AMBALAT-(IDB) : Pelayaran menuju daerah operasi di perairan Karang Unarang ternyata
harus dilalui KRI Malahayati-362 dengan cuaca yang tidak bersahabat.
Namun berkat kegigihan, pengalaman dan naluri tempur yang selalu
terasah, cuaca ekstrem Laut Jawa dan Laut Sulawesi dapat dilalui dengan
mudah. Sesampainya di daerah operasi Karang Unarang, prajurit KRI
Malahayati-362 melaksanakan latihan penembakan rocket chaff, Sabtu
(6/7). Latihan ini untuk melatih profesionalisme prajurit serta kesiapan
material untuk menghadapi berbagai kemungkinan ancaman di medan tugas.
Disimulasikan KRI Malahayati-362 melaksanakan peran tempur bahaya udara setelah radar udara KRI Malahayati-362 mendeteksi adanya kontak udara yang mencurigakan. Teridentifikasi berdasarkan squawking IFF bahwa kontak udara merupakan pesawat tempur musuh yang menyelinap, berdasarkan aturan pelibatan Operasi Tameng Hiu-13 KRI Malahayati diwajibkan memperingatkan musuh untuk meninggalkan wilayah kedaulatan NKRI.
Pesawat tempur musuh bermanuver ekstrem lalu menembakan peluru kendali (Rudal) ke arah KRI Malahayati-362. Komandan memerintahkan PWO (Principle Warfare Officer) memimpin timnya untuk menangkis serangan tersebut. Diambil langkah taktis dengan meluncurkan chaff untuk mengalihkan sasaran peluru kendali musuh. Chaff meledak di udara dan membentuk awan pejal berelektromagnet yang mengalihkan sasaran peluru kendali dari kapal ke awan pejal yang terbentuk. Hal tersebut dimonitor secara visual serta melalui tampilan radar yang menujukkan echo pada kumpulan awan pejal.
Komandan KRI Malahayati-362, Letkol Laut (P) Moch. Irchamni dalam pernyataannya menyampaikan bahwa latihan ini merupakan rangkaian kegiatan yang sudah terencana dan akan berkelanjutan. "Setelah diserang, kita wajib menyerang. Oleh karena itu, setelah bekal ulang di pelabuhan Balikpapan selanjutnya kami akan menyiapkan latihan penyerangan sebelum tiba di daerah operasi. “Ci Vis Pacem Para
Disimulasikan KRI Malahayati-362 melaksanakan peran tempur bahaya udara setelah radar udara KRI Malahayati-362 mendeteksi adanya kontak udara yang mencurigakan. Teridentifikasi berdasarkan squawking IFF bahwa kontak udara merupakan pesawat tempur musuh yang menyelinap, berdasarkan aturan pelibatan Operasi Tameng Hiu-13 KRI Malahayati diwajibkan memperingatkan musuh untuk meninggalkan wilayah kedaulatan NKRI.
Pesawat tempur musuh bermanuver ekstrem lalu menembakan peluru kendali (Rudal) ke arah KRI Malahayati-362. Komandan memerintahkan PWO (Principle Warfare Officer) memimpin timnya untuk menangkis serangan tersebut. Diambil langkah taktis dengan meluncurkan chaff untuk mengalihkan sasaran peluru kendali musuh. Chaff meledak di udara dan membentuk awan pejal berelektromagnet yang mengalihkan sasaran peluru kendali dari kapal ke awan pejal yang terbentuk. Hal tersebut dimonitor secara visual serta melalui tampilan radar yang menujukkan echo pada kumpulan awan pejal.
Komandan KRI Malahayati-362, Letkol Laut (P) Moch. Irchamni dalam pernyataannya menyampaikan bahwa latihan ini merupakan rangkaian kegiatan yang sudah terencana dan akan berkelanjutan. "Setelah diserang, kita wajib menyerang. Oleh karena itu, setelah bekal ulang di pelabuhan Balikpapan selanjutnya kami akan menyiapkan latihan penyerangan sebelum tiba di daerah operasi. “Ci Vis Pacem Para
Sumber : Koarmatim
Di serang dulu lalu mati donk kita klo nunggu di serang!!!
BalasHapusprinsip yg keliru
BalasHapusBaguslah di tembakan saja daripada hanya disimpan terlalu lama, nanti kalau propelan sebagai motor roketnya mati kan sayang, jadi onggokan "senjata" yg impotent.
BalasHapusMaksudnya kalo kapal ini diserang trus ditangkis pake janwe/chaff ituuu. Setelah itu yang serang balik ya KRI Diponegoro
BalasHapusketekunan juru roket caff 362 memang jempolan..walau sdh tua tetap aja ready...mul lue mmg hebat.......
BalasHapus