JKGR-(IDB) : Pernyataan KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo bahwa TNI AD akan
membeli 20 helikopter UH-60 Black Hawk, menimbulkan banyak pertanyaan
di masyarakat. Apakah rencana pembelian 8 helikopter serang AH 64
(AH= Attack Helicopter) Apache ditukar dengan 20 Helikopter UH-60 (UH=
Utility Helicopter) Back Hawk ?
Jika mendengarkan penjelasan KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo di
Mabesad beberapa waktu lalu, penggantian Apache dengan Black Hawk
agaknya jauh dari kenyataan, walau bukan mustahil. Menurut KSAD, jika
dana tidak mencukupi maka pembelian Apache AH 64 dialihkan ke Super
Cobra AH-1W atau Black Hawk UH-60 yang dipersenjatai.
Namun KSAD memberikan catatan, pada intinya TNI AD menginginkan
Apache dan akan memperjuangkannya di Komisi 1 DPR. Alasannya adalah
military balance di kawasan. Lebih dari itu KSAD juga memegang prinsip,
lebih baik memiliki sedikit senjata tapi mematikan daripada banyak namun
loyo. TNI AD menginginkan persenjataan terbaik di kelasnya. Hal ini
baru rencana di Angkatan Darat. Namun gayung bersambut, Menteri Luar
Negeri AS kala itu Hilary Clinton menyampaikan rencana pembelian 8
Apache AH-64D Longbow blok 3 oleh Indonesia ke Kongres AS dan disetujui.
Tiba-tiba Selasa 12 Februari 2013 Juru Bicara Kementerian Pertahanan,
Brigadir Jenderal Bambang Hartawan mengatakan, rencana pembelian
helikopter Black Hawk menjadi alternatif jika negosiasi harga heli
Apache menemui jalan buntu. Yang membingungkan adalah mengapa jika heli
serang Apache gagal didapat, alternatifnya jatuh ke heli angkut Black
Hawk UH-60 ?.
Kendala Helikopter Serang
Banyak militer di dunia memang menginginkan helikopter serang seperti
Apache AH 64, namun harga dan pemeliharaan yang mahal membuat mereka
menjadi berpikir ulang.
Sementara medan pertempuran tidak selalu masif
yang harus menghancurkan ratusan tank dalam waktu bersamaan. Teknologi
juga terus berkembang.
Akibatnya munculah pertanyaan, apakah helikopter
serang ringan atau multirole tidak bisa menangani situasi seperti itu,
karena helikopter serbu ringan atau multi role memiliki harga dan biaya
operasional yang lebih murah.
Ditambah lagi, semua helikopter membutuhkan biaya pemeliharaan yang
mahal karena terkait dengan rebuild engine dan rotor secara berkala,
maka akan efektif bila membeli satu tipe helikopter. Biasanya, pilihan
jatuh ke helikopter serbu ringan atau multi-role.
Metamorfosa Heli Serang Ringan
Selain Apache AH 64, Amerika Serikat juga memiliki heli serang AH-1Z
Viper, namun cikal bakalnya berasal dari helikopter angkut pasukan UH-1
Huey. Pada tahun 1967 Angkatan Darat AS mengembangkan helikopter serang
ringan dengan mengadopsi turboshaft engine, transmisi dan sistem rotor
dari UH-1 Huey. Helikopter serang ringan single engine yang diberinama
AH 1G dan banyak terlibat dalam operasi militer di Vietnam.
Marinir AS tertarik dengan AH-1G namun meminta performanya
ditingkatkan karena helikopter single engine dianggap berbahaya untuk
operasi di laut.
Tahun 1968 munculah varian baru dengan twin engine yang
diberinama AH 1J Sea Cobra. Senjatanya pun dimodernisasi dengan senjata
mesin gatling 3 dan 6 laras (M-61 Vulcan).
Helikopter ini terus dikembangkan hingga pada tahun 1980 muncul AH 1T
dilengkapi sistem kontrol penembakan rudal AIM-9 Sidewinder dan
AGM-114 Hellfire.
Heli ini terus dimodifikasi dengan membuat baling
baling komposit dengan sistem rotor yang baru dan diberinama AH 1W Super
Cobra. Helikopter dengan 4 baling baling komposit ini mampu menekan
kebisingan dan tidak cepat rusak.
Angkatan Darat AS juga meningkatkan performa heli angkut pasukan UH 1
Huey tersebut dengan membangun UH 60 Black Hawk Sikorsky dengan
spesifikasi: empat baling-baling, twine engine, daya angkut lebih besar
dan menjadi helikopter serbaguna.
Sementara di jajaran helikopter Serang, Angkatan Darat AS mengembangkan Apache AH 64.
Pada pertengahan tahun 1990-an, keinginan Marinir untuk mendapatkan
helikopter Apache versi marine ditolak oleh pemerintah AS karena disain
AH 64 versi Marinir akan sangat mahal dan penggunanya pun hanya Marinir
AS. Akibatnya pada tahun 1996 korps Marinir AS memutuskan untuk
meningkatkan performa AH-1W Super Cobra menjadi AH-1Z Viper.
Helikopter AH-1Z Viper memiliki dua wing stub yang di-redisign menjadi
lebih panjang agar dapat mengangkut senjata lebih banyak yakni: rudal
AIM-9 Sidewinder. 2 unit Hydra rocket pods 70 mm atau AGM-114
Hellfire quad missile launcher. Radar Longbow pun bisa dipasang di wing
tip station.
Angkatan Darat AS juga terus memodernisasi UH 60 Black Hawk sehingga
bisa mengangkut roket hydra 70 atau 16 Hellfire II Anti tank serta
dilengkapi dengan senjata mesin M240G 7,62. Sistem avionik dan
elektroniknya juga ditingkatkan, namun AS tetap saja memberlakukan UH 60
sebagai helikopter taktis pengangkut pasukan. Persenjataan yang dibawa
lebih untuk pertahanan diri.
Dari sejarahnya itu maka tidak heran bentuk dasar AH-1Z memiliki
kesamaan dengan UH-60 Black Hawk.
Lain halnya dengan helikopter Serbu AH
64 Longbow yang lahir merujuk kepada teknologi helikopter Comanche RAH
66 yang sudah digitalisasi tahun 1990-an, sehingga bentuknya pun
mengalami perubahan radikal.
Melihat sejarahnya tersebut, AH 1Z Viper dengan segala model
upgrade-nya masih di bawah generasi Apache AH 64 D. Apache memiliki
airframe yang telah matang (sempurna). Sementara AH 1Z Viper
kemungkinan menjadi varian terakhir dari keluarga helikopter Huey
setelah 40 tahun mengudara dan masa produksinya akan berakhir tahun
2030. Sementara AH 64 Apache yang muncul di tahun 1990-an masih memiliki
masa hidup yang panjang, begitu pula dengan perkembangan sistem
elektronik dan senjatanya.
Untuk urusan persenjataan, Super Cobra AH 1Z Viper mampu mengangkat
seluruh persenjataan yang dimiliki oleh Apache, namun tetap saja lemah
di bidang proteksi. Apache mampu menahan tembakan beruntun dari
anti-aircraft guns kaliber 23 mm, sementara AH-1Z Viper tidak bisa. AH 1
Z yang terus dikembangkan juga masih memiliki banyak bugs antara lain
terkait: getaran dan handeling karena basic air framenya teknologi tua.
Dari kondisi tersebut tergambar teknologi Apache AH 64 lebih unggul
dari AH-1Z Viper. Helikopter AH 1Z Viper atau AH 1 W Super Cobra
menjadi alternatif karena biaya operasinya lebih murah. Perawatannya pun
tidak sesulit Apache dan bisa ditangani oleh negera pembeli.
Misi Helikopter
Apache biasanya digunakan Amerika Serikat untuk operasi khusus,
operasi pembuka serangan serta deep attack. Sementara AH-1Z Viper atau
AH 1W Super Cobra untuk operasi pertempuran reguler maupun kawal pasukan
di darat. Namun persoalannya helikopter ini akan berhenti berproduksi
17 tahun lagi.
Bagaimana dengan Helikopter Serba Guna UH-60 Black Hawk (S-70 versi
eksport) ?. Tentu helikopter ini tidak bisa dibandingkan dengan Apache
maupun AH 1Z Viper, karena peruntukanya memang berbeda. Namun teknologi
terus berkembang dan para produsen helikopter tidak pernah kehilangan
akal. Kini Sirkorsky telah melengkapi UH 60 Black Hawk dengan
kemampuan reconnaissance maupun serbu dan diberinama S-70 Battlehawk.
S-70 Battlehawk muncul menjembatani keinginan user untuk memiliki
helikopter serang namun biaya dan perawatan yang murah dan bisa
digunakan untuk berbagai misi.
Persenjataan S-70 Battlehawk:
50 caliber machine guns , 7.62 caliber machine guns , 7/12/ 19 pod 70
mm rocket launchers, Air-to-ground laser missile system
provisions, Helmet-mounted sight, Internal Auxiliary Fuel (200/400
gallon capacity), External Gun Mounting System, External Stores Weapon
System.
Rencana pembelian Apache AH-64 digantikan dengan S-70 Battlehawk akan
sempurna jika gap antara Apache dan Battlehawk, ditutupi dengan
pembelian unmanned combat air vehicle (UCAV) di kemudian hari.
Sumber : JKGR
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTumben saya bingung baca artikel Indo-Defence....ada beberapa kesalahan yang fatal sehingga bisa menyesatkan.
BalasHapus1. AH-1Z lahir dari root/asal AH-1 Cobra (Model 209) memang sering disebut Huey Cobra, tetapi kesamaannya dengan UH-1 Iroquois hanya sebatas Mesin, transmisi dan rotor saja. jadi bukan main air frame nya.
2. AH-1 dan UH-1 lahir dari dedicated mission yang berbeda, jelas sekali kelihatan dari designation code nya, satu mengusung AH = Attack Helicopter satu lagi UH = Utility Helicopter. Intinya mainframe nya pasti berbeda.
Kog saya melihat ada tendensi dari penulis untuk "Mengarahkan" ...."Bila nggak dapat AH-64, mari ambil S-70....jangan AH-1Z Viper".....apakah hal ini pesanan?
Mohon untuk penulis lebih berhati2 lagi dalam "bermain" karena pengarahan persepsi publik bila salah langkah akan back fire di jaman sekarang ini.
Saya secara pribadi melihat bila untuk UH alias Utility Helicopter saya kira product PT. DI sudah sangat mampu menjawab kebutuhan TNI. bila mau import UH saya tidak setuju, lain halnya bila akan import AH, silahkan sepanjang jangan lupa dengan ToT nya seperti yang di amanatkan dalam UU Industri Pertahanan.
Kalau bisa jangan di ganti lah...kalau mau sekalian ganti dengan cnook untuk angkut pasukan atau unyuk bencana alam, terus untuk heli serang/serbu pakai MI nya rusia..
BalasHapusbuat agan yg paling atas ini yg nulis JKGR
BalasHapusane dpt info dari bpak tmn ane yg juga "orng dalem" TNI
Apace jadi jumlahnya rahasia
dan ternyata cihonok juga jadi tapi rahasia juga
ane percaya dia wong udah tinggi gan pngkate
Oh ya satu lagi...."Helikopter Serbu AH 64 Longbow yang lahir merujuk kepada teknologi helikopter Comanche RAH 66 yang sudah digitalisasi tahun 1990-an, sehingga bentuknya pun mengalami perubahan radikal"....nah ini sedikit lucu....karena AH-64 D itu diserah terimakan pertama kali ke US Army pada 2003. sedangkan program RAH-66 comanche di batalkan US Army 23 February 2004. intinya RAH-66 ini sebenarnya masih Project....bagaimana bisa AH-64D yang sudah masuk lini produksi bahkan diserah terimakan ke end user pada 2003 merujuk pada RAH-66 yang masih project sampai 2004?.....secara gamblang dari penomoranya sendiri sudah bisa dilihat siapa yg lahir lebih dahulu....Apache pegang nomer 64 dedang Comanche pegang nomer 66. yang ada sebenarnya adalah terbalik dari yang penulis tuliskan.....kemungkinan yg bisa terjadi adalah RAH-66 Comanche merujuk pada AH-64 Apache.
BalasHapusSaya setuju bila mau ambil heli angkut berat kita ambil Chinook is okey kalau heli angkut ringan dan sedang macam UH-60 atau S-70 nggak usahlah, PT-DI mampu dan punya produk nya....sedang kalau mau ambil AH = Attack Helicopter selain AH-64D & AH-1Z opsi yg baik diluaran ya masih lumayan banyak....dr Russia ada Mi-28 Havoc, Ka-50 Hokum selain Mi-35 yang kita sdh miliki....dari eropa ada Agusta A129 Mangusta & Eurocopter Tiger sedang dari afrika selatan ada Denel AH-2 Rooivalk.....sekali lagi jangan dicampur aduk kan antara AH & UH karena keduanya memiliki dedicated mission yang berbeda.
BalasHapusbokis males dengar janji janji mulu tanpa bukti...
BalasHapusAnak ingusan juga bisa bikin tegang ibu dan org di sekitarnya kalau panjat tower..
Dengan iming iming dpt mainan baru Padahal main bekas..
Setelah meninggal barulah si ibu sadar TERNYATA uang tak ada gunanya bila ditukar dengan nyawa..
Yah beginilah indonesia terlihat surga tapi serasa di nerak !!!
nih ada info sedikit biar engga mudah di bodohi orang orang dpr..
BalasHapusYuu silahkan di pilih spesifikasinya yg cocok buat pertahanan negara ini..
Di pilih... Di pilih... Di pilih...
http://www.military-today.com/helicopters.htm
Saya pribadi berpendapat biar mahal asal punya efek gahar,harga jangan di jadikan halangan,demi melindungi NKRI,kapan lagi inilah saatnya,selama ini bangsa kita terus jadi tertawaan negeri jiran yang angkuh dan somong norak...jayalah TNI dengan alutsista mumpuni
BalasHapusKlo klo tahun ini negara beli 8 Apache ah64 longbow, saya tidak akan korupsi lagi. Apalagi satu skuadron, sepupu saya yg jd anggota DPRD pasti berhenti korupsi... Apalagi 2 skuadron, adik saya yang jadi gubernur pasti ga' doyan korupsi.. APalagi ..... 3 skuadron, berarti saudara2 saya yang jd menteri, ketua partai, dan anggota DPR sudah pada insaf, pada benar2 mengabdi padamu negeri...
BalasHapusApache AH-64 Agility Demo & Firing Rockets:
BalasHapushttp://www.youtube.com/watch?v=JxsV6pDhdTQ
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmenurut abang ane di mabes, sbtlnya apache sdh deal pembelian tp utk unit mmg blm jls. nantinya unit apache ini akan ditmptkan dlm batalion pemukul taktis bersama astros, leo, mi35, marder.
BalasHapusyg penting sama sama membawa hellfire semakin canggih klo black hawk dan apache bisa terwujud pasti membuat tersenyum para angkatan darat saat bertemu di medan laga...
BalasHapusLumayankan bisa bikin hujan buatan sekaligus memberi rasa nyaman untuk ad kita
walau masih di dalam angan angan...
Please dont bailout, roger
o.k launch, woooow goodluck
Kenapa tujuan awal pengadaan helikopter serang Apache diganti dg pengadaan helikopter Black Hawk,sepertinya agak menyimpang dari perencanaan.
BalasHapusKlo ditinjau urgensinya, Indonesia lebih membutuhkan helikopter serang, hal ini krn jenis alutsista tsb jumlahnya masih sangat tdk memadai (7 unit) n belum bisa dibuat sendiri oleh Indonesia. Sebaliknya, utk kebutuhan helikopter angkut pasukan PT. DI sudah mampu membuatnya, pd sisi lain Indonesia sudah memilikinya walaupun jumlahnya masih perlu ditambah.
Berdasarkan kontradiksi tsb, jelaslah mana kebutuhan helikopter yg layak utk dipenuhi terlebih dahulu, sekaligus mampu memberikan perimbangan kemampuan alutsista dg negara tetangga dan mampu memberikan efek deterent yg dijadikan media bargaining politik.
Berdasarkan aturan pengadaan, dg jelas disebutkan bahwa pengadaan yg diperkenankan utk didatangkan dr luar negeri hanya utk alutsista yg belum mampu dibuat oleh Indonesia sendiri.
Dg demikian, Indonesia akan lebih tepat melakukan pengadaan hekikopter Apache daripada Black Hawk.
Semoga posting ini memberikan pencerahan...
Jayalah Indonesia dan TNI...
Black hawk jadul banget dah=mendingan batal...AH 1Z viper bolehlah
BalasHapusblack hawk mau ngga mu
BalasHapusharus di ambil karna sudah
jadi 10unit tinggal nunggu
10unit berikutnya...
Lho Bukannya berita pembelian black hawk ini sudah lama ya bro???
Terus kena denda dong klo pembelianya sampai di batalin???
Saya juga ngga setuju dgn kdatangan black hawk.. tapi mau bilang gimana lagi klo sudah ada perjanjianya..
Jadi bingung baca beritanya
Semoga yang di ambil apache,murni heli serbu dengan segala macam keunggulanya,heli angkutnya chinook murni fungsinya untuk angkutan,kalau Dokter ibaratnya dokter spesialis lebih profesional,minimal dapat TOT reparasi dan perawatan di PT DI,bebas embargo dan suku cadangnya lancar dan yang paling penting rudal "HELL FIRE"..
BalasHapusKayaknya ini ada skenario bubar perang.
BalasHapusbila amrik mernarik diri dari afganistan maka banyak military hardware yang surplus produksi.
yang terjadi adalah harga obral, hal ini pernah terjadi pada thn 70án saat amrik pulkam dari vietnam.
Jelas blackhawk fungsinya tak beda jauh dengan Hind, tapi keduanya tak bisa menggantikan fungsi Apache. keuda benda terbang itu memiliki tugas pokok yang berbeda.
Jadi kalau niat ya beli kedua jenis tsb dan hind kita jual kenegara lain. kalau engga gitu nantinya terlalu rancu dan terlalu banyak buang anggaran pemeliharaan.
Mayday..mayday...Blackhawk down...blackhawk down....
BalasHapusapache sama black hawk jauh banget perbedaany, klau kita membutuhkan heli serang murni tpi di ganti dg heli angkut serang berati bodoh banget yg ngambil kebijakan, soalny dri fungesi aja jauh banget perbedaany, apalagi dlm perang bisa fatal akibatny.........
BalasHapussama aja kayak kita btuh motor sport buat balap tp d beli motor cross krna alasan mtor cross hargany lebih murah , y susah lah menang klau buat balapan.
klau memang ia apache d ganti blak hawk berati ngawur ni pemeritah
F35 Saja ya daya gempurnya memasuki pertahanan lawan
BalasHapusTapi cuma 1 gimana mau ga?
wkwkwkwkwk
Flight International quotes the Thai army’s rationale:
BalasHapus“We are buying three Mi-17 helicopters for the price of one Black Hawk. The Mi-17 can also carry more than 30 troops, while the Black Hawk could carry only 13 soldiers. These were the key factors behind the decision.”
-------------
lebih baik Mi-17.......kalo perlu Mi-17N versi ekspor gunship yang serang malam
vote kamov 50/52 multiroll, multilock, the beast manuver
BalasHapusKendaraan perang ,ya seperti heli membutuhkan perawatan ,peergantian suku cadang secara berkala.Dimasa damai kita bisa beli kapan saja kita mau asal ada duit.Tapi disaat perang kebutuhan meningkat karna digenjot kemampuan maksimalnya .Disanalah nanti kita keteter bila terlalu tergantung sama produk luar.Musuh bisa menghitung berapa lama endurance peralatan kita tanpa pasokan suku cadang dan servise .Seperti heli penerbad yang dirawat di Ukraina.Nah akan halnya produk AS,nantinya tentu menghadapi kendala yang sama.Kalau masih tetap ngotot dengan heli luar,dalam paket pembeliannya dimasukkan siku cadang dengan asumsi cukup digunakan dalam perang dengan jam terbang minimal 6 bln paling kurang.Akan lebih bagus lagi menggunakan heli yang telah dilisensi oleh PT DI.Lebih mudah dalam perawatan dan suku cadang.Toh PT DI sudah banyak melisensi heli angkut,kan bisa dipersenjatai secara terbatas.Untuk Attack Heli kenapa tak dilirik oeh TNI, Heli rancangan .PT DI,gandiwa .Padahal cuma pengembangan dari heli utility ke attack pasti PT DI bisa bikin dalam waktu cepat soalnya cuma pengembangan dari heli angkut,yang dirobah fungsinya,Dan rancangannya sudah jadi tapi karena tak ada permintaan dari TNI,belum di produksi.Karena kendaraan perang tentu cara berfikirnya kebutuhan dalam perang.
BalasHapusBeli apache dikasi blackhawk.
BalasHapusKayak beli mie ayam dikasi mie instan
Sama" mie/heli tapi kan beda rasa pak mentriiii........
sejak jaman bung karno berakhir......
BalasHapus*USA:"Apapun yg kamu minta,saya akan usahain semuanya ,tapi tolong saya satu hal saja tolong jangan buat.......bagaimana anda setuju?"
*RI:"baiklah kami setuju, tapi anda jgn ingkar janji!"
*USA:"ok,tapi ingat tidak ada makan siang yg gratis ya,kecuali anda setuju jadi sekutu kami"
tahun '98 karena krismon mereka melupakan janjinya karena yakin ekonomi kita tak bakalan mampu mengembangkan persenjataannya bahkan mengembargo kita, tapi roda berputar, sekarang mereka datang lagi, tapi tetap tak ada makan siang gratis sesuai perjanjian, jadi masalahnya tinggal Wani Piro??
ada nggak hepengnya?,tinggal liat aja tanggal maennya......cape mikirinnya...☺
daripada beli black hawk 20 jt dolar mending beli mi-17 saja lbh miring harganya,d kasi senjata jg bisa,gk kalah canggih.wong yg buat black hawk saja sempat keblinger sama mi-17....
BalasHapusPak Menhan ingat doktrin perang Erwin rommel perang dunia ke-2, menempatkan alutista berdasarkan kebutuhannya. beli aja apache 8, attack helicopter bagusnya ya kelasnya attack helicopter. untuk transport dan utillity, kan pastinya ada pengawalnya seperti ATGM helicopter atau gunship helicopter. Ingat perang teluk.
BalasHapuslha buat helikopter serang kan bukan hanya ada sm amrik saja,kenapa tidak di lirik produk helikopter serang dari rusia dan china yg harga lebih murah serta kwalitas tdk kalah dgn produk amrik serta biaya perawatan yg murah.
BalasHapusok ada orang disini akhirnya menyadari adanya varian AH-1Z Viper.... dan tahukah kalau AH-1Z viper itu lebih murah daripada apache? hargarnya sekitar 30 juta dolar, dan bisa jadi pilihan alternatif daripada varian Battlehawk ataupun varian DAP (Direct Action Penetrator)
BalasHapusalasan aes yg membuat harga apache melonjak :
BalasHapushttp://www.citizenjurnalism.com/hot-topics/ri-beli-8-helicopter-apache-untuk-operasi-di-papua/
harga Sebelum melonjak :
http://www.timesofindia.com/india/India-US-set-to-ink-1-4bn-deal-for-22-Apache-helicopters/articleshow/15578021.cms
Klo dibalik pengadaan helikopter serang masih banyak n hrs menuruti kepentingan, ya lebih baik ambil dari negara yg tidak terlalu banyak mendikte negara kita. Ingat pengalaman embargo yg sdh kita alami, yg di kawatir saat alutsista tsb kita butuhkan malah kena embargo..kan sangat menyedihkan. Pada sisi lain, kenapa kita minyimpang dari perencanaan, hanya krn menuruti kepentingan negara penjual.
BalasHapusSudah seharusnya kita konsisten dg apa yg diinginkan negara kita. Apapun kebutuhhan negara kita, hany kita yg tahu n wajib menjaganya.
Tdk seharusnya rencana pengadaan helikopter attack digantikan helikopter utility. Kita sdh mempunyai cukup banyak helikopter angkut pasukan yg bisa dipersenjatai, selain itu kita sdh mampu membuatnya.
Pembelian helikopter attack, sudah pasti akan banyak yg kita dapat, diantaranya berfungsi sbg alat tempur, mafaat yg lain kita dpt menyerap teknologinya.
Klo pembelian helikopter attack diganti dg helikopter Blackhawk bisa dikatakan pemborosan uang rakyat, karena anggaran pembelian tersebut bisa dialihkan utk pemberdayaan PT.DI n uang rakyat tdk terbuang sia2.
Semoga pemerintah kita yg didukung rakyatnya, benar2 konsisten dg apa yg telah direncanakan..
jikalau gw jadi KASAD nya, tahun 2013 ini gw akan prioritaskan dulu 1 atau 2 item saja alutsista yang akan dibeli. contoh MBT dan kendaraan angkut personil. tahun berikutnya pun demikian.jadi kuantiti alutsista yang dibeli cukup signifikan.tidak seperti sekarang,semua alutsista mau dibeli tapi dananya tidak mencukupi,akhirnya kuantiti yang didapat tidak memuaskan.
BalasHapusDpt dipastikan yg akan dibeli adalah Black Hawk karena mereka sudah presentasi dan penjajagan kerjasama dg mengunjungi Bandung tahun lalu. Jadi nggak usah ribut, mau BlackHwak, mau Apache mau apa saja itu terserah yg mempunyai kebijakan, yg penting beli.
BalasHapusklo kebutuhannya helikopter serang kemudian krn ketrbatasan dana jd mau beli helicopter angkut. mabuk kali tu menteri.
BalasHapuskenapa pilihannya gk ke toko lain gt
paling benci gw klo aes sudah bicara HAM kaya yg paling bener aja tuh aes.
BalasHapusudah ambil yg murah aja tp harus ada totnya juga pak menhan.
1,4bn india dpet 22ekor masa kita cuma dikasih 8. mainkan kartu mu inget perlu manuver yg cantik oke.
jangan2 pak menhan sudah kena sogok sama amrik
BalasHapusklau mereka naikin harga apache berati mereka ngak pengen kita memiliki apache, kasarny d persulit.
BalasHapusklau cari solusiny ngapain lgi kita beli ama dia yg kelasny berbeda, mendingan beli ama negara lain yg kwalitasny n fungsiny hampir sama...........
mudah2an aja heli srang murni kita bisa segera terwujud.
Saya membayangkan kalau anggaran sebanyak itu dibelikan Heli Serbu Bell -412 pastinya akan mendapatkan kira-kira lebih dari 1 skuaron heli.( 1skuadron heli adalah 32 unit), apalggi kalau heli retrofit akan diperoleh 2 skuadron heli dimana tahap ini dpt dipakai sebagai pendukung infantery mobil udara dan kavaleri udara yg sudah diresmikan oleh Jendral George Theosutta disamping Infantery Mekanis dg panser Anoa sebagai pilihan.
BalasHapusDg demikian yg infantery dg kelas Raider adalah 10 battalyon yg pernah diremikan oleh Jendral Ryamirzad Ryacudu disamping Ton Taipur.
Apapun setiap pengadaan atau pembelian material Alutsista dari AS dipastikan penuh dan sarat dg aspek politis kita kembalikan semuanya pada pemegang keputusan dan kebijakan, semoga yg terbaik yg diperoleh.
Terima kasih.
Bang Bale ini seperti tau byk ttg alutsista... Heheheheee...tp sayang sekali setiap pendapatnya tdk moderat n pesimis thd setiap pemikiran maju. Wow....
BalasHapusSalah, saya tidak pesimistis, keyakinan saya mengajarkan optimistis, dan saya senang dengan kemajuan / modern. pada konteks ini, saya pragmatis, dan realistis saja, karena saya sudah banyak pengalaman, mengikuti dan merasakan pahit getirnya pemahaman perihal material Alutsista dan kebijakan yang mengiringinya.
BalasHapusKalau yg masih muda-muda kan penuh dg khayalan, idealisme, dan gaya.
Menggampangkan masalah dan kadang sedikit ngawur dan ugal2-an sama spt saya masih muda dulu.
le historie se repetair. Sejarah berulang kembali.
Terima kasih.
Bang Bole:
BalasHapus32 unit heli serbu Bell-412 kedengarannya cukup bagus. Lagipula itu juga produk PTDI. Opsi yang sangat bagus.