Jumat, September 06, 2013
6
JAKARTA-(IDB) : Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) mensinyalir bahwa para teroris kini bergerak ke desa-desa. Mereka berupaya menanamkan paham radikal di sana.
 
Demikian ungkap Deputi 1 Bidang Pencegahan Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Mayor Jenderal Agus Surya Bakti, Kamis 5 September 2013. Menurut dia, untuk menekan dan mencegah ruang gerak para teroris di desa-desa, BNPT akan menggandeng TNI Angkatan Darat. 

"Selama ini kami baru bekerjasama dengan Polri," kata Agus di kantor BNPT, Jakarta. TNI AD, menurut Agus, mempunyai kemampuan pengawasan dan pengamanan teritorial hingga tingkat desa.
"TNI AD, dalam hal ini Bintara Pembina Desa (Babinsa), hanya menjalankan fungsi teritori sesuai kepentingan TNI. Kami ingin ke depan berjalan bersama," kata mantan Komandan Grup Kopassus itu.
Namun soal penindakan aksi teror yang terjadi, Agus menuturkan, saat ini pihaknya belum ingin bekerjasama dengan TNI. "Polri masih sanggup tangani itu. Kami fokus ke pencegahan dulu," katanya.

Selain itu, keterlibatan pemerintah daerah sebagai upaya pengawasan masih menjadi prioritas. Terutama koordinasi hingga tingkat kelurahan.

"Kami tidak punya kemampuan untuk mengawasi semua pesantren dan sekolah. Upaya deradikalisasi di wilayah itu cukup potensial. Kami minta bantuan unsur pemerintah daerah," tuturnya.

Agus mengakui unsur pemerintah juga rawan terhadap berbagai doktrin deradikalisasi. BNPT dalam hal ini akan melakukan upaya peningkatan kesadaran para PNS agar terhindar dari dradikalisasi. "Teroris itu musuh negara. Harus dilawan bersama," katanya.

Lebih Baik Terlambat Daripada Tidak Sama Sekali

Asisten Teritorial Kepala Staf Angkatan Darat, Mayor Jenderal Meris Wiryadi, Kamis 4 September 2013 menegaskan Angkatan Darat akan meningkatkan kembali fungsi pengawasan wilayah hingga ke pelosok. Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk menekan penyebaran paham radikal ke desa-desa.

"Dulu, jangan kan teroris di desa, jarum jatuh dijerami saja kami bisa tahu. Pengawasan teritori akan ditingkatkan setelah BNPT meminta kepada kami," kata Meris di Jakarta.

Meris menjelaskan, fungsi pengawasan yang sifatnya kontra teror hingga ke tingkat desa sudah lama ditinggalkan. "Itu setelah muncul undang undang dimana fungsi TNI untuk pengawasan teritori dan deradikalisasi dibatasi," katanya.

Semenjak itu, TNI AD dari pusat hingga Babinsa hanya menjalankan fungsi penjagaan teritorial sesuai kebutuhan. Dalam beberapa tahun terakhir, keterlibatan TNI dalam pengawasan ajaran radikalisme cenderung dilupakan.  "Ya lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali," ucapnya.

Jenderal bintang dua ini mengatakan TNI sejak lama mempunyai kemampuan kontra terorisme. Namun kemampuan itu jarang digunakan dalam penindakan. TNI hanya diperbantukan saat polisi meminta bantuan jika sudah kesulitan mengawasi keadaan.

Aksi pasukan anti teror terakhir yang dilakukan oleh TNI adalah pembebasan sandara kapal Sinar Kudus yang dibajak di Somalia. Dalam operasi itu unit anti teror TNI dari tiga matra diturunkan langsung.

Selama ini TNI AD mempunyai spesial unit Sat 81 di bawah Kopassus. Ini yang mengilhami berdirinya Densus 88 Mabes Polri. Untuk TNI AL mempunyai unit khusus Denjaka, sedangkan untuk TNI AU mempunyai Detasemen Bravo anti teror.






Sumber : Vivanews

6 komentar:

  1. yang perlu di benahi adalah moral para petinggi DPR dan wakIl staf" serta mentri yang ada..itulah akar dari teroris yg menghancurkan sosialisme di negeri ini.merekalah teroris yang merompak hati dan harta rakyat dengan janji" yg tak pernah di tepati,basmilah dulu para petinggi yg korupsi,,,karena mmerekalah yg menghancurkan citra bangsa ini,contoh cina,,SEORANG ANGGOTA DEWAN TINGGI DI MASUKAN DALAM KOLAM ES DI KARENAKAN KORUPSI SAMPAI DIA MATI DIA DI DALAM BAK MANDI
    BUAT NEGARA KITA NYAMAN SESUNGGUHNYA MUSUH KITA DARI DALAM YG MERUSAK BANGSA INI,SERTA MUSUH DARI LUAR ADALAH MEREKA PARA PENJAJAH NEGERI INI DENGAN MENANAMKAN USAHANYA DI NEGERI INI SETERUSNYA MENGHABISKANYA..

    Salam 1jiwa NkrI

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gimana mo kapok parakoruptor. indonesia beda ama cina. Di cina para koruptor di potong lehernya. Kl di indonesia para koruptor di potong masa tahanan nya...

      Hapus
  2. dari dulu kemana aja? innget zamannya orde baru,boro 2 jadi teroris,baru niat aj dah diciduk,itu gunananya intelejen

    BalasHapus
    Balasan
    1. saman orde baru dan sekarang gak ada bedanya haus akan kekuasaan dan serakah , kami liat tentara sudah di kerahkan buat bumi hagus rakyat , terroris paling menakugkan kruptor jadi pejabat dari migas tambang emmas habis di jarah berkoalisi dengan asing ini fakta Bunggg ...negaramu sudah oleng akibat ulah pejabat busuk , bagus nya pejabat busuk di dorrr kepalanya supaya kapok .

      Hapus
    2. aah kamu malon diam ajaa ... kalau kami baru mau digerayangi oleh asing ... kalau kamu memang sudah di kuasai asing ... kamu merdeka juga diberi oleh asing ...

      Hapus
  3. Penggembosan Intelijen dan fungsi teritorial dan industri alutsista TNI itu sudah jadi agenda Barat ... karena Indonesia dimasa depan menjadi gudang sumber energi yang sudah lama di incar !

    Nasionalisme yang didukung TNI sangat berbahaya bagi Barat karena itu akan menghambat globalisasi di ASEAN karena apa? karena dua pertiga wilayah ASEAN adalah wilayah Indonesia !!!

    Waspadailah LSM-LSM dukungan Barat yang beroperasi di Indonesia atas nama HAM dan nilai-nilai universal ... bagi mereka Indonesia bukan tanah air tapi wilayah operasi globalisasi!

    Baru sadar ya mazzz ... kemana aja selama reformasi maaaaazzz ???

    BalasHapus