Selasa, September 17, 2013
15
JAKARTA-(IDB) : Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia seyogyanya membangun armada kapal selam guna mewujudkan TNI Angkatan Laut yang handal dan disegani menuju world class navy. Pembangunan kapal selam ini dipandang perlu untuk mendukung pertahanan negara yang efektif dan berdaya tanggal tinggi. Saat ini, TNI AL sedang merancang untuk mmbangun pangkalan kapal selam di Palu, Sulawesi Tengah.

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Marsetio mengatakan pembangunan kekuatan pertahanan harus sejalan dengan strategi pertahanan negara yang tepat dan mampu memaksimalkan pendayagunaan seluruh sumber daya nasional dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

Menurut Marsetio, sejarah membuktikan bahwa kapal selam merupakan senjata penghancur lawan yang sangat sukses. Terbukti dalam keterlibatan kapal selam selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II, perang India-Pakistan, perang Malvinas dan perang dingin.

“Kapal selam merupakan salah satu kekuatan Angkatan Laut yang memiliki kemampuan handal sebagai salah satu striking force paling ditakuti dalam perang laut, sulit dideteksi lawan dan dapat menyusup ke jantung pertahanan daerah lawan tanpa diketahui,” kata KSAL Laksamana TNI Marsetio saat membuka Sarasehan Kapal Selam di Wisma Elang Laut, Jakarta, Minggu (15/9).

Sarasehan ini mengangkat tema ‘Kapal Selam Ke Depan’ yang diselenggarakan tepat pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-54 Satuan Kapal Selam, TNI AL. Dalam acara ini hadir Warga Korps Hiu Kencana sebutan untuk Satuan Kapal Selam.

Sarasehan ini juga menampilkan pembicara yakni Pengamat Militer, Kusnanto Anggoro dengan topik Peran Kapal Selam dalam sistem pertahanan negara maritim; Asisten Perencanaan KSAL, Laksda TNI Ade Supande tentang Rencana Strategis TNI AL dalam Membangun Kapal Selam ke depan; mantan KSAL, Laksamana TNI (Purn) Sumardjono tentang kebijakan industri pertahanan dan Pangarmatim Laksda TNI Agung Pramono tentang Pembangunan Submarine Training dan persiapan personel pengawak kapal selam dalam rangka menyongsong kebangkitan kekuatan kapal selam.

Menurut Marsetio, kapal selama yang dibangun saat ini memiliki tingkat kesenyapan dengan Radiated Noise Level yang rendah, tingkat penghindaran deteksi ((silent and stealthy), memiliki persenjataan yang mematikan (deadly), dapat beroperasi secara individu, tidak membutuhkan escort atau perlindungan baik oleh kapal permukaan oleh pesawat udara.

Kapal selam ini juga mampu membawa personel pengawak yang cukup banyak rata-rata 10 prseonel dan tim-tim khusus dengan akomodasi yang memadai. Dengan begitu, dapat digunakan untuk operasi-operasi infiltrasi dan sabotase.

Marsetio berpendapat kapal selam bagi Indonesia merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipungkuri, karena akan menimbulkan efek daya tangkal sekaligus memberikan pengamanan yang optimal di laut.

Dalam perencanaan strategis TNI AL sesuai dengan kekuatan pokok minimum membutuhkan kekuatan kapal selam sebanyak 5 unit yakni 3 unit pengadaan baru dan 2 unit direvitalisasi. Namun dalam postur ideal, menurut Marsetio, TNI AL membutuhkan kekuatan kapal selam sebanyak 10 unit yang baru.

Ia menjelaskan pengadaan kapal selam Pinjaman Luar Negeri/Kredit Ekspor (PLN/KE) yang saat ini sedang berjalan di Korea Selatan sebanyak 1 unit. Berdasarkan rencana pemenuhan kekuatan pokok minimum TNI AL tahun 2010-2014 akan dibangun kapal selam diesel elektric (DE) yang sudah terkontrak 3 unit dan akan berakhir hingga tahun 2017.

“Pembangunan kapal selam ke-3 akan dibangun di galangan lokal dengan memaksimalkan transfer of technology (TOT),” kata Marsetio.

Sementara Pangarmatim, Laksda TNI Agung Pramono mengatakan kapal selam merupakan alutsista TNI AL memiliki sifat atktis khusus dengan reka bentuk dan tingkat teknologi yang dapat melaksanakan berbagai operasi dengan tingkat kerahasiaan tinggi dan resiko tinggi. Karena itu, dalam pelaksanaannya diperlukan pengawak yang memiliki profesionalitas yang tinggi pula.

Agung membenarkan, sejak berdiri Satuan Kapal Selam pada tahun 1959 hingga saat ini, fasilitas pangkalan khususnya untuk pelatihan awak kapal selam amat sangat kurang. Begitu kurangnya frekuensi operasi unsur-unsur Satuan Kapal Selam dapat berimplikasi pada terjadinya degradasi kemampuan dan profesionalisme pengawak kapal selam.

Mantan KSAL, Laksamana TNI (Purn) Sumardjono mengingatkan bahwa anggaran jangan dijadikan alasan pembenar untuk tidak bisa bangkit memenuhi kebutuhan alutsista dalam memperkuat postur pertahanan. “Indonesia perlu melangkah menuju kemandirian nasional dalam memenuhi kebutuhan peralatan pertahanan,” kata Sumardjono.

Hibah Kapal Selam

Pengamat Militer Kusnanto Anggoro menyarakan kepada pemerintah Indonesia khususnya TNI AL untuk menerima hibah 10 unit kapal selam dari Rusia.

“Kalau pengadaan kapal selam masih kurang dari 18 unit masih bisa diterima karena masih dalam batas kebutuhan sesuai geografis Indonesia sebagai negara maritim,” kata Kusnanto Anggoro.

KSAL Marsetio menyatakan telah mendapat perintah dari Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro untuk meninjau kemungkinan untuk menerima hibah 10 unit kapal selam dari Rusia.





Sumber : Jurnas

15 komentar:

  1. Indonesia sangat butuh yang satu ini klaau perlu ratusan.,...dana nya dari hasil nasionalisasi kekayaan alam indonesia......yang setuju kunjungi blog Dunia Militer Terkini

    BalasHapus
  2. oeeiiiiiii jangan kebanyakan omong...rakyat itu selalu dungkung...buktikan saja

    BalasHapus
  3. Hibah 10 ks RUSIA,....Wow Plotikik yg sangat jitu. LANJUTKAAAAANNN ;((

    BalasHapus
  4. pasti mendapat ganjalan dari asu, negara kita di kepung negara satelit asu. pasti mereka terpukul moral nya jika asu tidak komplin

    BalasHapus
  5. kantongin aja 10 ks russia..kalo perlu tambah yang kelas kilo..
    Kalo as komplain pura2 budek aja.
    Pasti AL kita jadi woke...
    Negara merdeka kok takut diintervensi asing..lucu

    BalasHapus
  6. Indon tu bisanya bikin kapal kebakar macam klewang...

    BalasHapus
  7. Kayaknya mimpi punya ks kilo bakal tetap jadi mimpi.Soalnya yang ditawarkan om rusky kelas kilo ,yang di Indonesia dianggap nggak cocok buat laut indonesia.Kalo gitu gih sono beli ks midget korut yang banyak.

    BalasHapus
  8. Kilo yg 10 biji...itu kan dah lama di sini !

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul bgt ano, cm hanya org tertentu yg sudah lihat langsung KILO PUNYA INDONESIA

      Hapus
  9. Nah gara-gara 10 kapal selam ini nih ... makanya LSM-LSM asing mulai bergerak bikin analisa DPR kurang pengawasan ke TNI ... padahal kita tahu orang DPR itu mayoritas kelompok reformasi yang tidak suka TNI ! sekarang dibilang DPR kurang pengawasan???? gila kaliii yaaa LSM beronjongan asing tuh? kayaknya mau gua tantang berantem aja deh sini lu ke Tg. Priok lu !

    BalasHapus
  10. SERATUS KILO LADA ADA TUH DI AMBON.......BUAT SOP ,,,,XI.XI...KI,,KI. NGARAP LOL

    BalasHapus
  11. 1 kilo+ 2 kilo= 3 kilo, beli 10 kilo aja bang....

    BalasHapus
  12. Pantes dollar d taekin k truck he... bayarnya pake rubel aja pak de BY he he.....

    BalasHapus
  13. Gak apa cuma dapat 10 Kilo, ke depan bisa ditingkatkan menjadi satu Kwintal atau bahkan satu ton

    BalasHapus
  14. Tawaran hibah 10 eks ks dari rusia merupakan kesempatan yg sangat menarik dan jangan disia-siakan guna memperkuat pertahanan NKRI
    sekaligus meningkatkan wibawa Indonesia di mata dunia.

    BalasHapus