JAKARTA-(IDB) : Dua pesawat CN-295 yang diterima TNI AU pada akhir tahun lalu ternyata
beroperasi tanpa suku cadang. Hal itu karena Kementerian Pertahanan
belum membayar pembelian pesawat itu kepada PT Dirgantara Indonesia yang
memproduksi pesawat itu bersama Airbus Military.
“Kami sudah serahkan dua pesawat, tapi belum dibayar,” kata Kepala Tim Hubungan Masyarakat PT DI Sonny S Ibrahim, Jumat (19/4). Menurut Sonny, kontrak dengan Kemhan suda ditandatangani, tetapi tidak ada tanggal terkait dengan efektivitas konreak tersebut.
Meskipun demikian, PT DI berkomitment untuk mengirim CN 295 sesuai jadwal. Jadwal pengiriman sembilan pesawat baru tersebut, yaitu dua unit pada tahun 2012, dua unit 2013, satu unit pada 2014, dan sisanya pada 2015.
Sonny mengakui, PT DI belum mengirim suku cadang awal kepada TNI AU. Ia mengatakan, biasanya PT DI mengirim suku cadang awal untuk kebutuhnan satu tahun pertama. Namun, karena belum ada pembayaran, suku cadang tidak dikirimkan. “Begitu bayar, kami akan kirimkan ke TNI AU sebagai pengguna,” kata Sonny.
Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus mengatakan, pihaknya punya suku cadang. Namun, saat ini hanya satu dari dua pesawat CN 295 yang beroperasi. “Yang satu lagi dalam perawatan,” katanya.
Belum Bayar
Secara terpisah, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Sisriadi mengakui, Kemhan belum membayar pembelian pesawat itu kepada PT DI. Menurut dia, karena secara administrasi kontrak tersebut belum efektif, secara resmi kedua pesawat CN 295 itu seharusnya belum boleh terbang.
Kalaupun pesawat itu dibawa ke Pameran Dirgantara di Langkawi, Malaysia, beberapa waktu yang lalu, hal ini masih di bawah otoritas PT DI dan dimintakan bantuan kepada pilot TNI AU untuk menerbangkannya.
Sonny mengatakan, suku cadang yang belum diberikan adalah suku cadang habis pakai. Ia mencontohkan, ban hanya bisa dipakai sebanyak 60 kali pendaratan. Setelah itu, harus dibeli. Menurut Sonny, kalau untuk ban, bisa saja TNI AU membeli dari pihak swasta. Azman mengatakan, kalau pesawat TNI AU tidak punya suku cadang, setelah yang dipakai rusak, harus menunggu sampai ada suku cadang baru. “Ya (pesawat) tidak bisa beroperasi,” katanya.
Menurut catatan Kompas, CN 295 adalah salah satu program andalan Kemhan terkait dengan penguatan industri pertahanan. Kerja sama antara PT DI dan Airbus Military tidak hanya terkait perakitan pesawat, tetapi juga termasuk pemasaran untuk kawasan Asia Tenggara.
Namun, ketiadaan suku cadang itu tidak hanya membahayakan saat operasional, tetapi juga bagi penerbang. Dengan ketiadaan suku cadang, pengguna pesawat baru itu pun tidak maksimal. Menurut Sisriadi, tahun ini dijadwalkan Kemhan akan melunasi pembayaran CN 295 tersebut.
“Kami sudah serahkan dua pesawat, tapi belum dibayar,” kata Kepala Tim Hubungan Masyarakat PT DI Sonny S Ibrahim, Jumat (19/4). Menurut Sonny, kontrak dengan Kemhan suda ditandatangani, tetapi tidak ada tanggal terkait dengan efektivitas konreak tersebut.
Meskipun demikian, PT DI berkomitment untuk mengirim CN 295 sesuai jadwal. Jadwal pengiriman sembilan pesawat baru tersebut, yaitu dua unit pada tahun 2012, dua unit 2013, satu unit pada 2014, dan sisanya pada 2015.
Sonny mengakui, PT DI belum mengirim suku cadang awal kepada TNI AU. Ia mengatakan, biasanya PT DI mengirim suku cadang awal untuk kebutuhnan satu tahun pertama. Namun, karena belum ada pembayaran, suku cadang tidak dikirimkan. “Begitu bayar, kami akan kirimkan ke TNI AU sebagai pengguna,” kata Sonny.
Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus mengatakan, pihaknya punya suku cadang. Namun, saat ini hanya satu dari dua pesawat CN 295 yang beroperasi. “Yang satu lagi dalam perawatan,” katanya.
Belum Bayar
Secara terpisah, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Sisriadi mengakui, Kemhan belum membayar pembelian pesawat itu kepada PT DI. Menurut dia, karena secara administrasi kontrak tersebut belum efektif, secara resmi kedua pesawat CN 295 itu seharusnya belum boleh terbang.
Kalaupun pesawat itu dibawa ke Pameran Dirgantara di Langkawi, Malaysia, beberapa waktu yang lalu, hal ini masih di bawah otoritas PT DI dan dimintakan bantuan kepada pilot TNI AU untuk menerbangkannya.
Sonny mengatakan, suku cadang yang belum diberikan adalah suku cadang habis pakai. Ia mencontohkan, ban hanya bisa dipakai sebanyak 60 kali pendaratan. Setelah itu, harus dibeli. Menurut Sonny, kalau untuk ban, bisa saja TNI AU membeli dari pihak swasta. Azman mengatakan, kalau pesawat TNI AU tidak punya suku cadang, setelah yang dipakai rusak, harus menunggu sampai ada suku cadang baru. “Ya (pesawat) tidak bisa beroperasi,” katanya.
Menurut catatan Kompas, CN 295 adalah salah satu program andalan Kemhan terkait dengan penguatan industri pertahanan. Kerja sama antara PT DI dan Airbus Military tidak hanya terkait perakitan pesawat, tetapi juga termasuk pemasaran untuk kawasan Asia Tenggara.
Namun, ketiadaan suku cadang itu tidak hanya membahayakan saat operasional, tetapi juga bagi penerbang. Dengan ketiadaan suku cadang, pengguna pesawat baru itu pun tidak maksimal. Menurut Sisriadi, tahun ini dijadwalkan Kemhan akan melunasi pembayaran CN 295 tersebut.
Suku Cadang CN 295 Akan Diserahkan Tahun 2013
Suku cadang pesawat CN 295 akan diserahkan PT Dirgantara Indonesia
pada tahun 2013 ke TNI AU. Saat ini, dua pesawat CN 295 yang
diserahterimakan awal tahun 2012 lalu terbang tanpa suku cadang.
"Tahun
ini, PT DI akan kirim suku cadangnya," kata Kepala Humas PT Dirgantara
Indonesia (DI), Sonny S Ibrahim, Sabtu (20/4/2013).
Pengadaan CN
295 adalah salah satu program andalan Kementerian Pertahanan untuk
meningkatkan industri pertahanan dalam negeri. Namun, Kepala Pusat
Komunikasi Publik Kemhan Sisriadi mengakui, pembayaran hingga kini
belum dilakukan. "Soalnya kontraknya belum selesai. Tahun ini pembayaran
akan kami lakukan," kata Sisriadi.
Ketiadaan suku cadang ini
membuat pilot-pilot TNI AU harus menerbangkan pesawat dalam kondisi
tanpa suku cadang. Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama
Azman Yunus, mengatakan, saat ini, hanya satu pesawat yang beroperasi
sementara yang satu dalam perawatan. Namun, menurut Sonny, pesawat sudah
diserahterimakan dan itu berarti pesawat sudah memenuhi berbagai
persyaratan administrasi, fungsi, dan memenuhi regulasi terbang militer
Indonesia.
Pesawat sudah diterbangkan ke Langkawi Malaysia pada bulan Maret 2013 lalu untuk ikut static show di
acara LIMA 2013. Saat ini pesawat sedang disiapkan untuk terbang road
show ke negara-negara Asean pada bulan depan. "Saya tegaskan,
pesawat-pesawat tersebut service-able," kata Sonny.
Sonny juga
menyatakan, seperti sebelumnya PT DI akan tetap berkomitmen mengirimkan
pesawat CN 295 sesuai jadwal. Tahun 2013 ini direncanakan ada 3 atau 4
unit CN 295 yang akan dikirimkan. PT DI juga berterima kasih pada
Kementerian Pertahanan yang akan mengajak CN 295 dalam road show ke beberapa negara ASEAN pada awal bulan Mei mendatang.
Sumber : Kompas
kalo di atur kayak gini gimana PT.DI gak bangkrut...
BalasHapusKebacut jg nie Pak Menhan....
malu atu....pak pres TNI belum bayar suku cadang, kalayak sdh banyak yg tahu dan mau melengkapi perlengkapan TNI sdh ndak benar managamennya. Miris....pesawat diterbangkan dg suku cadang ndak ada/ uangnya disekolahkan mungkin.....Hee.....Hee.....
BalasHapusBagaimana PT DI akan maju kalo gak didukung dengan pembayaran yang lancar??... hehehe mungkin kemenhan pake produk lokal karena bisa di utang dengan jadwal tak terbatas ya pak???
BalasHapus