MOSCOW-(IDB) : Sikap AS yang seringkali melangkahi lembaga Dewan Keamanan PBB,
dianggap Vladimir Putin telah keterlaluan. Presiden Rusia ini,
habis-habisan mempertahankan agar Suriah tidak diserang secara sepiahk
oleh AS, tanpa persetujuan PBB.
Rusia terus mengirim kapal perangnya ke
perairan Mediterania, bahkan melebihi armada kapal perang AS yang
berjumlah 5 destroyer. Putin pun mengancam Obama, bahwa Rusia akan
terlibat langsung dalam peperangan jika Suriah diserang oleh AS.
Ancaman Putin ternyata cukup manjur. AS berpikir ulang karena
khawatir perang tidak terkendali dan berakhir dengan nuklir. Rakyat AS
juga semakin khawatir. Mereka takut dengan kemungkinan serangan nuklir.
Hasil polling menunjukkan warga AS semakin banyak yang menentang
serangan militer ke Suriah, mencapai sekitar 60 persen. Suara Senat AS
akhirnya terpecah.
Bahkan suara-suara untuk melakukan impeachment
terhadap Obama, mulai disuarakan rakyat. Barack Obama akhirnya menunda
voting di senat yang hendak memutuskan apakah Suriah jadi diserang atau
dibatalkan. Obama menyetujui pembatalan serangn militer ke Suriah,
dengan syarat pemusnahan senjata kimianya Suriah oleh PBB. Inisiatif
pemusnahan ini disampaikan oleh Rusia. Ketegangan di Suriah sedikit
mereda.
Kasus Suriah ini, membuat Putin mengevaluasi kembali kebijakan Rusia
tentang ekspor alutsista. Rusia yang selama ini menuruti permintaan AS
untuk tidak menjual alutsista strategis, ternyata kena getah sendiri.
Dalam perhitungan geopolitik dan ekonomi, jika pemerintahan Suriah
jatuh dan menjadi pro-barat, maka jalur perdagangan Rusia- Suriah –
Timur Tengah akan berantakan. Negara-negara Timur Tengah tidak akan ada
lagi yang mau bersekutu dengan Rusia, karena tidak berguna. Begitu pula
dengan negara-negara di belahan dunia lainnya. Seperti halnya AS, Rusia
baru sadar, bahwa dia akan berguna, jika bisa melindungi sekutunya.
Dengan melindungi sekutu, maka Rusia dengan sendirinya memperluas
“lebensraum” alias ruang hidup.
Jika AS menempatkan dan membangun sistem pertahanan udara yang
canggih untuk negara Nato dan Sekutu, mengapa Rusia tidak ?. Apalagi AS
terlihat suka bertindak di luar ketentuan PBB.
Untuk itu, Vladimir Putin mengatakan, Rusia akan menyuplai Iran
dengan senjata anti-serangan udara S-300 yang akan ditempatkan di
reaktor nuklir Bushehr. Demikian laporan koran bisnis Kommersant, Rabu,
11 September 2013. Putin akan memperbarui perjanjian pengiriman lima
misil anti-serangan udara canggih. “Hal itu akan disampaikan Putin dalam
sebuah pertemuan dengan Presiden Iran Hassan Rowhani pada Jumat, 13
September 2013,” tulis Kommersant mengutip sumber yang dekat dengan
Kremlin.
Putin dijadwalkan berjumpa dengan Rowhani dalam sebuah pertemuan
Organisasi Kerjasama Shanghai yang digelar di Kyrgystan, Jumat, 13
September 2013.
Pada tahun 2007, Rusia meneken kontrak dengan Iran untuk pengiriman
senjata darat ke udara (misil anti-serangan udara) yang dapat digunakan
menembak jet tempur musuh atau sebagai penuntun misil senilai US$ 800
juta (sekitar Rp 9,2 triliun). Namun kontrak tersebut dibatalkan oleh
Presiden Dmitry Medvedev pada 2010 lantaran mendapatkan tekanan kuat
dari ASt dan Israel agar tak melanjutkan penjualan senjata anti-serangan
udara ke Iran. Pembatalan ini menuai protes Iran.
Vladimir Putin menyatakan bersedia mengirim senjata pesanan tersebut,
jika Iran menarik gugatannya senilai US$ 4 milyar (Rp 46 triliun) yang
diajukan ke pengadilan internasional di Jenewa terhadap eksportir
senjata Rusia. Kommersent menulis, Putin siap menyuplai Teheran dengan
modifikasi versi ekspor S-300 dengan model S-300VM Antey-2500.
Rusia juga mendesak Barat agar memperlunak sanksi terhadap Iran
setelah terpilihynya Rowhani, seorang ulama moderat, menjadi Presiden
Iran pada Juni 2013. Selain pengiriman senjata, Putin siap
menandatangani kesepakatan dengan Iran untuk membangun reaktor nuklir
kedua di Bushehr.
“Kesepakatan ini sesungguhnya secara ekonomi tidak menguntungkan,
namun harus dipandang dari sudut politik,” kata sumber itu. Rusia mulai
menghitung , untung rugi jika membiarkan negara Sekutunya jatuh satu
persatu.
Sumber : JKGR
putin mengambil pilihan yang tepat dengan merealisasikan ekspor senjata ke iran..hilang keuntungan.hilang kepercayaan hilang kongsi..era perang dingin itu masih hidup.bukankah rusia sudah dipagari rudal pertahanan udara milik AS/nato.dieropa.kalau rusia tak bertaring apa guna nya julukan beruang merah..lebih hebat beruang dikebun binatang..indra busana wanareja
BalasHapusgiliran indonesia jadi sekutu nya rusia biar irian jaya sulawesi NTT, tidak di caplok AS.JAYALAH INDONESIARAYAAAAA ;((
BalasHapuskapan nich indonesia di bekali s300-s400 kayanya lama amat lmooooot ke buru di serang dari pulau cocos
BalasHapusJauh kayaknya,,,,,.roket LAPAN ajalah.tapi daya jangkaunya di modif hingga 1000Km udah lumayan jadi momok.Anak Bangsa sudah sangat Mampu asal..........
BalasHapustidak ada salahnya indonesia menjalin hubungan yang sangat dekat dengan rusia,membeli senjata dan peralatan tempur dari rusia seperti SU35BM,rudal S300 family duet pantsyr,10 kasel klas kilo dan kapal perang destroyer..untuk alutsista yang lain nyusul setelahnya.klo indonesia punya itu semua aku yakin seyakin yakinnya negara manapun akan sungkan,segan dan berfikir 1000x untuk mengusik indonesia.
BalasHapus