Sabtu, Mei 18, 2013
8
JAKARTA-(IDB) : Rencana Indonesia lewat PT Dirgantara Indonesia (PT DI) bekerjasama dengan Korea Selatan untuk membuat pesawat tempur ditunda untuk sementara. Apa alasannya?

Kepala Parlemen Korsel Ahn Hong-Joon mengatakan, saat ini pemerintah Korsel sedang kesulitan mencari dana untuk proyek yang cukup mahal tersebut.

"Sekarang sebenarnya bukan pemberhentian kerjasama, tapi pemerintah Korsel lagi kesulitan sediakan dana untuk program itu, karena ini proyek sangat banyak telan dana. Kita lagi teliti dan review ulang jenis pesawat. Kita akan lebih detil untuk siapkannya (pesawat yang dikembangkan). Jadi kalau kita sudah menentukan jenisnya (pesawat tempur) pasti kita siapkan anggarannya," tutur Hong-Joon usai bertemu Kepala Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung di Menara Bank Mega, Jakarta, Kamis (16/5/2013).

Hong-Joon mengatakan, dalam waktu yang tidak lama lagi, Indonesia dan Korsel bisa bersama-sama mengembangkan pesawat tempur yang rencananya diberi nama Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX).

"Perkiraan saya tidak begitu lama. Kelihatannya bisa tahun ini," ucap Hong-Joon.

Dalam proyek ini, rencananya pemerintah Indonesia berkontribusi hanya 20%, selebihnya oleh pemerintah dan BUMN strategis Korsel. Rencananya dari proyek ini akan diproduksi pesawat tempur KFX/IFX atau F-33 yang merupakan pesawat tempur generasi 4,5 masih di bawah generasi F-35 buatan AS yang sudah mencapai generasi 5. Namun kemampuan KFX/IFX ini sudah di atas pesawat tempur F-16.

Pesawat KFX/IFX akan dibuat 250 unit, dari jumlah itu Indonesia akan mendapat 50 unit di 2020. Harga satu pesawat tempur ini sekitar US$ 70-80 juta per unit.

Sebelumnya PT DI akan terlibat dalam pengembangan dan produksi pesawat jet tempur buatan Indonesia. Pesawat itu dikembangkan atas kerja sama Kementerian Pertahanan Korea Selatan dan Indonesia, pesawat tempur KFX/IFX.

Direktur Utama Dirgantara Indonesia Budi Santoso menuturkan, untuk mengembangan pesawat yang lebih canggih dari F-16 dan di bawah F-35 ini, PT DI telah mengirimkan sebanyak 30 orang tenaga insinyur ke Korsel untuk terlibat dalam pengembangan proyek pesawat temput versi Indonesia dan Korsel.

"Baru pulang Desember (2012) 30 orang. Kami mengirim atas nama Kemenhan. Jadi 1,5 tahun tim kita ada di Korea. Kita 1,5 tahun sama-sama mendesain. Kita ada yang belajar dari Korea, dan Korea ada yang belajar dari kita (PT DI)," tutur Budi.






Sumber : Detik

8 komentar:

  1. Alasan mlulu ni korcel......plingan nnti ujung²nya minta dna ma indonesia.......jngan mau deh di kibulin ma ngra plastik..
    ...

    BalasHapus
  2. lanjutkan,,,,

    http://tinyurl.com/terpaksa-kaya

    BalasHapus
  3. "keliatannya bisa tahun ini", masih belum pasti.

    BalasHapus
  4. Alasan gak.masuk.akal dan hanya menguntungkan para kruptor ,korea bukanlah the father raptor ,salah alamat kerja sama bikin jet tempur dengan korea ,kerja sama indonesia.butuh tandem yg mupuni ,namanya juga belajar tentu butuh guru yg pintar dan berpegalaman .

    BalasHapus
  5. Udah lah...beli aja j31 dari china,atau T50 rusia gitu aja kok repot....smua ini tergantung lobi aja.....jgn terlalu harap sekutu barat mau pintarin indonesia....dari dulu memang tukang kibul

    BalasHapus
  6. J31 cina masih tahap ujicoba,sdg T50 baru akan dipakai rusia 2015-2016,blm dijual untuk umum bro..

    BalasHapus
  7. namanya korea negeri ngondek....

    BalasHapus
  8. Sama Korea .... GERTAK DULU !
    Korea mempunyai banyak kepentingan dengan Indonesia, Makanya DELEGASI INDONESIA YANG DI KIRIM JANGAN ORANG2 Yang Mudah di Gertak !!

    Disamping itu ... adakan kerja sama dengan RUSIA !!

    BalasHapus