JAKARTA-(IDB) : Pesawat
Udara Nir Awak (PUNA) atau lebih dikenal dengan pesawat tanpa awak
mulai diproduksi tahun ini oleh industri pertahanan dalam negeri. TNI
Angkatan Udara telah memesan tiga unit PUNA dari PT Dirgantara
Indonesia.
"Tahun ini sudah dipesan tiga unit dari TNI AU," ujar Direktur
Teknologi dan Pengembangan Enginerring PT DI, Andi Alisjahbana dalam
siaran pers PT DI yang diterima wartawan di Jakarta, Sabtu (13/7). Pada
hari yang sama, PT DI menyerahkan 1 unit Helikopter Bell 412 EP hibah
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur kepada TNI Angkatan Darat di
Hanggar Rotary Wing PT DI. Helikopter ini senilai Rp 120 miliar.
Pesawat tanpa awak yang dipesan TNI AU, spesifikasinya low boom,
bentang sayap 6,34 meter, berat 60 kilogram, berat muatan 25 kilogram,
sistem prolusi mesin bensin dua tak,max 22 HP, muatan kamera video.
Semantara, lepas landas 130 kilogram, kecepatan jelajah 55 Knot,
ketahanan terbang 4 jam, jarak jelajah 200 kilometer, ketinggian 12.000
ft, jarak lepas landas 300 meter, tempat pendaratan darat, dan sistem
kendali manual maupun autopilot
Andi mengungkapkan pemesanan dari TNI AU akan terus berkembang hingga
mencapai target awal satu skuadron. Pesawat tanpa awak akan dioperasikan
untuk pengintaian dan pengawasan di wilayah perbatasan negara.
Pengerjaan PUNA merupakan sinergi PT DI, Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) dan PT LEN. Sinergi itu akan menghasilkan pesawat yang
membantu mengatasi permasalahan senjata militer di TNI.
"Ini merupakan solusi karena dapat digunakan sebagai pengawasan darat
selain itu teknologi kamera dapat mengambil data dan mengirimkannya di
darat, maka dari itu pesawat tanpa awak ini akan dikembangkan dalam
kedepannya," kata Andi.
Sumber : SuaraKarya
Terbang tinggi wulungku . Semoga kedepannya specnya semakin hebat .Ketahanan terbang sampai 24 jam atau lebih muatannya pun semakin ok
BalasHapusKenapa nggak dilanjutin dulu riset nya? Kalo uda okok baru produksi masal.
BalasHapusJarak radius 200 km, Muatan Kamera buat apa?
Cuma bisa buat ngintai ?
Beli Heron Aja, tapi minta sarat TOT.
Ooh PT DI yang buat, kiraiin BPPT sama PT LEN yang produksi. Maklum aza takut nanti telat jadinya...kaya yang udah udah
BalasHapusbuat apa uav daya jangkau keci.l?????negara kita maritim.....kita perlu uav daya jangkau 1000-5000km...buat awasi batas laut......modif tuh...pesawat seukuran supertucano....pasti bisa menjelajah lebih 1000km....itu baru namanya uav....bukan ecek2...baru beberapa kilometer balik kucing
BalasHapusPesan 2 bh pak bisa gak?
BalasHapusmasih kurang gahar UAV nya,,,,
BalasHapuskapan donk bisa di beri cantelan boom,, plus machine gun 12mm.. jadi begitu ada penyusup masuk bisa langsung di exsekusi tanpa nunggu bantuan datang
KPK pesen satu donk pak, yang pake kamera tembus pandang , lumayan buat mata-matai para koruptor...
BalasHapusPesen atu pak yg pake kamera real time ye.....buat nguntit Dewi Sandra. MasyaAllah :)
BalasHapusbeli saja pesawat remote kontrol trus kasi tuh handycam daripada UAV miliaran rupiah kayak gini,nanggung bgt kemampuannya.
BalasHapuskomen2 goblok org2 yg gkbisa apa2, cuma NATO (not act talk only, bisany cuma nuntut gk bisa beri kontribusi..
BalasHapusmasih mending didukung tuh uav bikinan anak negeri, dibeli biar ada modal buat pengembangan, masih aja ada komen2 goblok dari smpah2 indonesia kyk diatas
Sabar mas bro sabar
BalasHapusKok pakainya mesin yang 2 tak, kenapa nggak pake yang 4 tak kan lebih irit...
BalasHapus