KUALA LUMPUR-9IDB) : Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Anifah Aman menolak klaim
Kesultanan Sulu sebagai pemilik wilayah Sabah. Menurut Datuk Seri
Anifah, uang pembayaran tahunan sebesar 5.300 ringgit yang dibayarkan
pemerintah Malaysia ke pewaris Sultan Sulu, bukan sebagai pembayaran
sewa, melainkan untuk penyerahan Sabah. Hal ini disampaikan Anifah dalam
wawancara di TV3, Jumat (8/3/2013).
“ Perjanjian 1878 antara Alfred Dent dan Baron von Overbeck dari British North Borneo Company menyebutkan Sultan Sulu menyerahkan wilayah Borneo Utara secara permanen, dan ahli waris mereka berhak menerima pembayaran tahunan 5.300 Peso Meksiko. Itu bukan pembayaran untuk sewa, tapi sebagai penyerahan,” tegas Anifah.
“Kami tidak pernah mengakui klaim-klaim pihak lain bahwa Sabah bukan
milik Malaysia dan klaim-klaim ini tak bisa dirundingkan”. ”Saya
tekankan bahwa tak akan ada kompromi atas kedaulatan dan integritas
negara kami,” imbuhnya. Menurut Menteri Luar negeri Malaysia, Sabah
telah diakui oleh PBB sebagai bagian dari Malaysia.
Tanggapan Filipina
Pemerintahan Presiden Filipina Benigno Aquino menginstruksikan Biro
Kriminal Nasional (NBI) untuk mempersiapkan dakwaan yang kuat terhadap
Jamalul dan pengikutnya. Menteri Kehakiman Filipina Leila de Lima
menyatakan, instruksi dari Presiden Aquino telah disampaikan kepada NBI
untuk segera dilaksanakan.
“ Instruksi presiden yakni: Persiapkan dakwaan yang kuat. Prioritasnya kasus tersebut disidangkan di Filipina. Sekarang akan dilakukan investigasi NBI, menyusun dakwaan dan mengumpulkan bukti dan mengidentifikasi pelanggaran terhadap hukum yang berlaku di Filipina,” ucap Leila de Lima di Filipina, Jumat (8/3/2013).
Lebih lanjut, Leila de Lima mengumumkan, keluarga Kiram akan dijerat
lebih dari satu dakwaan atas kekerasan yang mereka lakukan di wilayah
Sabah. Setiap dakwaan tersebut akan diadili secara terpisah, mulai dari
dakwaan menghasut atau memicu perang hingga dakwaan kepemilikan senjata
api ilegal. Setelah diadili di Filipina, kemungkinan besar Sultan Sulu
dan para pengikutnya akan dibawa ke Malaysia untuk diadili kembali oleh
otoritas setempat.
Menurut Leila de Lima, ada kemungkinan dilakukannya ekstradisi antara
Filipina dan Malaysia, meskipun tidak ada kesepakatan resmi yang
mengaturnya. ”Mereka juga melanggar hukum yang berlaku di Malaysia. Kami
akan mempelajari kemungkinan ekstradisi, tapi prioritas kami adalah
menyidangkan kasus ini di sini”, ujarnya.
Meski berhasil menekan Pasukan Sultan Sulu Filipina, Pemerintah
Malaysia kembali memperpanjang tenggat waktu (deadline) bagi para
pengikut Sultan Sulu Filipina untuk menyerahkan diri. Perpanjangan waktu
ini sudah masuk yang keempat kali.
Sejumlah pihak mempertanyakan mengapa tenggat waktu itu terus
diperpanjang. Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Anifah Aman
menegaskan, hal itu dilakukan bukan berarti aparat Malaysia lemah,
melainkan untuk menghormati kuatnya hubungan bilateral antara Malaysia
dan Filipina.
” Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan Presiden (Benigno) Aquino ingin persoalan ini diselesaikan dengan cara terbaik, karena itu disepakati bahwa kami akan mengupayakan cara diplomatik terbaik untuk mengakhiri ini,” tutur Anifah kepada New Straits Times, Jumat (8/3/2013).
“Presiden Aquino juga telah menyerukan para teroris untuk menyerah
dan kembali ke Filipina, dan telah menjanjikan kami bahwa tindakan hukum
akan diambil terhadap para teroris itu,” imbuhnya.
Awalnya sekitar 300 pengikut Sultan Sulu tiba di Sabah pada 9
Februari lalu untuk mengklaim daerah itu sebagai milik leluhur mereka
berdasarkan dokumen-dokumen sejarah. Hingga saat ini mereka masih
bergerilya di wilayah Sabah dan operasi pengejaran pun terus dilakukan
otoritas Malaysia untuk menangkap mereka. Menurut Kepolisian Malaysia,
bentrokan ini sudah menewaskan total 60 orang, dengan rincian 52 orang
pengikut Sultan Sulu dan 8 polisi Malaysia.
Sumber : JKGR
panik... Panik... Panik...
BalasHapusSabah milik Sulu. Sarawak milik Brunei. Semenanjung Malaysia milik Indonesia. Itu fakta sejarah yang kemudian di obrak-abrik sama inggris dan lahirlah jongos-setia ratu elizabeth dengan ibukotanya bernama kuala lumpur.
BalasHapusMampusss lu malon.sekalian aja mama eli jadi tkw di malayshit..hahahaha
BalasHapusMalaysia payah
BalasHapusharusnya intelijen kita membantu sultan sulu secara diam" jadi dengan begitu kita tidak perlu lagi berperang dgn malaysia kita hanya men-supply senjata saja ke sultan sulu dan biarkan mereka berperang,, lama: malaysia juga hancur sendiri kaya di suriah aja. hahahaha
BalasHapusYang namanya penjajah,perampok,imperialis,dan kapitalis apa lagi tukang klaim tetaplah sama aja walaupun sudah beri penjelasan2 thd media,bukankah itu trik2 zionis israel yg diterapkan malaysia.
BalasHapusJayalah Indonesia, jayalah Malaysia sudah seharusny saudara serumpun bersatu, apa itu sultan Sulu, klim ketinggalan jaman tumpas mereka dan pendukongnya ano-ano dari Indon!!!
BalasHapusJangan biarkan pemberontak Sulu berjaya, kerena saudara serumpon dari Indonesia pasti akan membantu Malaysia untuk menumpas pemberontak Sulu dan para hatter dari negeri antah berantah nak senang dg Jayanya Indonesia dan Jayanya Malaysia kerena saudara serumpon.
BalasHapusSTOP MALINGSIA... KAMI INDONESIA AKAN BANTU MNLF DAN PEJUANG MORO UNTUK MENGAMBIL TANAH MILIK NENEK MOYANG MEREKA
BalasHapusorang yg punya tanah gak mau jual, kok maksa, cewex tapi preman.
BalasHapusSudah sepatutnya malingsia itu dikucilkan dari asia tenggara mengklaim tanah orang sama dgn zionis israel, selalu mengklaim saudara serumpun tapi tanah orang diembat juga..dasar tukang klaim..
BalasHapusbru denger ada bayar tanah seluas sabah dengan harga semurah itu,bayarnya pertahun lagi...Logika anak smp aja sdh ga masuk tuh,wong bayar cicilan rumah aja yg kecil2 muaahaal sekaleee..aneh2 aja malay nie?
BalasHapusooo ternyata negeri malon beli tanah to
BalasHapus