JAKARTA-(IDB) : Komisi I DPR RI akan memanggil Panglima TNI dan
Kepala BIN (Badan Intelijen Negara) Senin (21/2) depan menyusul aksi
kekerasan yang terjadi di Papua kemarin pagi.
Anggota Komisi I Husnan Bey Fananie mengatakan, telah mendapat informasi dari Pimpinan Komisi I untuk rencana Raker Senin depan dengan pihak Panglima TNI guna membahas kondisi keamanan di Papua saat ini.
"Senin nanti rencananya akan digelar raker di Komisi I dengan Panglima TNI dan Kepala BIN untuk membahas soal keamanan Papua," ujar Husnan kepada JurnalParlemen, Jumat (22/2).
Husnan menyesalkan atas kembali jatuhnya korban dari pihak keamanan (TNI) yang bertugas di Papua akibat aksi penyerangan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata di sana. Karenanya, DPR memandang perlu memikirkan dan membuat solusi dengan pihak Panglima TNI untuk menjawab berbagai persoalan di Papua ini. Terutama, terkait tugas berat TNI yang bertugas di Papua dalam membantu menciptakan keamanan, ketertiban, dan keutuhan NKRI dari rongrongan segelintir orang yang selama ini selalu mengganggu keamanan di Papua.
"Kita harapkan, dalam raker nanti kita bisa membantu TNI dalam memecahkan persoalan yang dihadapi prajurit yang mendapat tugas negara di Papua. Di mana, selama ini nyawa prajurit TNI sewaktu-waktu bisa terancam akibat penyerangan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata di sana," tegas Wakil Sekjen DPP PPP ini.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menduga kuat kelompok separatis bertanggung jawab atas penembakan TNI di Papua. Penembakan yang terjadi Kamis (21/2) sekitar pukul 09.00 WIT di Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, ini diduga merupakan aksi penyerangan dari kelompok Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) pimpinan Goliat Tabuni. Sementara, penembakan yang terjadi di Distrik Sinak diduga dilakukan kelompok bersenjata pimpinan Murib.
"Yang pertama di Tingginambut, kemungkinan besar itu Goliat Tabuni. Selalu melakukan kegiatan yang mengganggu aparat Polri dan TNI dan juga terhadap para pekerja investasi di wilayah tersebut. Satunya lagi kelompok Murib," ujar Djoko di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Kamis (21/2).
Ia menyebut, tak hanya dua kelompok tersebut, namun ada kelompok lain yang tersebar di beberapa wilayah di Papua. Hal itu berdasarkan data dan informasi intelijen. "Atas data, info selama ini yang dikumpulkan, memang ada beberapa kelompok yang tersebar. Kelompok ini ada yang berhubungan dan tidak," katanya.
Karenanya, ia pun menginstruksikan seluruh jajaran keamanan di Papua mulai dari Kodam XVII/Cendrawasi, Polda Papua, dan aparat intelijen mengungkap pelaku dan menindak tegas.
Sebelumnya, 8 anggota TNI dinyatakan tewas di Papua. Satu orang anggota satgas TNI atas nama Pratu Wahyu Bowo tewas dengan luka tembak di bagian dada dan leher. Kemudian, korban luka Danpos Satgas atas nama Lettu Inf. Reza yang tertembak pada lengan bagian kiri. Peristiwa itu terjadi pukul 09.00 WIT di Pos Satgas TNI, Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya.
Sementara 7 lainnya tewas saat terjadi penghadangan serta penyerangan oleh kelompok bersenjata di Kampung Tanggulinik, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak Jaya, pukul 10.30 WIT. Saat itu 10 anggota Koranmil Sinak, Kodim 1714/Puncak Jaya sedang menuju Bandara Sinak untuk mengambil radio dari Nabire. Tujuh orang yang tewas yakni Sertu Udin, Sertu Frans, Sertu Romadhon, Pratu Mustofa, Sertu Edy, Praka Jojon, dan Praka Wempi.
Anggota Komisi I Husnan Bey Fananie mengatakan, telah mendapat informasi dari Pimpinan Komisi I untuk rencana Raker Senin depan dengan pihak Panglima TNI guna membahas kondisi keamanan di Papua saat ini.
"Senin nanti rencananya akan digelar raker di Komisi I dengan Panglima TNI dan Kepala BIN untuk membahas soal keamanan Papua," ujar Husnan kepada JurnalParlemen, Jumat (22/2).
Husnan menyesalkan atas kembali jatuhnya korban dari pihak keamanan (TNI) yang bertugas di Papua akibat aksi penyerangan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata di sana. Karenanya, DPR memandang perlu memikirkan dan membuat solusi dengan pihak Panglima TNI untuk menjawab berbagai persoalan di Papua ini. Terutama, terkait tugas berat TNI yang bertugas di Papua dalam membantu menciptakan keamanan, ketertiban, dan keutuhan NKRI dari rongrongan segelintir orang yang selama ini selalu mengganggu keamanan di Papua.
"Kita harapkan, dalam raker nanti kita bisa membantu TNI dalam memecahkan persoalan yang dihadapi prajurit yang mendapat tugas negara di Papua. Di mana, selama ini nyawa prajurit TNI sewaktu-waktu bisa terancam akibat penyerangan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata di sana," tegas Wakil Sekjen DPP PPP ini.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menduga kuat kelompok separatis bertanggung jawab atas penembakan TNI di Papua. Penembakan yang terjadi Kamis (21/2) sekitar pukul 09.00 WIT di Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, ini diduga merupakan aksi penyerangan dari kelompok Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) pimpinan Goliat Tabuni. Sementara, penembakan yang terjadi di Distrik Sinak diduga dilakukan kelompok bersenjata pimpinan Murib.
"Yang pertama di Tingginambut, kemungkinan besar itu Goliat Tabuni. Selalu melakukan kegiatan yang mengganggu aparat Polri dan TNI dan juga terhadap para pekerja investasi di wilayah tersebut. Satunya lagi kelompok Murib," ujar Djoko di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Kamis (21/2).
Ia menyebut, tak hanya dua kelompok tersebut, namun ada kelompok lain yang tersebar di beberapa wilayah di Papua. Hal itu berdasarkan data dan informasi intelijen. "Atas data, info selama ini yang dikumpulkan, memang ada beberapa kelompok yang tersebar. Kelompok ini ada yang berhubungan dan tidak," katanya.
Karenanya, ia pun menginstruksikan seluruh jajaran keamanan di Papua mulai dari Kodam XVII/Cendrawasi, Polda Papua, dan aparat intelijen mengungkap pelaku dan menindak tegas.
Sebelumnya, 8 anggota TNI dinyatakan tewas di Papua. Satu orang anggota satgas TNI atas nama Pratu Wahyu Bowo tewas dengan luka tembak di bagian dada dan leher. Kemudian, korban luka Danpos Satgas atas nama Lettu Inf. Reza yang tertembak pada lengan bagian kiri. Peristiwa itu terjadi pukul 09.00 WIT di Pos Satgas TNI, Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya.
Sementara 7 lainnya tewas saat terjadi penghadangan serta penyerangan oleh kelompok bersenjata di Kampung Tanggulinik, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak Jaya, pukul 10.30 WIT. Saat itu 10 anggota Koranmil Sinak, Kodim 1714/Puncak Jaya sedang menuju Bandara Sinak untuk mengambil radio dari Nabire. Tujuh orang yang tewas yakni Sertu Udin, Sertu Frans, Sertu Romadhon, Pratu Mustofa, Sertu Edy, Praka Jojon, dan Praka Wempi.
Sumber : Jurnamen
DPR kan mewakili rakyat, harusnya mereka langsung terbang ke papua dong, melihat situasinya secara langsung, membaur dgn masyarakat, cari tau gimana kondisi nyata di lapangan. Itu kalo mereka para anggota DPR berani si. Hiiii....... 'Atuuuut......
BalasHapusyah begitulah DPR sekarang aneh. Inget gak waktu TNI mau beli tank leo?? Dia malah Repot dan ngotot mau ikut untuk melihat proses pembuatanya. sik asik bisa plesiran ke jerman asuh emg dpr malu maluin. Sekarang apakah dia mau ikut juga plesiran ke tanah papua biar dijedor sama tim khusus dri ausie.. Hahahahaha
BalasHapusDEWAN PERWAKILAN REPOT
kenapa untuk yang satu ini densus 88 tidak berani membasmi teroris OPM
BalasHapusJangan biarkan OPM dan organisasi separatis lainnya berkembang dan membesar karena dipelihara pihak luar hingga akhirnya menjadi tumor yang merongrong kesatuan NKRI. Jangan gentar kepada pihak luar yang munafik yang katanya menjunjung tinggi HAM tapi melakukan penjajahan dan pembantaian di mana-mana hingga sekarang ini, dan pelanggaran HAM terbesar dan terberat dilakukan oleh mereka saat penjajahan dulu kala, merekalah yang seharusnya menyandang gelar teroris sejati... dan perlu diingat bahwa bekas luka-luka kami karena penjajahan dulu tidak akan pernah hilang sampai kapan pun, karena kami tidak akan pernah melupakan sejarah (JASMERAH) "Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah". Jangan beri ampun kepada mereka yang yang merongrong dan merusak kesatuan dan kedaulatan kita wahai Garuda... karena kami rakyatmu telah bersumpah akan selalu membelamu sampai tetes darah penghabisan!!!
BalasHapusPelaku penembakan di POSO polisi cepat kirimkan anggotanya,senjatanya pake M4 carbine full teleskop,kenapa dipapua gak terjun langsung, apa krn beda terorisnya ya pak ?
BalasHapusTerus utk anggota TNI dipapua kenapa cm AK47 sm SS1, jaman dah maju Panglima masak ngeker pake pisir terus mana tuh senjata Para snipernya SS2 V4.jng tanggung" klo berburu
Yaaaa Beginilah, kalo numpas OPM setengah-setengah... Ya hasilnya juga pasti setengah-setengah juga dongggg...
BalasHapusApa susahnya turunnin 500 prajurit TNI ke Hutan PAPUA.. telusuri sampe ke perbatsan, nggak mungkin nggak dapet thu OPM Anjinggg
Nihhh Pemimpinnya yang nggak Becusss.... Pecattttt
densus 88 antara taun 2009 menembak mati pimpinan teroris papua kelly kwalik, dan diprotes keras australi (tdk jelas alasannya), yg merupakan salah satu "pemegang saham" densus 88, setelah itu densus 88 kapok perang di papua. Itu membuktikan densus 88 bisa di sitir, apa dgn kondisi ini satuan tsb msh layak dipertahankan?
BalasHapustenang aja, sebentar lagi uu kamnas segera diundangkan, shg TNI punya pijakan hukum yg lebih kuat dan punya peran yg lebih luas menangani gangguan keamanan dalam negeri termasuk membrantas teroris/opm yang terang terangan mengganggu NKRI.
BalasHapusini adalah salah satu cara aktivis di Negara turQ yg membantu gerakan papuwa barat http://batipapua.wordpress.com/
BalasHapusmiris ane dengernya gan. Jauh dari fakta yg ada kita kita orang di sangka melakukan genosida secara diam diam terhadap warga papuwa. Nih ada linknya dlm bahasa turQ http://batipapua.wordpress.com cek ditwitternya jg gan !!
Yang perlu lakukan operasi intelijen ,pasukan khusus untuk menghancurkan diam diam.Lenglapi dengan drone.Tak perlu di expose ,juga tambah pasukan yang pasti tasget di eliminer habis.
BalasHapusterjunkan kopassus ke papua,percuma kopassus menyandang predikat pasukan elit terbaik no 3 di dunia,tpi menghadapi separatis dalam negri tdak mampu.
BalasHapusPemerintah harus transparan terhadap papua mengenai porsi bagi hasil kekayaan alam, berdayakan SDMnya, perbaiki infrastruktur papua dan yg lebih penting sektor pendidikan dan kesehatan mutlak menjadi hak setiap warga negara. Jika itu semua teratasi mustahil ada faktor kesenjangan. toh jika semuanya terlaksana dengan baik kita bisa berantas itu kaum separatis karena tidak ada alasan bagi mereka untuk berbuat onar.
BalasHapusTurut berduka bagi saudara2 kita TNI semoga keluarganya diberi ketabahan.
Patut dilacak dari mana mereka mendapatkan M16 dan AK 47. M16 kita semua tahu menjadi senjata resmi tetangga sebelah timur.
TNI punya senjata baru knapa cuma dijadikan koleksi. Coba praktekkan untuk menumpas OPM. AS saja untuk perang dgn taliban pake senjata canggih.
BalasHapusadakan petrus lagi pasti aman seluruh indonesia
BalasHapusItu anggota dpr kasi aja ak47 full ammo.
BalasHapusTrus dropin ke hutan pake c130
Kayak apa ya..??
Kirim saja anak'e pak Beye ksana....
BalasHapuskalo sudah ikut mampus baru terjun tuh Kopasus dkk...
saya jadi kasian sama prajurit jadi tumbal terus pemimpin yg lembek....
Kontras d panggil juga pak Hewan,,,eh salah pak Dewan maksudnya.....
BalasHapusKontras itu mata2 OPM n LOndo....
perlu di sidik juga