Senin, April 15, 2013
20
Alasan kunjungan kerja ini ke Ukraina adalah karena negara pecahan Uni Soviet tersebu memiiiki keunggulan persenjataan. Mereka punya misil balistik berdaya jangkau antar benua.

JAKARTA-(IDB) Sejumlah anggota Komisi I DPR mulai mengisi masa reses dengan kunjungan kerja ke dalam dan luar negeri. Ukraina, negara inilah yang dituju Komisi I untuk dikunjungi pada 14-18 April 2013.


Sedikitnya 11 anggota Dewan akan bergabung dalam rombongan ke Ukraina. Dipimpin Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq (PKS), rombongan ini terdiri dari Agus Gumiwang Kartasasmita, Nurul Arifin, Tantowi Yahya (Golkar), Hari Kartana, Lucy Kurniasari, Nani Sulistyani Herawati (Demokrat), Heri Akhmadi (PDIP), Mardani Ali Sera (PKS), Husnan Bey Fananie (PPP), dan Andi Muawiyah Ramli (PKB). Turut pula dalam rombongan ini, Marsekal Muda Tanto Suryanto dari Kementerian Pertahanan, Suprihartini dan Warsi (Sekretariat), dan Begi Hersutanto (staf ahli delegasi).

Husnan Bey Fananie, salah satu anggota delegasi, mengatakan, rombongan bertolak dari Tanah Air pada Sabtu (13/4) malam.

"Kunjungan ke Ukraina ini pada dasarnya untuk meningkatkan kerja sama industri pertahanan dengan negara tersebut. Ini dalam rangka memodernisasi alutsista TNI," ujar Husnan Bey Fananie kepada JurnalParlemen, Minggu (14/4).

Alasannya, Ukraina adalah negara pecahan Uni Soviet yang memiliki keunggulan persenjataan. Negara ini memiliki misil balistik yang berdaya jangkau antarbenua, salah satu senjata yang menggentarkan Amerika Serikat.

"Kita ingin menjajaki kerja sama pertahanan. Kita harapkan Ukraina dapat melakukan transfer teknologi. Sebab, kita baru tahap pengembangan roket berjangkauan 100 km. Kalau kita bisa menguasai teknologi seperti mereka, setidaknya kita bisa mengembangkan kemampuan daya jelajah roket agar lebih jauh," ujarnya.

Selain akan menggelar rapat dengan Duta Besar RI untuk Republik Ukraina, rombongan Komisi I akan berdialog dengan Komisi Pertahanan dan Komisi Luar Negeri di parlemen negara tersebut. Selanjutnya, mengunjungi industri pertahanan Armor Repair Plant di Boryspilksa di Kiev.







Sumber : Jurnamen

20 komentar:

  1. eits antonov-nya jangan lupa bro harus buat pabrik dimari pokonya. Itu Penting

    indonesia dan Ukrainakan saudara lama cuma beda bapak aja.

    BalasHapus
  2. Untuk urusan roket dan peroketan, di jamin nggak akan di kasih teknologi nya sama Ukraina, dulu sudah pernah di coba dan hasilnya gagal total.
    Roket itu sangat strategis, lha kerjasama dg China gimana? Sudah jalan belon? Katanya......katanya akan dikasih lwt ToT..........
    Kembangkan sendiri dg membangun pabrik propelan dalam negari, bahan bakunya ada teknologinya ada dan sudah berhasil uji coba, kan tinggal nerusin, biayanya lebih murah, kerahasiannya terjamin.
    Lucu, kok malah nyari sesuatu yg blm tentu mendapatkan.
    Senengnya kok keluyuran ke luar negeri.....kalau ke Ukraina borong tuch mesin-mesin diesel eks tank dan panser yg sudah di bongkar dan buat program retrofitt tank kita yg masih layak lebih konkrit. Kalau mau, yg pasti nggak mau, orang pinter kok di ajari sama wong cilik.

    BalasHapus
  3. itulah bro pemerintah kita bukan orang pinter tapi orang cerdik..orang pandai khan masih kalah dengan orang cerdik..cerdik korupsi duit rakyat wkwkwkwkwkwk..kasihan yang bener2 pinter toh dinegara kita mereka juga kurang dihargai. makanya pada kabur cari lahan di negri orang. kalo BBM jadi naik alutsista jalan gak tuh..jangan cuma punya doank tapi gak fungsi ngendon di hanggar dan garasi. betul kata bung Ano diatas... urusi dulu industri dalam negeri..sebenarnya kita udah kenyang soal riset..tapi soal license untuk produksinya yg gak ada... wahai anggota hewan...eghh..anggota dewan..melek melek melek...bangun... atau mau dibongkar ama mahasiswa dan rakyat lagi..bongkar bongkar bongkar

    BalasHapus
  4. orang2 ukraina mengakui culture kita sama kok dgn indonesia.
    Berbeda dgn negara yg mengiming-imingi mau memberi otak missile buat bangsa ini HARUS beli ini, HARUS beli itu Ups kecelposan dech (yg suka kerja rodi maksudnya).

    Sbenernya sih klo untuk membuat otak gak perlu keluar negri jg. toh teknik dasar sudah di kuasai sama anak2 robotik di indonesia. Cuma perlu di upgrade agar bisa mencapai jangkauan tertentu itu jg perlu waktu dan biaya.

    Klo dikasih atau nggak sama ukraina ya tergantung yg melobi klo emg masih mau praktis jg mending gak usah keluyuran berwisata di pabrik pertahanan ukraina. Klo mau jelas belajar jangan cuma minta jawaban dri tetangga sebelah inget jangan mau di jadiin sumber emas buat china cukup rudal itu aja.

    BalasHapus
  5. Halaaah komen mu rek nggurui wong pinter!!!

    BalasHapus
  6. Dg china tot roket gagal,dg korsel tot ifx/kfx ngambang(kemungkinan besar gagal)..mudah2an dg ukraina bisa berhasil(walau kemungkinanya kecil) klo gagal lagi coba dg cara spionase(curi dg cara mata2)

    BalasHapus
  7. Ini usaha Indonesia ke Ukrania untuk mendapatkan bahan baku roket (propelan) dan teknologi micro chip bagi sistim kendalinya.
    Yg pertama gagal, yang kedua ...........tobil...tobil....anak kadal, apalagi anggota Dewan Yth kayaknya nggak ada yg ngerti mengenai roket atau sistim kendali roket pasti nanti yang dibawa sebagai oleh adalah .....nyet....nyet dan daswidonia....saja. ( tidak...tidak....sampai jumpa)
    Atau dijamu oleh tuan rumah nyobain telur kaviar yg sungguh lezat dan hitam lintrek2 yaaamin.
    Kalau dapat jaminan mendapatkan bahan baku roket dan sistim kendali roket nanti pengirimannya pasti sulit karena akan di hadang oleh negara negara yg mengikuti regim MTCR yg artinya pesawat atau kapal yg membawa bahan tersebut nggak boleh lewat negara mereka, kecuali di bawa dengan kapal selam khusus. Walah repot tenan, ya negaraku.

    BalasHapus
  8. klo skedar bahan baku gak perlu repot2 pake kpl selam kalee.. Emang apa si yg gak ada di indonesia ? Salju aja di jual di toko kue. Gitu aja kok repot wkwkwkwkwk

    BalasHapus
  9. Namanya usaha bos, beli gak disatu toko ya toh sapa tau toko lain kasih diskon and voucher belanja jg. Jadi jgn suudzon dulu and tetap optimis kita bakal maju dibidang pertahanan! Amiinn

    BalasHapus
  10. wah.. belom tau dia dibalik orang yg nglobi itu siapa ?
    Ukrainakan? leopreet tandus.. Asyik asyik hey

    BalasHapus
  11. kita lihat saja, kita ini wong chi liek... gak usah urusin yang gajah-gajah..., biarin aja mereka kenyang pake duit negara buat kelayapan..., toh seberapa kuat perut mereka makan uang rakyat..., ujung-ujungnya STROKE lalu MAMPUS.

    BalasHapus
  12. autonomous muahaaaall harganya selangit.

    BalasHapus
  13. yah perlu perbaikanlah di Komisi I, pantesan aja persenjataan kita kurang bagus, komposisi komis I yang ke luar negeri aja banyak yang bukan dari basic militer maupun lulusan Universitas Pertahanan, yaaaaaaaaaaa............. sama saja jalan2 lolak lolok bengong, mangan turu....mangan turu.........

    BalasHapus
  14. banyak perempuannya............hati hati bunting

    BalasHapus
  15. Cocok kunjungan tersebut dilaksanakan, dengan memperagakan gaya seorang pesinetron dan bintang film dan dihibur dg langgam musik country yg lenggut-lenggut mendayu dayu sendu plus di beri ceramah agama yg santun pasti sukses deh!!!
    Apalagi ini musim semi, kebanyakan ABG sana kalau sore hari pada ngumpul di fountain -fountain tengah kota dg dandanan yg aduhai, alamaaak dari 10 chewek yg ngumpul yang chantique ada sebelas, opo tumon???
    Kapan kita kesana sambil menikmati pantai laut hitam yg sungguh mempesona.

    BalasHapus
  16. kalo personal sekelas Wamenhan yg meloby saya yakin ada efeknya. tapi kalo anggota dpr kok saya ragu.

    BalasHapus
  17. Marsekal Muda Tanto Suryanto dari Kementerian
    Pertahanan, Suprihartini dan Warsi (Sekretariat), dan Begi Hersutanto (staf ahli delegasi).


    ketawan yg komentar pada gak baca artikelnya nih Itukan bukan cuma anggota dpr doang tapi ada perwakilan dari menhan juga.

    BalasHapus
  18. @yulius mau BBM naik apa kaga itu tank or panser kaga pake BBM subsidi
    begitu juga KRI kaga pake solar subsidi

    jadi gk ada hubungan BBM naik apa kaga

    BalasHapus
  19. Yg penting berani bayar teknologi dan gak perlu DPR.

    BalasHapus