Jumat, Juli 12, 2013
10
JAKARTA-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Rabu (10/7), memberikan ceramah kepada peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLIX Lemhanas RI di  Gedung Lemhanas, Jakarta, tentang “Optimalisasi Industri Pertahanan Dalam Mendukung Kebutuhan Alutsista”.  Saat mengawali ceramahnya Wamenhan menjelaskan bahwa Bangsa Indonesia menjadi kuat ketika mempunyai sistem politik, ekonomi dan pertahanan yang kuat dan hal itu perlu ditunjang dengan Industri Pertahanan yang kuat pula (strong defence capability).

Saat ini, jelas Wamenhan, prioritas kebijakan industri pertahanan dalam negeri adalah meningkatkan kapasitas produksi nasional, meningkatkan transfer of technology, joint production dan ekspor alutsista. Sehingga diharapkan di masa mendatang Indonesia memiliki industri pertahanan dalam negeri yang mandiri yang memiliki mobilitas tinggi dan menjadi alat pemukul yang dahsyat.

Dijelaskan oleh Wamenhan mengenai urgensi industri pertahanan yaitu negara kuat ketika keamanan berinteraksi dengan kesejahteraan, untuk mendapatkannya, harus dimiliki reinforcement berupa industri pertahanan. Wamenhan menekankan bahwa sistem pertahanan negara membutuhkan ketersediaan alat peralatan pertahanan dan keamanan, didukung oleh kemampuan industri pertahanan dalam negeri yang mandiri guna mencapai tujuan nasional.

Di satu pihak, industri pertahanan yang mandiri juga memberikan efek deterent dan di lain pihak, memberikan multi efek termasuk di bidang ekonomi bagi pembangunan nasional. Industri pertahanan dalam negeri yang sempat kolaps pada awal era reformasi, dibangun kembali sejak tahun 2004 dimulai dengan diadakannya roundtable discussion di Kementerian Pertahanan dalam upaya revitalisasi industri pertahanan dipimpin langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hingga kemudian lahirlah Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) pada tahun 2010, dan kemudian keberadaannya dikukuhkan dengan lahirnya UU No 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

Komite yang dipimpin langsung oleh Presiden ini bertugas menentukan arah strategis pembangunan industri pertahanan dalam negeri. Didalamnya terdapat lima Menteri Kabinet yang terkait yaitu Menteri Pertahanan sebagai leading sector, Menteri BUMN, Menteri Perindustrian, Menteri Riset dan Teknologi dan Menteri Keuangan.

Peserta PPRA XLIX Lemhanas kali ini terdiri dari 80 orang peserta yang merupakan Perwira TNI, Polri, PNS Kementerian/Lembaga Negara, PNS Pemprov dan Pemda, Perwakilan dari Ormas dan peserta dari negara sahabat.







Sumber : Kemhan

10 komentar:

  1. Sistim Pertahanan Yg Kuat Perlu Ditunjang Oleh Industri Yg Kuat.
    Kapan mau kuatnya Pertahanan kita, kalo hampir seluruh Industri Pertahanan yg ada di Indonesia seluruh kebutuhan bahan bakunya masih tergantung pada bahan import.
    Jangankan plaat baja tahan peluru, paku "rivet" untuk pesawat terbang saja masih import.
    Apalagi untuk sistim yg terpasang, apakah itu "speedometer" atau "lampu indikator" atau ban luar / dalam untuk panser semua masih import.
    Yg nggak import hanya SDM nya dan para pejabatnya yg jago buat pabrik kantong sambil senyum "kecut" buat apa susah2 beli saja dari luar negeri kita malah dpt komisinya.

    BalasHapus
  2. (sebagian) industri pertahanan kita belum bisa dikatakan industri pertahanan, levelnya masih seperti kelurahan, kecamatan aja belum nyampe... DICARI, sopo sing iso ngganti tradisi n biro krasi sing ra produktif iki. terutama birokrasi nang bidang industri pertahanan yg nota bene adalah tembok rumah dan negara, pagar pelindung keamanan bangsa kebanggaan rakyat indonesia.

    BalasHapus
  3. Indonesia harus di tunjang pejabat yg kuat. ?...Kuat seperti sekarang. Hhh...kuat gak tahu malu !!...

    BalasHapus
  4. Pejabat yg kuat sekarang rata-rata kuat membuat proposal dan di dalam proposal itu terselip dg halus "mark-up" harga.
    Apalagi kalau proposal pembelian dg fasilitas kredit ekspor.
    Yang kuat iman sih banyak tapi ternyata lebih kuat lagi iminnya.......jadi pejabatnya ternyata banyak terpengaruh dengan "IMIN" dan bukan Iman.
    Ngomong koar2 tapi kadang nggak mawas diri bahwa dirinya ternyata belum mawas dg situasi dan kondisi yang telah mereka ciptakan sendiri, yaitu masih sekedar retorika belaka alias NATO = No Action Talk Only.
    Sontoloyo, mblegeduk, koyo entute jaran mlayu....preeettt, preeetttt.....

    BalasHapus
  5. Gimana indudtri pettahanan indonrsia jd kuat....udah ada komodo eh malah mau beli land lover inggris. Dasar pengkianat bgs. Gue kenicingin dulu palanya biar otaknya bersih.

    BalasHapus
  6. Sistem pertahanan kuat yg jelas jgn ditunjang KORUPTOR!!!

    BalasHapus
  7. harus punya dulu pemimpin yg bersih n berani,gak lembek n letoy kayak yg sekarang,diam2 menghanyutkan uang negara.

    BalasHapus
  8. Nggak cocok dg pernyataan para birokrat bahwa kita sdh mampu segalanya dalam masalah industri senjata.
    UAV "canggih" ( cangkeme birokrat sing nggah nggih ) alias ya, ya, Bapak padahal UAV berisik hanya mampu terbang 1 jam, itu mah seperti mainan "U" control.
    Katanya sdh mampu produksi ribuan roket bahkan rudal, ternyata rudal dan roket untuk kapal TNI masih nunggu import dari China.
    Katanya sdh mampu membuat panser lapis baja, padahal semuanya masih impor, pabrik disini cuma jadi "tukang jahit" doang.
    Bohong ke rakyat kok nggak bosan2.
    Di beri state credit nggak di manfaatkan tapi justru senang dg credit eksport dimana harga materialnya dinaikkan jadi 5 kali lipat.
    Katanya kalau beli alutsista cukup dg "G" to "G" tidak diperlukan lagi agen atau perantara, nyatanya masih pakai keagenan untuk ngatur pembagian komisi.

    BalasHapus
  9. Soal konsep para pemimpin kita paling pinter, paling top di dunia.
    Prakteknya, preeettttttt
    Persis kayak uraian pengarahan dari Wamenhan RI, kita harus kuat Industri Pertahanannya, kita harus mandiri dst-nya, tapi nggak "ngaca" kalau Indonesia belum punya Industri apa2, yg ada baru pabrik "kerupuk".
    SDA nya melimpah ruah, tapi di jual murah dan nggak ada yg dijual sebagai barang jadi atau barang baku industri.
    Pejabatnya kaya raya, dan sejahtera semua dan hampir semua punya pabrik sendiri-sendiri yaitu pabrik "Korupsi", dalam bentuk pabrik dari kelas teri sampai kelas ikan paus,.
    Kalau yg ini betulllllll, kalau pabrik industri. Prreeettttttttt, beli saja nggak usah membuat sendiri, kita dpt komisi kok.!!!!!

    BalasHapus
  10. dukungan tdk hanya sekedar kata2 dan promosi, melainkan dukung juga rencana PT D.I untuk membuat heli serang, coba pemerinta beli 1-5 unit aja helikopter gandiwa, kalau jelek beli dr negara lain, paling tdk kita menghargai dulu hasil desain dan pemikiran ilmuwan2 kita di PT D.I

    BalasHapus