Proposal ini muncul untuk mendukung tawaran dari pabrik pembuat
Sukhoi Su-35 yang telah dicoret dari daftar tender pembuat pesawat
tempur F-X2 Angkatan Udara Brasil, dengan nilai kontrak 36 pesawat
seharga 4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 40 triliun. Rusia masih
berharap dapat menjual Su-35s atau pesawat sejenis kepada Brasil di luar
kerangka tender yang dilakukan Brasil. Proposal ini juga diharapkan
sebagai katalisator (pemanis) untuk tercapainya kesepakatan dalam
proposal yang baru.
“Selama pembicaraan di Brasil, kami siap menawarkan partner kami
dengan pesawat tempur canggih seperti Su-35, juga untuk pengembangan
bersama dari pesawat generasi masa depan Tipe T-50″, ujar seorang
delegasi Rusia.
Pesawat tempur T-50 atau PAK-FA, merupakan pesawat andalan bagi
armada tempur Rusia masa depan. Pesawat ini berkemampuan multirole yang
mengusung teknologi siluman, super-maneuverability, kemampuan
super-cruise serta perangkat penerbangan canggih termasuk modul active
electronically scanned array radar.
Pada bulan April 2013, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan
pesawat pertama T-50 akan dioperasikan Angkatan Udara Rusia pada tahun
2016.
Rusia dan India telah mengembangkan turunan dari pesawat T-50 untuk
Angkatan Udara India. Menurut eksekutif Hindustan Aeronautics Limited
(HAL) India – sebagai pihak yang akan membangun pesawat-, kedua pihak
telah menyelesaikan disain awal pesawat tempur dan untuk sementara
pesawat itu disebut FGFA yang saat ini memasuki negosiasi disain kontrak
yang lebih rinci.
Tender pesawat tempur F- X2 merupakan upaya kedua dari Brasil untuk
mencari pengganti pesawat Northrop F – 5 serta Mirage Dassault, yang
telah menua. Tender sebelumnya proyek FX, dibatalkan pada tahun 2005
karena kekurangan dana.
Tiga pesaing resmi dalam proyek Tender pesawat tempur F- X2 Brasil
adalah: SAAB Gripen NG Swedia, Dassault Rafale Perancis dan Boeing FA –
18E / F Super Hornet Amerika Serikat.
Menurut Harian Defense Industry , pesawat tempur FA – 18E / F
kandidat terkuat untuk memenangkan tender ini pada kesepakatan bulan
September 2013. Namun karena National Security Agency (NSA) Amerika
Serikat memata-matai Kantor Kepresidenan Brasil, kesepakatan itu
akhirnya ditunda/ditahan.
Majalah Poder Aero Brazil mengutip pejabat
setempat mengatakan, Presiden Brasil Dilma Rousseff pada bulan lalu
memutuskan untuk menunda tender F-X2 hingga tahun 2015, setelah
pemilihan umum Brasil tahun depan.
Delegasi Rusia yang dipimpin Menteri Pertahanan Sergei Shoigu
mengunjungi Brasil dan Peru 14-17 Oktober 2013 untuk mempromosikan
alutsista dan persenjataan mereka. Kunjungan ini juga menyertakan Kepala
Federal Service for Military-Technical Cooperation (FSMTC), Alexander
Fomin, serta Kepala Ekspor Persenjataan Rosobornexport, Anatoly Isaikin.
Sumber : JKGR
amerika emang anjing, kantor presiden brasil aja di ma matain, kuapok lo gak jadi pesen kornetnya, ayo indonesia yang tegas dong
BalasHapus