU), Tim Korea juga diwakili unsur dari ADD (Agency for Defense Development), DAPA (Defence Acquisition Program Administration), pabrikan KAI, dan AU Korea Selatan. 



Sumber : Angkasa

17 komentar:

  1. ya kayak gitu sifat Korsel, kita sendri sudah makin tahu. kenapa tidak dibatalin saja itu kerja sama. karena harga diri dan kehormatan bangsa lebih penting dari pada khayalan kita. Sediakan dana yang cukup untuk merayu Rusia membuat pesawat generasi 6 hehe. karena Rusia sekarang tengah menyiapkannya. Tanggung lah kita sudah kepalang basah untuk bercita2 bisa membuat pesawat tempur. Please mikir

    BalasHapus
    Balasan
    1. emang oon pemimpin kita, padahal gelar titel dari luar negeri. otak nya msh bodoh,
      gak bisa bedain mana teman dan mana lawan. politik bebas aktif kita harus di tinjau ulang.

      Hapus
  2. uda di duga dari awal, us gak akan angasih korsel kerjasama dengan RI membangun generasi 4++, korsel cecunguknya as, keputusannya nanti pasti merugikan RI lari dari jalur perjanjian awal, lhat aja kapal selam mereka berusaha agar pembuatan di indonesia batal dengan alasan2 mereka...

    BalasHapus
  3. hmm. parah nih..
    siap2 kapal selam kita nasib nya sama kayak kfx.
    gw rasa indonesia harus ambil langkah tegas, batalin pula pembelian kapal selam nya.
    beli aja dari rusia...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Hmm..Masih ......HOAK.... Omm..itu dari media USA..!, :))
      sbg optional Low cost..!, itu cuma usul dari lockheed sbg optional. ane dah baca kok ori nya.
      lihat deh kata2 "disinyalir " , tapi sinyalnya bukan berita Official dari KAI sendiri.
      KAI sama sekali belum menyampaikan resmi apa2 ke media, kalau ada optional resmi pasti rekan2 di indonesia di beri tahu untuk diminta pendapatnya, karena mereka juga berhak sbg team project KFX/IFX.
      Yg saya tahu KAI masih menginginkan C-103 versi Twin Engine, Mereka sadar Hitungan2an bisnis kalau single engine nggak laku di pasar ASEAN, south America dan Mid-East (Iraq-24 unit TA-50IQ ) , yg sudah di garap lbh dulu oleh pasar TA-50/FA-50 , di thn 2020 ke atas F18,MIG29 dan F16 banyak yg pensiun, Gantinya apa?, klu suatu negara nggak bisa akses Fighter buatan USA atau sebaliknya(Rusia), pasti KAI akan mengisi kekosongan pasar itu.
      tapi seperti kata Menhan, apapun Jadinya KFX/IFX, RI ikut saja, karena SK leadernya. indonesia sejatinya mengejar ToT nya ( ilmunya ) sama kaya Airtech team (CASA-IPTN) saat Merancang CN-235 dulu , akhinya sukses advance ke N-250.
      >Stop gapnya sebelum 2020 sudah ada kok di daftar MEF stage 2 ( Su-35s/BM) :)

      Hapus
    3. Point penting nya:
      >KFX-E adalah proposal konsep dari KAI (lockheed internal+Polytics) tanpa melibatkan ADD Korsel dan Indonesia,KFX-E model hanya sebagai antisipasi seandainya KFX versi C103 atau C203 terlalu sulit atau Mahal teknologinya untuk dikembangkan.
      >Model C-103 dan C-203 itu dikembangkan oleh tim ADD Korsel yg dibantu KAI Korsel dan Tim Indonesia.
      >persen sharenya adalah 60% pemerintah Korsel (dalam hal ini adalah ADD Korsel), 20% Indonesia dan 20% swasta korsel(termasuk KAI). So, peluang konsep KAI KFX-E VS C103/C203 bagaimana ( % ) ?
      >KFX-E tidak memenuhi kebutuhan 600 nm combat raduis untuk indonesia, dan single Engine tidak memenuhi kebutuhan ROKAF yg menginginkan Twin Engine.

      Hapus
  4. Proyek pesawat tempur KFX / IFX makin kemari makin tidak jelas arahnya,sebaiknya Indonesia cepat mengambil sikap, negara negara yang mensupport Korea Selatan tidak rela memberikan teknologynya untuk dipelajari oleh Indonesia,mereka gak suka kalau Indonesia bisa membuat pesawat tempur dlsb,maunya mereka ya... Indonesia beli saja terus....gak usah bikin sendiri.

    BalasHapus
  5. Pesawat ukuran itu apa perlu pake dua mesin? F-16 satu mesin, SAAB Gripen satu mesin, dan kedua pesawat itu sekelas sama IFX cuma mereka nggak pake stealth.

    Ukuran pesawat segitu pake dua mesin biaya operasional dan perawatan bakalan mahal. Lagipula kita kan udah punya pesawat dua mesin yaitu Su-27/30

    BalasHapus
    Balasan
    1. namanya juga proyek pesawat masa depan,masa iya specnya biasa" aja..

      Hapus
  6. Kebodohan pemerintah RI sendiri, mau aja di kibulin...
    Apesss dah....

    BalasHapus
  7. Omongan BJ.Habibie terbukti. Mana nih ano-ano yg kemarin merendahkan pemikiran pak Habibie?

    BalasHapus
  8. VIVAnews - Indonesia sedang mengincar lima kapal selam yang dilengkapi senjata rudal dari Rusia. Selama ini Indonesia belum memiliki kapal selam jenis itu.



    Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Jumat 6 Desember 2013, mengatakan saat ini Indonesia sedang menjajaki pembelian lima kapal selam jenis Kilo dan Amur. "Ini untuk melengkapi kekuatan sistem pertehanan maritim yang masih sangat terbatas," kata dia.

    Purnomo menjelaskan Rusia menawarkan dua jenis kapal selam tipe Kilo Class dan Amur Class 950. Keduanya dilengkapi senjata seperti seperti peluru kendali, torpedo, antiranjau, dan antipeluru kendali, serta rudal Yakhont.

    "Rudal ini yang kita belum punya. Rudal ini mempunyai daya jelajah 300-400 kilometer dan bisa ditembakkan dari dalam laut ke permukaan," katanya.

    Penjajakan ini untuk melengkapai kekuatan maritim dari sisi upaya penangkalan, sekaligus melengkapi satuan pemukul.

    Lima kapal selam Rusia ini akan melengkapi dua kapal selam jenis U-209/1400 dari Jerman, tiga kapal selam jenis U-209 yang sedang dibangun di Korea Selatan, dan dua kapal selam jenis Scorten buatan Perancis.

    Indonesia terakhir membeli kapal selam pada tahun 1980-an. Purnomo mengatakan, wajar setelah 30 tahun pemerintah melakukan perbaikan dan melengkapi sistem pertahanan maritim. (eh

    BalasHapus
  9. pemerintah pingin tranfer teknologi, yg ada uang ditranfer teknologi lupa, ha2 , ini modus kriminal pak, sekarang indonesia jadi korban ,ha2,tersangkanya jawab sendiri lah ................................

    BalasHapus
  10. Jika begitu maunya korsel tetap saja kfx jalan terus sampai mereka officially cancel, paralel dengan itu kembangkan sendiri ifx jilid lain dengan membajak insinyur rusia atau cari di belajan dunia, bayar mahal mereka untuk tot, kalo perlu sediakan tiap hari tukang pijit cantik kayak artis di bungalow, bujuk ganti warga negara

    BalasHapus
  11. Haha dah ketauan paitnya Korsel, namanya juga sekutu amrik mana ada yang nguntungin. haha

    BalasHapus