Selasa, Mei 21, 2013
12
BANDUNG-(IDB)  :  PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI, tahun ini sudah menandatangani kontrak pembuatan pesawat CN 235 yang merupakan pesanan TNI Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU).
 
Direktur Teknologi PTDI Andi Alisyahbana menuturkan bahwa pesawat yang dipesan AL tersebut akan dipergunakan untuk patroli maritim tetapi, baru akan dikirim pada 2015 atau 2016 mendatang.


"Ada tiga pesawat, satu untuk AU dan dua AL. Nilainya, saya tidak ingat tetapi kurang dari Rp 1 triliun," ujarnya di Jakarta, Senin (20/5).


Adapun target untuk kontrak baru tahun ini diharapkan dapat mencapai Rp 3 triliun.


"Itu kontrak baru yang selalu kita targetkan bisa didapat setiap tahunnya. Tahun ini sendiri, kita ada backlog kontrak yang harus dikirim mencapai Rp 8 triliun. Dan itu harus diselesaikan. karena merupakan combined sampai 2015 yang tidak hanya dalam negeri tapi juga luar negeri," terang Andi.


Untuk pemesanan pesawat ini, lanjutnya merupakan kontrak multiyears, sehingga beberapa pesawat yang akan dikirim pada tahun ini merupakan kontrak yang telah ditandatangani pada 2011 atau 2012.


Sementara itu, Andi juga mengakui bahwa pihaknya sedang membidik kontrak besar di tahun ini, akan tetapi ia masih enggan membuka kontrak yang dimaksudnya tersebut.


Siapkan Perawatan Boeing dan Airbus

PTDI yang merupakan perusahaan nasional bergerak dibidang aero, sudah memulai untuk merawat pesawat jenis Boeing dan Airbus.


"Kita kan ada divisi aircraft services dan ditargetkan untuk bisa memelihara pesawat yang bukan produk kita karena ini dalam keahlian kami, sehingga kami akan me-maintenance," kata Andi.


Andi mengatakan juga kalau market di Indonesia untuk perawatan pesawat, besar sekali.


"Airlines untuk perawatan bisa sampai Rp 8 hingga 9 triliun tiap tahun dan kebanyakan diperbaiki ke luar negeri. Kita ingin tangkap pasar itu. Saat ini perawatan pesawat yang paling baik adalah GMF dan dari Rp 8 triliun diambil oleh GMF dan kami ada Rp 3 triliun," terangnya.


Meskipun PTDI sedang menyiapkan untuk perawatan pesawat di luar pesawat yang mereka produksi, namun masih ada beberapa sertifikasi kualifikasi yang belum dimiliki seperti landing gear belum bisa di dalam negeri. Andi mengakui pihaknya masih membangun kemampuan, kalau belum mendapatkan kualifikasi untuk training maka belum bisa.


Untuk menyiapkan perawatan pesawat Boeing dan Airbus tersebut, PTDI menggunakan sebagian dana dari Penyertaan Modal Negara (PMN) yang didapatkannya pada akhir tahun lalu sebesar Rp 1,4 triliun serta dari pinjaman bank.


"Tetapi saya lupa berapa persis dananya yang digunakan dan dipinjam dari bank. Untuk perawatan ini, dana yang kami keluarkan tidak lebih dari Rp 1 triliun karena kita sudah punya hanggar yang mampu menampung tiga unit pesawat jenis Boeing 737 ataupun Airbus A320. Yang perlu kami lakukan adalah, tinggal menambahkan kemampuan saja," ucapnya.






Sumber : Beritasatu

12 komentar:

  1. Agar puan harwat pswt ini laku keras, sosialisasikan dg baik ke calon customer dan jgn lupa service yg tinggi.
    Dg penyelenggaraan giat tsb, sebenarnya secara ToT telah berjalan tanpa hrs ngemis. Apalagi kalo harwat tsb berada di level 4 har depo, dipastikan ada ksmptan untuk kegiatan modifikasi dan SDM kita akan lebih tinggi lagi daya saingnya nanti.
    Beri kesempatan kpd generasi ano - ano yg lucu2 kalo komen untuk ikut berpartisipasi pd kegiatan yg penuh dg tantangan dan inovasi tinggi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo dari maintenance dan bisa ToT berarti hebattttt banget......berarti dapat wangsit. Singapore yg pusat maintenance pesawat terbesar ASEAN bahkan mungkin ASIA dg lebih banyak sertifikat maintenance dan lebih komplek serta lebih diakui dunia aja bikin pesawat jg blom bisa. Yang realistis bos kalo coment.....jangan enak diredaksional doang tp bodong alias ngawur. Tak semudah itu ToT !!! Maintenance doang terus bisa bikin.....emang teknology sepeda pancal???!!!! Atau bikin panci??!!! Bullshit komen anda...maaf bung.

      Hapus
  2. bung bole brarti saingan dengan GMF dong
    mungkin klo pesawatnya air bus itu bisa tp kalo boeng mungkin menang GMF lagian GMF sudah go internasional and akreditas A
    piye bung?

    BalasHapus
  3. Yth. Ano 08.40 dan09.15
    Dlm bisnis persaingan itu wajar, PT DI itu mempunyai visi dan misi ke dpn alh bisnis oriented, plus mereka punya segudang SDM bersertifikat taraf Int. di samping mempunyai test bench berbagai jenis dan special tools.
    Dmk pula GMF tinggal service mereka bgm thd konsumen.
    Perihal ToT S'pore sejauh ini tdk ada ambisi menjadi produsen tapi mengutamakan giat harwat sbg " Core" bisnisnya, untuk itu S'pore tdk memerlukan ToT krn dg harwat saja sdh untung besar.
    Beda dg PT DI ya produsen ya dpt opsi, ya harwat, tentu ksmptan untuk ToT terbuka luas dg catatan blm tentu PT DI juga mampu merealisir dlm bentuk manufacturing, namun paling tidak technology didapatkan.
    Kalau bullshit menurut saya tidak tepat ini kan interaksi tapi kalo anda "bulsit" mungkin ya, terbukti saya komen.
    Tks, "Bulsit".

    BalasHapus
    Balasan
    1. Krn itu kalo ada ToT yang kata anda lambat dan tidak ada hasil padahal sudah tua umur misal jg LAPAN kata anda......harap maklum, ini bukan ToT teknology bikin panci lihat barang-pegang-ganti sparepart langsung bisa bikin ndiri sprt komen anda selama ini bahwa industri strategis PT DI PINDAD & LAPAN lambat blom ada kontribusi.......dpt lisensi teknology ketiga badan tersebut susahnya minta ampun sprt Sing n Malay, apalagi LAPAN yg mengembangkan sendiri tanpa ada lisensi.....mandiri!!! Betapa hebatnya mulai dr nol penelitian hampir sama dg saat penemuaan propellan pertama kali skrg sudah mulai unjuk gigi ada hasil dg segala keterbatasan dan kesempitan yg ada. ANDA KALO KOMEN JANGAN MENCLA MENCLE ingat komen2 anda yg dulu!! Betol kata ano2 kmrn Bole komen mencla mencle golek menange thok!!! Ngawur!!!

      Hapus
  4. heran dan bangga
    heran landing gear bagian hal yg terpenting dalam pesawat. Tapi koq blm di sertifikasi? SDM? Serahin aja sama lay lay yg di pinggir jalan apalagi kalo masalah hidrolik sistem puoooll.
    Bangga melihat karyawan pt.di sudah mulai ramai oprek2 pesawat di luar produksinya. Mudah mudahan banyak yg service di sana. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Landing gear itu teknology paling susah bro ga boleh salah atau cacat seujung rambutpun....itu tumpuan beban pesawat saat landing and take off berapa kali dr bobot pesawat+muatan beban kerja dr landing gear, ada cacat micron sj bisa retak dan patah. Bayangkan kalo saat landing patah?????? Landing gear pake teknology mono nodular grain bahan logamnya. Istilah makhluk organik barang segede gitu tp selnya cuman satu biji biar homogen. Landing gear adalah bagian pesawat paling vital....faktor keamanan paling tinggi.

      Hapus
  5. Tks dg komen kegarangan anda, cuma nulisnya yg rapih ya.!!!!!!
    Hallo, hallo, Ano12.30, ruijstig, ruisjtig und geduld bessen!!!!!!!!!

    BalasHapus
  6. Benar sekali komen Ano prihal " landing gear".
    Ano pernah dengar " Messier Bugatti"????? Apa itu??????

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak tahu, memangnya ada apa sih? Penasaran bisa di jelasin !!

      Hapus
  7. Malu ach, ! Ntar di bully disangka sok teu dsbnya. Googling aja deh!!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ketika menanggapi Alih Teknologi Pesawat Tempur Sukhoi dengan pihak Rusia, Wamenhan mengatakan untuk sementara waktu didalam rencana strategis belum sampai mengalihkan teknologi untuk membuat pesawat. Dengan arti lain targetnya baru sampai alih teknologi pemeliharaan pesawat (Maintanance Facility Center).

      “ Untuk alih teknologi pesawat itu tidak mudah jadi sementara kita dengan pihak Rusia akan membangun Joint Facilities Center.

      Sunber: Detik

      Hapus