SURABAYA-(IDB) : Untuk mendukung blue print TNI Angkatan Laut tahun 2014 menuju Minimum Essential Force
(MEF), Koarmatim melakukan modernisasi unsur-unsur yang berada dibawah
jajarannya. Salah satu unsur tersebut adalah KRI Karang Pilang-981 yang
berada dijajaran Satuan Kapal Bantu (Satban) Koarmatim. Modernisasi yang
dilakukan meliputi penggantian sistem pendorongan (propulsi), perbaikan interior kapal serta persenjataannya dengan menambah dua pucuk meriam kaliber 20mm. Perbaikan ini dilakukan di Dock Ship Lift Divisi Kapal Perang PT. PAL
Dalam perbaikan ini sistem permesinan KRI Karang Pilang yang tadinya menggunakan empat Mesin Pendorong Pokok (MPK) bertenaga Water Jet direvitalisasi menjadi dua MPK Shaft Propeler.
Dengan adanya penggantian sistem pendorong pokok ini secara teknis
dapat mengurangi laju kecepatan kapal, namun disisi lain dari segi
operasional sangat positif dalam efisiensi bahan bakar. Memang dengan
dua MPK Shaft Propeler kecepatan kapal akan turun dari 40 knot
menjadi 18 knot, namun dari segi pemakaian bahan bakar dapat menghemat
pemakaian dari 2 ton per jam menjadi 2 ton per hari.
Melihat
sejarah KRI Karang Pilang-981, awalnya adalah kapal penumpang milik PT.
Pelni dengan nama KM. Ambulu, dibuat pada tahun 1996 di galangan kapal Lurrsen
Jerman. Kemudian pada tanggal 07 April 2006 kapal tersebut dihibahkan
ke Angkatan Laut dan dipercayakan memperkuat jajaran Satban Koarmatim.
Kapal perang ini sangat efektif dalam melaksanakan opersi tempur laut,
hal ini disebabkan oleh bangunan kapal perang terbuat dari aluminium,
yang sulit dideteksi oleh radar kapal perang musuh. Dominasi platform
kapal dari alminium secara teknis jika terdeteksi radar kapal perang
musuh, akan tampak samar. Hal itu dapat dijadikan sebagai sarana
kamuflase dan pengelabuahan terhadap lawan.
Di
jajaran Koarmatim, KRI Karang Pilang memilki fungsi sebagai Kapal Cepat
Angkut Personel (KCP), diawakai sekitar 30 personel dengan Komandan
Mayor Laut (P) Basuki Mulyo Wibowo. Kapal ini naik dock PT. PAL pada
tanggal 19 Februari 2013, dan sempat ditinjau oleh Irjen TNI Letnan
Jenderal TNI Gerhan Lantara, Rabu (13/3) kemarin.
Sumber : Koarmatim
Ironi menurunkan kecepatan demi penghematan bahan bakar,mungkin maksudnya tdk mudah terdeteksi kapal musuh dg radar buatan tahun 50an,...??? Kapal bekas penumpang???..sedih rasanya membacanya,.
BalasHapusSejarahnya itu kapal eks ASDP melayani Tg Priok-Pontianak. Pd pelayaran perdana mesin dg sistim Water Jet di kep Seribu menghisap plastik. Mesin macet dan tdk dpt diatasi. Akhirnya diserahkan ke TNI-AL. Spt bbrp kpl eks Pelni. Smp skrg kpl Bima Se na kpl Hydrofoil dg mesin Turbin Gas eks BPPT juga g ada kbr brtnya nangkring kam pul kampul di pojok dermaga kpl cepat Ar matim.
BalasHapusKecepatan bukanlah segalanya.... secepat apapun kapal permukaan, akan lebih cepat rudal anti kapal menyasar target. Dan yg jelas user jauh lebih ngerti apa yg dia lakukan dibanding kita yg ngintip dari luar.
BalasHapusYth Saudara Ano 09:53
BalasHapushanya menambahkan saja ada benarnya juga kecepatan bukan segalanya tapi segalanya butuh kecepatan..kecepatan berpikir bertindak..menghindar musuh dengan tactical hit and run..dengan catatan ya kalo kapal ini bawa rudal kalo gak..??? cuma dibekali canon 20mm itupun hanya close combat aja ,Kapal ini dimasukkan dalam Satuan Kapal Bantu (Satban) dengan tugas mendukung pergerakan pasukan dan peralatan militer yang akan melaksanakan tugas di suatu wilayah. Karena fungsinya juga sebagai kapal angkut peralatan militer , maka kapasitas penumpang kapal ini dikurangi untuk memberi tempat bagi peralatan militer yang akan diangkut. jadi ketika perang kapal ini tidak ditempatkan digaris depan. kalo mau dimoderinisasi canon 20mm dua biji wajarlah buat self protection. tp ya musti diinget kalo doktrin perang sekarang lain dengan yang dulu.
setuju gan ini bukan main battle ship seperti jenis corvette, frigate, atau destroyer ini mah cuman kapal angkut atau kapal patroli biasa..
BalasHapusLha itu mbok dibaca yang bener BBM nya bagaimana kalau harus mempertahankan mesin yang lama butuh 2 ton perjamnya untuk mendapatkan kecepatan 40 knot..
BalasHapusdan mesinnya rusak.
apalagi yang harus di PERTAHANKAN ?
Penggantian mesin yang ekonomis adalah pilihan TERBAIK agar tidak membunuh anggaran TNI AL.
Rata rata kecepatan kapal tempur kita (KRI) cuma 20-25 knot,,lha kalau kapal angkut logistik seperti KRI karangpilang mempunya kecepatan 40 knot..
GIMANA cara mengawalnya dalam pelayaran pertempuran ? kalau
gitu aja kok repot,,jangan under estimate lahh
Mo cepat kek...mo lambat kek... Ga urus,yg penting tni al kapalnya sehat,irit dan nanbah buanyak lagee.
BalasHapus