SURABAYA-(IDB) : Sinergi antara industri galangan kapal dengan industri pertahanan
nasional makin kuat. Hingga sepuluh tahun ke depan, kebutuhan kapal
industri pertahanan khususnya kapal cepat rudal (KCR) 60 meter mencapai
16 kapal. Saat ini tiga kapal di antaranya sudah menjalin kontrak kerja
sama dengan PT PAL.
Dirut PT PAL M Firmansyah Arifin mengatakan, pembangunan KCR tersebut mengacu pada perjanjian surat jual beli kedua pihak, yakni untuk W273, 274, 275. "Kapal pertama kami serahkan akhir Desember tahun ini, kapal kedua Maret 2014 dan kapal ketiga pada medio Juni 2014," urainya saat memantau proses pembangunan dasar kapal (keel laying) di pabrik PT PAL di Surabaya, Kamis (18/4).
Dia mengatakan, sebagai industri galangan kapal, kendala utama pada pasokan peralatan dan komponen kapal. Selama industri dalam negeri belum mampu menyuplai peralatan dan komponen yang diperlukan, maka industri galangan kapal tetap bergantung ke impor. "Tapi dengan keterbatasan itu, kami berusaha untuk menyelesaikan proyek ini sesegera mungkin. Karena dengan demikian kami masih terus dipercaya untuk memenuhi kebutuhan kapal TNI-AL," ucapnya.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio mengatakan, kebutuhan kapal TNI makin besar. Sebab untuk mempertahankan kedaulatan, perlu memiliki angkatan laut yang kuat. Disebutkan, dalam concept map hingga 2024, kebutuhan KCR 60 meter mencapai 16 kapal dan KCR 40 meter 16 kapal. Sehingga total kebutuhan 32 kapal.
"Nah ini sekaligus memajukan industri perkapalan nasional dan tantangan bagi PT PAL ke depan. Melalui momentum ini kami berharap PT PAL makin meningkatkan kinerja sebagai leading sector kapal perang skala dunia," tutur dia.
Marsetio mengatakan, kendati baru menandatangani kontrak kerja sama untuk pembangunan KCR tiga unit, tapi ke depan pihaknya akan tetap mempercayakan pembangunan tiga belas kapal sisanya pada perusahaan pelat merah tersebut. "Total, 16 KCR 60 meter kami akan dibuat oleh PT PAL," tandas dia. Sedangkan, untuk KCR 40 meter akan dipercayakan pada industri galangan kapal nasional melalui mekanisme lelang.
Disebutkan dana yang dianggarkan untuk membeli satu KCR mencapai Rp 500 miliar. Marsetio mengakui, pembangunan satu kapal tidak dapat mengandalkan komponen dalam negeri sepenuhnya. Menurutnya itu wajar, di berbagai negara pun memang rakitan dari berbagai negara seperti Jerman, Jepang dan Inggris. "Tapi kami harapkan semua industri dan peralatan dalam negeri dipakai secara maksimal, misalnya kerja sama teknologi dengan PT LAN Industri (Persero), lalu pelat dari Krakatau Steel, interior dengan PT INKA. Jadi, semua industri dalam negeri diberdayakan," tegasnya.
Selain KCR, lanjut Marsetio, pihaknya sudah memesan kapal selam pada PT PAL yang bekerja sama dengan Korea Selatan. Dua kapal selam akan dibangun di Korea dan sisanya satu kapal di galangan milik PT PAL. Sedangkan untuk membangun itu, PT PAL mengirim karyawannya ke Korea.
Dirut PT PAL M Firmansyah Arifin mengatakan, pembangunan KCR tersebut mengacu pada perjanjian surat jual beli kedua pihak, yakni untuk W273, 274, 275. "Kapal pertama kami serahkan akhir Desember tahun ini, kapal kedua Maret 2014 dan kapal ketiga pada medio Juni 2014," urainya saat memantau proses pembangunan dasar kapal (keel laying) di pabrik PT PAL di Surabaya, Kamis (18/4).
Dia mengatakan, sebagai industri galangan kapal, kendala utama pada pasokan peralatan dan komponen kapal. Selama industri dalam negeri belum mampu menyuplai peralatan dan komponen yang diperlukan, maka industri galangan kapal tetap bergantung ke impor. "Tapi dengan keterbatasan itu, kami berusaha untuk menyelesaikan proyek ini sesegera mungkin. Karena dengan demikian kami masih terus dipercaya untuk memenuhi kebutuhan kapal TNI-AL," ucapnya.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio mengatakan, kebutuhan kapal TNI makin besar. Sebab untuk mempertahankan kedaulatan, perlu memiliki angkatan laut yang kuat. Disebutkan, dalam concept map hingga 2024, kebutuhan KCR 60 meter mencapai 16 kapal dan KCR 40 meter 16 kapal. Sehingga total kebutuhan 32 kapal.
"Nah ini sekaligus memajukan industri perkapalan nasional dan tantangan bagi PT PAL ke depan. Melalui momentum ini kami berharap PT PAL makin meningkatkan kinerja sebagai leading sector kapal perang skala dunia," tutur dia.
Marsetio mengatakan, kendati baru menandatangani kontrak kerja sama untuk pembangunan KCR tiga unit, tapi ke depan pihaknya akan tetap mempercayakan pembangunan tiga belas kapal sisanya pada perusahaan pelat merah tersebut. "Total, 16 KCR 60 meter kami akan dibuat oleh PT PAL," tandas dia. Sedangkan, untuk KCR 40 meter akan dipercayakan pada industri galangan kapal nasional melalui mekanisme lelang.
Disebutkan dana yang dianggarkan untuk membeli satu KCR mencapai Rp 500 miliar. Marsetio mengakui, pembangunan satu kapal tidak dapat mengandalkan komponen dalam negeri sepenuhnya. Menurutnya itu wajar, di berbagai negara pun memang rakitan dari berbagai negara seperti Jerman, Jepang dan Inggris. "Tapi kami harapkan semua industri dan peralatan dalam negeri dipakai secara maksimal, misalnya kerja sama teknologi dengan PT LAN Industri (Persero), lalu pelat dari Krakatau Steel, interior dengan PT INKA. Jadi, semua industri dalam negeri diberdayakan," tegasnya.
Selain KCR, lanjut Marsetio, pihaknya sudah memesan kapal selam pada PT PAL yang bekerja sama dengan Korea Selatan. Dua kapal selam akan dibangun di Korea dan sisanya satu kapal di galangan milik PT PAL. Sedangkan untuk membangun itu, PT PAL mengirim karyawannya ke Korea.
Sumber : JPNN
Yang penting jgn terlambat lagi spt proyek "LPD"yg molor sampai 2(dua) tahun waktu penyerahannya.
BalasHapusMemang berat PT PAL saat ini, bukan hanya masalah keuangan saja tapi juga masalah tersedianya SDM seperti tukang las yg bersertipikat dan masih sangat tergantungnya bahan baku berupa Mesin Pokok Kapal, plaat Baja, sistim kendali kapal ( Radar Navigasi, Radar Penjejak, Radio Komunikasi dg berbagai versi) dan sampai pada rantai sauh kapalpun masih sangat tergantung dengan pihak luar alias masih tergantung Import.
Namun, karena PT PAL dibawah kendali orang pinter yg gajinya besar dan se abreg fasilitas lain, kita yakin PT PAL dapat menyelesaikan masalah dengan baik, dan dapat menyerahkan pekerjaan kepada pemesan tepat waktu. Semoga.
desainnya jelek banget
BalasHapusjelek gimana bro ?
BalasHapuskan hampir sama kayak KRI-Clurit dkk,sepintas juga mirip sama KRI Sigma.
tapi persenjataan kayak'nya emang masi kurang sangar...
Desain kapal KCR/FAC memang kayak gitu semua di seluruh dunia,karena bodynya yang kecil,minim kemapuan avionik dan senjatanya,tapi tetap mematikan. Beda dg kapal perang macam corvette/fregate bisa dimodel2 aneh2 macam visby,fremm,horizonte,dll.
BalasHapusBung Ano 00.31, apa benar begitu ya? Lalu untuk antisipasi serangan udara bagaimana? Soalnya kalau saya baca di spek-nya sepertinya tidak ada senjata AA terpasang di KCR 60 ini. Hanya ada sistem decoy.
BalasHapusMohon penjelasannya. apa mungkin ada kapal pendamping yg berfungsi sebagai payung udara?
Ano00.31 apa betul pakai avionik? Istilah itu kan tepat untuk pesawat tempur untuk kapal lebih tepat memakai istilah CMS atauSEWACO atau Combat Manajemen Sistim atau dulu Sensor Weapon and Control.
BalasHapusMeliputi, RadarNavi, Radar penjejak, Comm sistim, dan senjata atas air atau mungkin senjata bawah air dan sistim integrasi /sistim control yg di pasang di anjungan kapal.
Senjata utama KCR adalah rudal, dan kapal ini masuk dalam kategori kapal Hit and Run disamping senjata anti serangan udara yg terpasang di sisi kiri kanan lambung kapal setype dg Rheinmetal 12,7 mm atau 20 mm tergantung kebutuhan.
Mesin pendorong pokok mestinya memakai Codog, atau combine diesel dan gas turbine, dimana pada saat patroli memakai diesel dg kecepatan 18 -20 knot, namun apabila diperlukan untuk lari dari kejaran setelah memukul kapal lawan dpt mengembangkan kecepatan hingga 45 knot.
Kita sudah mempunyai kapal sejenis yakni type "Dagger Class" eks Tacoma Korsel yakni Patrol Ship Killer kelas MDU atau kelas Mandau. Ada 4 unit, yaitu KRI Mandau, KRI Keris, KRI Rencong dan KRI ......
Dg mesin pokok diesel MTU dan Gas Turbine LM 2500 GE. Rudal Excocet MM- 38, Meriam Bofors 40 mm dan Anti Air gun Rheinmetal 12,7 mm.
Blog China Indonesian information mantap ....
BalasHapusOm boleroes, tanya lagi donk.
BalasHapusKalau senjata AA Rheinmetal 12,7 atau 20mm ini termasuk CIWS yg bergerak otomatis dan terhubunga dg radar atau manual ya?
Jujur saja, denger kaliber 12,7mm kok saya agak ragu.
soalnya yg terbayang adalah menangkis serangan rudal. He3...
ntar lo dah jadi saya mo ikut naik ahhh...pengen didepan anjungan kapal bediri kaya film titanic..wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk..sekali kali bayangin yang indah indah gitu..bayanginya kok perang perang dan perang.. sambil nunggu KRI DEWA RUCI yang baru
BalasHapusMohon maaf untuk 12,7 mm sdh CIWS atau blm saya tidak tahu, namun untuk melawan serangan rudal kapal ini dilengkapi dg peluncur decoy untuk menipu atau mengalihkan target rudal penyerang.
BalasHapuskenapa sih KRI selalu bikinnya yang kecil-kecil. mbo yooo bikin itu yang panjangnya minimal 110 meter/seperti kapal Caraka (Cargo) bikinan PT. PAL, jangan berbicara perang dulu laaah terlalu jauh saya informasikan ya laut jawa kalo ngamuk itu ombaknya sampe 5-7 meter, belum lagi diselat sunda, selat karimata, laut bali, selat lombok. kapal saya yang panjangnya 180 meter kalo berlayar dari surabaya ke singapore aza sampe oleng 15 derajat hadeeeuh... dan untuk kapal-kapal kecil dibawah 100 meter luar biasa olengan kapalnya, gimana mau nembak tepat sasaran (seandainya perang) laaah untuk mengolah gerak kapal sendiri aza susah, belum lagi crew kapalnya yang pusing akibat ombak. (maaf sekedar saran saja)
BalasHapuswalaupun oleng kapalnya,tapi senjata meriam ada stabilizernya mas..saat goyang sudut elevasi meriam tidak ikut brubah..tetap msh diposisi yang sama..gak kaya jaman perang dunia ke II mase. apalagi sekarang sudah bisa mengunci posisi musuh. contoh aja meriam bofors mk 3 terbaru sekarang..dan oto melara..serta ak130 twin canon punya rusia.hal ini diterapkan juga di main battle tank juga. ^_^ dan kenapa kapal perang dibuat kecil kecil..perairan kita ini kebanyakan perairan dangkal mas..diperbanyak kapal patroly cepat yang bisa melakukan serangan sekaligus menghindari lawan dengan cepat. kalo yang gede2 itu untuk perairan ZEE atau lebih. kaya corvete sigma class yang saat ni tugas di libanon.. negara kita khan negara kepulauan mas bro..jadi diutamakan pengamanan perairan dangkal.
BalasHapussemoga 16 KCR yang dipesan TNI AL cpt selesai sebelum th 2017 dan ditaruh di ketiga pangkalan yang tentunya sudah dilengkapi dgn peralatan dan persenjataan yg lbh canggih dari yg sdh ada sekarang.tentunya dilengkapi dgn sistem senjata anti kapal permukaan,anti kapal selam,anti pesawat udara dan radar yang super canggih..amin
BalasHapusBro Yulius Erry, sayang sampai skrg belum jelas rudal permukaan ke permukaan yg akan di pasang apa memakai rudal eks China atau rudal produk yg lain. Penempatan rudal sangat berkaitan dg integrasi sistim combat manajemen sistim di KCR tsb.
BalasHapusSemoga tidak merupakan kendala nanti seperti produk kapal kelas "Clurit - Bedahulu yg sampai sekarang belum ada rudalnya.
Jangan meremehkan persoalan integrasi sistim tsb, atau akan memutuskan bahwa rudal tsb memakai "Stand alone" seperti rudal Yakhont yg terpasang di Frigatte Amy klas???
Bro yulius : thanks atas masukannya, pantas saja selama saya berlayar juaraaaaang banget lihat KRI di laut lepas. ketemu paling sekitar 5-10 Nm dari pantai, padahal kapal2 asing itu berlayar lebih dari 10-xx Nm. Saya sering banget ketemu ditengah laut kapal-kapal asing yang berlayar keluar jalur ALKI. saya sering mencoba komunikasi dengan kapal-kapal tersebut bahwa di perairan Indonesia ada 3 jalur ALKI mereka malah masa bodoh dan Iyaaaa itu saya juaraaaaaaang banget lihat KRI. kembali lagi ketemu-ketemu KRi dideket-deket pantai.
BalasHapusSaran untuk YTH. Bpk TNI AL tolong sering patroli doperairan selat karimata
terima kasih I LOVE INDONESIA
Apa gara" solar mahal ya jadi kri kita pada ogah ngelayar??
BalasHapusGimana nih kang??
Hehehehehe
Betul, harus diperhatikan ketinggian ombak di tengah laut.. kalo liat coasguard amrik (penjaga pantai) ukurannya aj udah lebih dari 100 m. Walaupun sistem senjata bisa autostabilize, tapi para crew sepertinya akan kelelahan melakukab tugas patroli di laut lepas karena getaran kapal akibat ombak.. daripada 16 apa ga lebih baik misalnya jadi 8 kapal dengan senjata mumpuni (anggaran senjata disatukan) ukuran min 120m. Rasanya sayang (percuma) kalau punya senjata laksana pisau tapi yang dilawan samurai.
BalasHapusBro ano 16.23 emang kerjany apaan sih?pny kapal tanker y?
BalasHapusdesain kapalnya bagus, simple dan efisien.
BalasHapusAno 19:35 makanya saya usul gimana kalo KRI itu jangan bikin yang kecil ukurannya ya minimal 100 meter laah, saya punya pengalaman lucu tentang Kapal Induk Amerika saat mau dikawal sama Airud dan AL tapi jangan aah GA enak hehehe.....
BalasHapusAno 19:57 saya kerja dipelayaran mas, kapal Container perusahaan singapore. saya lulusan STIP Jakarta, salam kenal buat saudara-saudaraku INDONESIA
mas ano 2145 yg karir pelayaran,bagi dong pengalamannya, ceritain ke kita, enak apa ndak kan tinggal selera aja...
BalasHapusCeritaiinn doong....
BalasHapusSama" sharing aja ngapain gak enak.
Semua itu kan diambil positifnya aja....
bung ano 21.45.pastinya pemerintah juga sudah memikirkan,kalo buat kapal ukuran 100m pasti kelasnya ya korvet yg tentunya lebih mahal sedangkan anggaran terbatas,luas laut yg harus di cover gak umum.belum lg masalah operasional,pastinya biaya operasional kapal besar juga biaya besar.makanya KCR di perbanyak,buat pemukul bisa mau buat patroli jg bisa,pastinya lagi KCR lebih lincah.makanya TNI AL banyak bgt buat kapal PC-40 kayak KRI Cobra,KRI Warakas,KRI Mulga dll n KAL yg tujuannya untuk menutupi ketidaksiapan KRI-KRI yg besar2.
BalasHapusAkal 2 penguasa sekarang berkat tekanan asing ,mana mungkin kcr 60 lebih hebat dari destroyer ini kan aneh .senjata anti serangan udara tuhh di anjungan masih di pikul prajurit , apa gak ambeyen tuh kopral hahhh....dengan alasan apapun tidak di bennarkan duwit rakyat di hamburkan 2 kan belanja alutsista class 2 macam changbogo class .malangnya bangsa indonesia sytem negara reformasi ,peminpinnya anak orde baru .!!!!!
HapusTekanan asing gimana? Justru yg skrg ini dibenci banget sm LSM asing dan antek2 asing. Karena ambil jalan tengah & hati2..ingin d demo kedatangan d belanda, tegas tidak jadi berkunjung, tapi ttp ambil SIGMA krn usernya.
HapusAno 07:01 yaaaa... Jangan sewot gitu dong mas bro komennya hehehe.......
BalasHapusSekarang Indonesia sudah baik ko, ekonomi good, militer good ya walopun belum maksimal. Tapi ada mengarah keperubahan yang positif bandingkan dengan pemerintahan2 sebelumnya.
Habib* apa yang berubah?
Gus apa yg berubah?
Mega apa yang berubah?
Emang udah lama ko TNI ga belanja Alutsista yang mumpuni.
Jangan terlalu pesimis dgn bangsa sendiri, (maaf) sewaktu kapal saya sandar diBelanda, Korea orang sana bilang ''indonesia sekarang bukan lagi indonesia yang dulu''
Mereka salut dengan kemajuan Indonesia.
ah masak sih, bukannya kita semakin baik KORUPSInya...??? hehehehe..., semakin canggih & hilang rasa malu tuk KORUPSI.
BalasHapusIndo semakin maju kebelakang. tuh binggungkan..!!!
Yaa coba Ano 13.17 nyalon jadi presiden, biar ga ada korupsi lagi. Berani apa ga? Atau mau bikin partai ANO? Hahaha.....
BalasHapusbung ano 08.08
BalasHapuspenangkis rudal bisa menggunakan decoy launcher atau meriam utama 57 mm. dibantu dg senapan mesin 2 x 20 mm sayangnya masih manual.
coba kalo di tambah CWIS seperti Kapal Arleigh Burke di film Battle Ship,di jamin lebih mematikan.....
BalasHapusuntuk KCR memang rentan serangan udara, karena memang dirancang untuk hit and run dan lokasinya di daerah dekat pulau, yang ngenas kalo Korvet dan Frigate Kita pertahanan udaranya minim, karena itu yg jadi sasaran KCR
BalasHapusemang para PATI TNI gak mikir, tentang anti serangan udara & rudal buat melindungi para awak kapal???
BalasHapusyang koment keminter kabeh...!!
Yg dipikir oleh pati hanya komisi pembelian. Son ten bang get so toy luh.
BalasHapusAno 15.10
BalasHapusEmang lu juga udah pinter apa???
So pasti pinter dong drpd luh yg "sok" pinter dan enggak kepengin orang lain pinter karena hati luh busuk dan iri serta pikiran luh pas-pasan, nggak bisa nulis komen bagus yg ada cuma nulis komen marah-marah.
BalasHapusMarah-marah jelas menggambarkan yg nulis komen guooobllooook!!! Perhatiakan nih Ano 15.10 kalau belum pinter jangan nulis komen di blog ini, ini blognya orang pinter, tauk!!!!
DEPHAN memang gak pernah mikir efisiensi.senengnya kerja 2 kali.mbok kalo buat kapal yg sekali buat langsung mematikan bisa manfaat penuh,kasihan tuh KCR-40,kasian yg manggul G-21 Vektor harus adu cepat sama pesawat.
BalasHapuswis mesti kelakuan kalo buat apa2 mesti setengah2,gak Tank,gak pesawat,Kapal laut,kapal selam.
BalasHapusjangankan KCR,KRI SIGMA aja yg terbaru yg katanya tercanggih milik TNI-AL senjata gebuknya masih setengah ati pa lagi nie cuma kCR yg murah meriah so sudah bisa ditebak kemampuan bertarungnya.
paling2 kalo di suruh lawan kapal rongsokan Filipina BRP Gregorio De Pillar sekali tembak rontok dah,tenggelam wis duit saya bayar pajak.
selamat malam bro boleroes11, mohon petunjuknya sebenarnya berapa ideal kapal perang indonesia yg dibutuhkan utk pengamanan wilayah laut indonesia yg sangat luas,dan bagaimana kualitas dng kapal perang yg sekarang serta kualitas kepal perang yg bagaimana menurut bro boleroes yg seharusnya dibutuhkan oleh indonesia untuk berbagai jenis perairan dari dangkal sampai yang dalam ? oh, iya, apa di KCR tdk ada fasilitas peluncur rudal jarak menengah atau jauh (SAM) ? atas perhatian, dan penjelasannya, saya mengucapkan terima kasih.
BalasHapusPayah desainya
BalasHapus