BATAM-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro berharap Rudal C-705 yang
dipergunakan untuk Kapal Cepat Rudal (KCR) 40 KRI Beladau 643 dan kapal
sejenisnya yang selama ini didatangkan dari China bisa dibuat di
Indonesia.
"Kami sedang mengupayakan alih teknologi agar nantinya rudal tersebut bisa diproduksi di dalam negeri," kata Purnomo setelah serah terima KRI Beladau 643 dari PT Palindo Marine Sipyard Batam di Dermaga Selatan Pelabuhan Batuampar, Batam, Kepulauan Riau, Jumat (25/1).
Purnomo mengatakan, bila rudal dengan jarak jelajah hingga 150 kilometer tersebut bisa diproduksi di dalam negeri, banyak keuntungan yang didapat. "Kami tengah berupaya menuju kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) dengan berbagai upaya yang telah dikembangkan didalam negeri. Termasuk pembuatan KCR 40 yang diserahterimakan hari ini," katanya.
Sebagai negara yang besar, kata dia, Indonesia membutuhkan tambahan alutsista baik untuk TNI-AD, TNI-AL, dan TNI-AU. Untuk TNI-AL, kata Purnomo, hingga 2014 akan ada 16 kapal sejenis KRI Beladau 643 yang akan digunakan untuk mengamankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pembangunan kapal ini merupakan upaya peningkatan alutsista yang tengah dibangun bagi seluruh angkatan. Ia mengatakan produksi alutsista tidak akan berhenti pada KRC. Pemerintah akan terus melengkapi persenjataan TNI dengan beberapa kapal lain. Selanjutnya, akan dibuat kapal perusak dan kapal selam. TNI-AL, kata Purnomo, membutuhkan kapal yang kuat hingga mampu hadir dan mengamankan perairan di laut jauh.
Untuk TNI-AU dan TNI-AD, kata Purnomo, juga akan diserahterimakan beberapa alutsista baru untuk menjaga keamanan NKRI. "Tahun ini anggaran untuk Kementerian Pertahanan dan TNI sekitar Rp81 triliun. Dengan anggaran tersebut, kami akan terus menambah alutsista sesuai dengan kebutuhan secara bertahap," kata Purnomo.
"Kami sedang mengupayakan alih teknologi agar nantinya rudal tersebut bisa diproduksi di dalam negeri," kata Purnomo setelah serah terima KRI Beladau 643 dari PT Palindo Marine Sipyard Batam di Dermaga Selatan Pelabuhan Batuampar, Batam, Kepulauan Riau, Jumat (25/1).
Purnomo mengatakan, bila rudal dengan jarak jelajah hingga 150 kilometer tersebut bisa diproduksi di dalam negeri, banyak keuntungan yang didapat. "Kami tengah berupaya menuju kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) dengan berbagai upaya yang telah dikembangkan didalam negeri. Termasuk pembuatan KCR 40 yang diserahterimakan hari ini," katanya.
Sebagai negara yang besar, kata dia, Indonesia membutuhkan tambahan alutsista baik untuk TNI-AD, TNI-AL, dan TNI-AU. Untuk TNI-AL, kata Purnomo, hingga 2014 akan ada 16 kapal sejenis KRI Beladau 643 yang akan digunakan untuk mengamankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pembangunan kapal ini merupakan upaya peningkatan alutsista yang tengah dibangun bagi seluruh angkatan. Ia mengatakan produksi alutsista tidak akan berhenti pada KRC. Pemerintah akan terus melengkapi persenjataan TNI dengan beberapa kapal lain. Selanjutnya, akan dibuat kapal perusak dan kapal selam. TNI-AL, kata Purnomo, membutuhkan kapal yang kuat hingga mampu hadir dan mengamankan perairan di laut jauh.
Untuk TNI-AU dan TNI-AD, kata Purnomo, juga akan diserahterimakan beberapa alutsista baru untuk menjaga keamanan NKRI. "Tahun ini anggaran untuk Kementerian Pertahanan dan TNI sekitar Rp81 triliun. Dengan anggaran tersebut, kami akan terus menambah alutsista sesuai dengan kebutuhan secara bertahap," kata Purnomo.
Sumber : Metrotvnews
Salut buat Menhan, Buat KCR yang lebih banyak lg, meskipun kapal kecil tapi senjata mematikan.....biar si jiran sebelah tak klaim klaim pulau maupun laut kita lg. Omong2 msalah kapal, kapan TNI punya Kapal induk ni, biar nanti di kasih nama KRI Soekarno........denger nmanya saja pasti nanti jiran di utara dan si bule di selatan ciut nyalinya........
BalasHapusjgn cuma KRI Soekarno, kita hrs ingat pemersatu nusatara kita...Gajah Mada.... Jadi yg pertama kita beri nama KRI GAJAH MADA, dan yg kedua KRI SOEKARNO.
Hapusyg ketiga nama >Anonim, ya. ok lah
BalasHapusKomentarin orang gak perlu sarkastis cong ... Kalo mo bikin gara gara diluar aje.
Hapusdasar RASIS
HapusSabar, sebentar lagi kita punya 3 Kapal Induk kelas Moskwa lengkap dengan pesawat dan heli tempurnya. Yang pertama dikasih nama apa terserah usul >anonim deh, yang penting 3 kapal induk datang khan.
BalasHapusTumben.
HapusC0mentnya nglantur b0s. .
ayo pak menhan percepat aja bikin rudal C-705 nya. klau udah bisa bikin rudal, ngak ada lagi negara lain yg meragukan kita sebagai macan asia.............
BalasHapuskrna yg namanya rudal sangat vital banget sbagai pertahanan suatu negara.
Yakin gan @boleroes kita dpt kapal induk ?
BalasHapusMaksud beloreos mungkin tiga armada.
HapusMaju terus pantang mundur
BalasHapusNKRI harus ttp jd MACAN ASIA
segera pak menhan.....
BalasHapustetangga2 sudah pada nambah arsenal semua tuh.....
Ya pak menhan kapal induknya doong atuuu aja! Biar kita tambah di segani!!! Masalah nama kasih nama sumatera, atau papua atau....
BalasHapusPak menhan perhatikan penerimaan personil tentara biar tambah kwalitas!!! Masa cari penerbang aja susah!!!
BalasHapusbanyak omong semua..., kayak tukang obat.
BalasHapuskerjasama dengan LAPAN aja roket nya sudah mencapai 300 km,tinggal nambah ulu ledak nuklir aja ..
BalasHapus@Boleroes11 mau bikin kampanye upss salah kapal induk cuma buat jadi bulan bulanan torpedo lawan
BalasHapuscruiser sama destroyer aja ga punya mau bikin kapal induk
apa ada maksud terselubung ya dengan ke3 kandidat ini:
yg pertama KRI GAJAH
MADA, dan yg kedua KRI SOEKARNO yg ketiga ini harus KRI PEMIMPIN bukan PEMIMPI yeah pak janji janji doang anak kecil juga bisa...
kampanye ko di blog nora tau ga...
Indon gaduh nak macam orang mabok khamar ha...ha...
BalasHapusMalonte kenapa kelen pake nak nak memang dasar malonte kuntilanak ho ho ho
Hapuslo berisik gua simpan kuping dalam sarung put put Goooolll
BalasHapusMalon geblek gak liat di dpan matanya ada lingkaran setan !!
BalasHapusBangsa beruk malon kepanasan ...........mau belanja tak punya uang ya.........kacian............lihat donk, tetanggamu pada belanja senjata. Gan, ada yang punya pisang gk, klw ada lempar satu buat si berok malon..........
BalasHapusSetuju pak menhan, rudal adalah alat yg sangat penting dan slalu digunakan dlm peperangan. Tanpa rudal, kita akan kembali ke era masa lalu. Belum bergerak sdh di rudal duluan oleh pihak lawan.
BalasHapusNgimpiii...negara indonesia adlh kepulauan jauh lbh besar dr kapal induk,rudal anti kapal ok jg,lantas rudal darat ke udara & udara ke udara gmna ya? Cari pnerbang tni au? Iklanin aja di tv & media masa,pilih yg potensial bkn yg berduit...
BalasHapusMungkinn yang dimaksud pak menhan itu adalah komitmen transfer teknologi dari china nantinya, apa setengah hati apa full..klo setengah hati ya paling2 kita jadi tukang jahit lagi,klo full ya nantinya selain joint production juga bisa jadi designer dan selain itu ada salah satu komponen penting yg dibutuhkan LAPAN buat pengembangan roket kendali,seperti yang AS kasih ke turki buat F16nya turki,soalnya sejak awal 2010 hasil yg diambil dari kegagalan peluncuran RKN 200 dikarenakan tidak sempurnanya komponen ini dan selain propelan ternyata komponen ini amat dilindungi oleh negara2 maju,walaupun dari 2010 terus dilakukan penelitian dan menghasilkan banyak kemajuan tapi masih belum sempurna juga,diharapkan dengan TOT C705 bisa mempercepat proses penyempurnaan komponen ini..baru deh bisa liat jangwe yang pintar..^^
BalasHapusmimpi lg?? Jadi masyarakat sipil aja dah bersyukur saya pak.. kerjaannya juga bukan di tv atau media masa clingak clinguklah ko ada yg kaya ginian awalnya mmg ga percaya tapi pas di liat pembuatnya ko orang pilihan?? Kalo di pikir si Rudal ok. Tp Air to air cuma kurang daya gempur dan kecepatanya juga masih dbwh mach 1 !! Gimana mau ngejar pswat yg kecepatannya di atas 2mach skrg sudah memsuki thp Mesin scramjet mach5 pling rendah makanya buka mata!! Lupikir duit nyawa org tuh manuver dikiti aja udah memble
BalasHapusMaksud masbro C705 itu air to air misille? bukannya C705 SSM? ato yang roket dipake buat LAPAN buat experimentnya?
BalasHapuslagi mabok itu orang..
BalasHapusMaklum aja udah mau pagi
he he he he
belum kluar pak c705 versi air to air...nanti aku buat pake bambu diisi minyak tanah. dan blum ada pak pespur berawak mpe mach 5...itu pespur tak berawak project xperimental made in NASA. kalo pesawat ulang alik saya percaya..soalnya tambah roket pendorong yg gedenya segitu... usut punya usut pak rudal2 arhanud itu berlapis lapis..jarak jauh dulu,menengah,pendek plus meriam anti udara...kalo masih lolos juga itu ufo kali pak....pake kecepatan cahaya.
BalasHapus>Yth. Anak Kp. Naga. Saya seh, berharap langkah menuju produsen Roket atau mungkin Rudal tidak diresehin sama yg namanya MTCR alias ( Missile Technology Control Regime ) yg mempunyai anggota 32 negara dan dipandegani sama Oom SAM. Disamping itu, jangan lupa ada Waterloo .. (maaf saya lupa) yang lewat jalur diplomatik minta setiap negara untuk memberikan informasi keberadaan Missile atau roket yang dikuasai.
BalasHapusWaaah, edaaan tenan, makanya kalau masih dalam lingkup experiment atau riset, kita diberi keleluasaan untuk mendapatkan bahan motor roket alias Propelant, bahan dasar untuk pembuatan instrument dan bahan dasar metallurgy berupa PIpa, Nozzle dsb-nya. Namun jangan coba-coba untuk membuat mis : Roket apalagi Rudal untuk kepentingan militer, biyuh...biyuh... wedi aku akibatnya. Jadi kalau ada yg kaok-kaok apalagi diumbar informasinya ke media luar kita sudah mempunyai pabrik saya jadi heran kok pabrik sedemikian tinggi tingkat rahasianya di release. Mungkin masyarakat awam terkecoh dengan pabrik "Ammonium Nitrat" di Bontang dimana pabrik tersebut patungan antara PT Armindo dan PT Dahana adalah pabrik Propelan padahal itu 'kan pabrik pembuat material dasar bahan peledak untuk industri pertambangan, jadi untuk menghancurkan Querry (tambang batu) untuk logging pertambangan migas, dan produk utamanya adalah berupa Dinamit atau TNT dimana tempat pengemasannya adalah di Subang sebagai bagian pengembangan usaha PT DAHANA yg tadinya ada di Lanud Tasikmalaya yang dulu merupakan rintisan pabrik roket " Menang" jaman Bung Karno.
Namun sesuai azas "soverignitet " suatu negara jangan takut dengan ancaman tersebut, dan sebenarnya kita sudah mampu membuat bahan dasar motor roket asli 100% hasil olahan bahan baku dari tanah air tercinta, technologi asli100% buatan anak negeri sudah membuktikan mampu melesatkan roket experiment tinggal dukungan politis dan dana untuk pengembangannya , tapi.............ntar dulu ya, yang sabar. Damm
Salam hangat untk Anak Kp Naga dan Unknown yang sabar dan kalem komennya, serta banyak Anonim yg lucu-lucu.
kalo kita bisa bikin C-705 berarti kita sudah bisa oprek-oprek rudal yakhon. Lebih bagus lagi kalo kita bisa joint ama india bikin rudal brahmos yg bisa di bawa dari bermacam platform. Kapal permukaan, kapal selam, pesawat tempur, pesawat patroli, darat mobile, atau silo.
BalasHapusselanjutnya bikin SAM deh.
>ersato, keinginan itu wajar saja, tapi kita belum mampu membuat rudal, yang ada baru kerjasama atau kiat baru tahap diajari menjahit dulu belum diajari membuat patroon. Dan soal ngoprek Yakonht waduh ....... kayaknya masih jauh, jauh sekali apalagi keinginan kerjasama dg India untuk membuat Brahmos. Sementara ngimpi saja dulu, namun kita harus ingat dari mimpi semua hal dapat terealisir.
BalasHapusLapan buat Rudal?, hihihi....tidak perlu diragukan..., Indonesia itu sudah bisa buat uav dengan autopilot, masak buat rudal masih diragukan..?
BalasHapusteknologi propelan, teknologi metalurgi & teknologi mekatronik udah dikuasai, lantas apalagi pak men? kalau untuk refrensi teknologi melalui c705 okelah..gak apa2? tapi cara kekurangan dari c705 dan kembangkan dengan hasil reserc sendiri ya...;
buat malon..kekandang aja ya..!!!!!!
iya bener nich @Anonim diatas ini, Bpk Endri Rachman seorang lulusan Teknik Penerbangan dari universitas terkemuka TU Braunschweig (Jerman), merupakan mantan Pegawai PT IPTN. Ketika beliau bekerja di IPTN, beliau terlibat dalam beberapa proyek diantaranya pesawat N250 dan N2130, dimana tugasnya adalah mendisain logika autopilot dan sistem kendali pesawat Fly-by wire Flight control system.
BalasHapusDulu beliau bekerja di sebuah universitas penelitian terkemuka di Malaysia, yaitu Univerisiti Sains Malaysia, sebagai pengajar dan peneliti dalam bidang UAV dan Autopilot dan kini ia telah kembali ke Indonesia bulan April 2012 lalu.
Dan ini adalah anak negeri yang potensial untuk turut membantu perkembangan UAV dan Teknologi Rudal di Indonesia.
selamat bertugas KRI BELADAU...dan bagaimana kabar KRI KLEWANG NG ....ada yg tau infonya..??? mohon di share bro...
BalasHapusKlo MTCR ama waterloo protocol kayaknya nggak ada masalah mas boleroes,soalnya kitakan udah ikut NPT(Nuclear Nonproliferation Treaty) hingga kekhawatiran negara lain tidak terlalu besar karena walaupun bisa buat rudal tapi hulu ledaknya paling2 konvensional bukan WMD,lagian indonesia anak baik bukan kayak si bengal korut..mungkin ini juga strategi pemerintah,bisa dulu baru ikut pakta diatas..jgn kayak NPT,harusnya punya dulu baru ikut NPT(maonya sih..awkwkkwk)..klo masalah di pabrik di kaltim ama tempat penelitian lanjutan disubang itu ya emang seperti yang mas boleroes katakan itu bukan pabrik propelan.Ammonium nitrat itu cuma salah unsur pembentuk propelan ini bisa diliat pd saat terjadi ignition kan terjadi blast combustion..ah udah ah^^..tapi ya bener teknologi roket/rudal tergolong teknologi sensitif dan cenderung dirahasiakan oleh negara2 maju serta tidak semudah membalikkan tangan dalam pengembangannya..komponen roket kendali yg diteliti dari 2010 aja baru cukup memuaskan hasilnya belum tahap sempurna,jadi ya memang harus sabar duluu klo mo liat hasilnya..nih wa ada beberapa bacaan hasil evaluasi penelitian lapan bagi yg belum baca,tapi datanya ini kyknya awal ama pertengahan 2012,udah di udpdate barangkali yg th 2012 ke bawah,hasil evaluasi laporannya pdf form kecil2 nggak sampe 2 MB tapi jgn tanya formula atau tahapan asli prosesnya..soalnya awkwakwk..,mayan buat nambah2 optimis walaupun dengan dana R&D yang terbatas,yg penting ada usaha dan doa..
BalasHapushttp://pkpp.ristek.go.id/index.php/penelitian/detail/219
http://pkpp.ristek.go.id/index.php/penelitian/detail/220
http://pkpp.ristek.go.id/index.php/penelitian/detail/221
http://pkpp.ristek.go.id/index.php/penelitian/detail/222
http://pkpp.ristek.go.id/index.php/penelitian/detail/223
http://pkpp.ristek.go.id/index.php/penelitian/detail/224
Pulau gak bisa gerak cooooy!!! Jangan mau di kecoh musuh!!! Emang pesawat terbang gak perlu karena kita dah punya gunung??? Analogi aneh bin lucuuuuu!!! gimana pendapat bapak2 yg pinter2 analisa dan hapal nama2 alutsista??? Mhn pencerahan
BalasHapusYang jelas negara lain tak mau negara kita ini kuat di bidang militer, contohnya banyak tiap kia mau beli alutsista yang kira2 teknologinya diatas tetangga kita, negara2 kuat pada protes.....dan dari sini kelihatan tipe mental pemimpin kita, klw sdh dpt nota protes dari negara kuat pasti jadi pemimpin yang peragu, trus manut-manut mawon .......karena mereka pada takut negara kita ini menjadi pesaing mereka, baik di bidang militer atau pun ekonomi.
BalasHapusSemua negara tak ingin pesaingnya kuat!!! Termasuk indo, wajarlah bro kalo mereka berusaha agar kita lemah!! Sikap pemimpin kita tentu sudah bagian dr strategi yg bertujuan agar negara kta tetap jaya!!! Sesuai budaya leluhur tentu tentu akan tercermin dr strategi negara!!! Orang indo itu gak biasa petantang petenteng, sopan, tapi cepat terhasut!! Tentu pemimpin yg cerdas spt sukarno, suharto, habibi, dan sby, atau gusdur telah memperhitungkan sikap mereka yg membawa dampak pd nkri!!!
BalasHapuskenapa sih ngga belajar sama rusia aja. Dari Jam terbang dan Teknologinya juga lebih ampuh dari pada china. Kalo buat belajar si jangan tanggung2x apa lagi untuk kemandirian bangsa sendiri...☺
BalasHapus>Yth. Anak Kp Naga, tks komennya, perihal MTCR atau Waterloo Protocol, pada prakteknya tetap asja berpengaruh pada kegiatan atau bahkan produk roket atau bahkan rudal. Benar kita masuk NPT namun pada prakteknya Indonesia tetap diawasi oleh MTCR dan tetap ketat untuk apa penggunaan propelant tsb. Sebagai contoh info, ada salah satu petinggi militer kita yg searching propelant ke banyak negara dalam rangka program refurbish beberapa rudal kita yg sudah "wafat" propelantnya. Ibaratnya sampai nungging itu propelant tidak ada negara produsen propelant yg memberikan lisensi ekspor propelant untuk keperluan roket atau rudal militer, kecuali untuk keperluan riset dan pengembangan dan dg persyaratan ketat mis' diberi bukan yg Genuine, tapi yg KW dan dg jumlah sangat terbatas serta dikaitkan dengan penggunaannya hanya untuk keperluan Riset.
BalasHapusOleh karenanya , mengapa LAPAN hanya dapat meluncurkan roket risetnya bertahap dan hanya tiap tahun, bukan dalam setahun misalnya dapat meluncurkan beberapa roket sekaligus. Disamping itu, LAPAN juga sudah dikenal oleh MTCR sebagai produsen roket untuk keperluan ilmiah bukan untuk roket militer. Demikian.
@Mas Boleroes..ya emang benar yg mas boleroes katakan klo MTCR tetap mengawasi Indonesia dgn ketat dan cerita tentang seorg petinggi militer kita yang cari propelan ke LN untuk mengganti prop missile yg dah expired,tapi justru karena itulah kita dipaksa untuk research sendiri dengan membuka file lama di awal2 riset roket kita dan di bantu oleh pihak2 tertentu untuk mandiri di bidang propelan,selain itu seperti yang mas boleroes katakan benar pada awal2 riset LAPAN memang membeli dan hanya diberi propelan KW buat riset dari situ jugalah hal yg mengilhami kita bahwa kemandirian propelan itu penting,karena klo hanya menggunakan propelan KW,kapan mau maju bidang roket dlm negeri,apa nanti SLV kita juga mau pake propelan KW juga,apalagi yang dikatakan mas boleroes memang benar mana ada negara yg mau kasih genuine propelan ke pihak lain,termasuk indonesia yah,yaa dengan sangat terpaksa di paksa untuk berdikari dan hasilnya tak terduga,buat kaget peneliti indonesia sendiri mas..klo masalah peluncuranya bertahap ya disesuaikan dengan tujuan akhir R&D yg ingin dicapai misalkan tahun ini 550mm,ya besok naik ke 750,dst dan tiap tahapannya harus benar2 dikuasainya,sederhananya liat aja SLV punya negara lain diameternya..selain itu ya "itunya" loh mas yang dari pemerintah kita buat lapan saya yakin mas boleroes pasti lebih tau dari saya..awkwkwkwk..klo yang diperuntukan untuk roket militer kan kerjasamanya sama Kemhan,PT DI dan PINDAD,yg biasanya jadi produsen,lapan cuma support tehnologi ama materialnya aja dan "itunya" juga dari KemHan biasanya ya 11-12 mas..pelitt ..awkwkkwk..klo dibandingkan sama "itunya" NASA ya bagai langit dan bumi..nice sharenya mas..
BalasHapus>Yth, Anak Kp.Naga, jgn bosen ya, ini menarik, apa yg sudah saya tulis sebelumnya, kita sebenarnya sudah mampu membuat Propelan dg bahan baku dan teknologi sendiri, hanya sayang Inventor (penemu) ini bukan dari groupnya orang-orang pinter yang akan membuat rudal 3,4 dan 5 digit, tapi dari pihak swasta yg "kere" (kari balung lan kulit) alias"Miskin" untuk .......
BalasHapusDan,.... lokasi SDA untuk bahan baku Propelant tersebut sudah pernah di kunjungi oleh orang pinter dari Paman Sam, dan mereka juga mengambil contoh SDA 1(satu) kontainer untuk keperluan riset mereka.
Selama ini yg me-import SDA tsb adalah China namun hasil pemurnian SDA-nya tidak ada yg berhasil dan sukses spt yg dilakukan oleh Inventor anak bangsa yg mencapai 99,89 % MURNI !!!
Tadinya saya sangat berharap kalau group orang-orang pinter Indonesia dan pembuat kebijakan dalam masalah propelant dpt menyertakan Inventor
tsb pada program-program kegiatan pengembangan Roket pada umumnya dan Propelant pada khususnya, namun yg terjadi adalah "diklemprake"
(disepelekan) dan mereka sudah berlomba-lomba memberi informasi kepada masyarakat awam bahwa kita sudah mampu membuat rudal3,4 dan 5 digit yang jangkauannya over horizon, roket R-HAN 122 mm sudah diproduksi massal 100.000 unit, bahkan sebentar lagi kita akan meluncurkan prototype rudal ICBM RX-550.
Tidak ada Propelant tidak ada Roket apalagi Rudal.
Ya, sudahlah kita akhiri topik kita semoga ada topik lain yg lebih bagus di masa yg akan datang. Salam hangat buat Anak Kp Naga dan Bro Unknown yg kalem komentnya. Adios.
Lanjutin dong mas2 & bapak2 ibu2 pembahasan roket dan bahan bakarnya itu!!! Menarik sekali!! Bagi2 ilmunya agar kami sedikit ada pencerahan perkembangan roket kita!!! Trus jgn banyak istilah "itunya".... Kami agak oot! Susah memahami!!! Bisa2 fikiran oot kami jd ngeres!!!
BalasHapusIstilah "itunya" adalah komisinya atau yg paling terkenal sakerna adalah istilah "Wani Piro" ???. jangan diplesetkan "itunya" dengan hal-hal yg ngeres, ya. Begitu pula masalah roket kalau diteruskan "Wani Piro"????
BalasHapusYahh wa sendiri bingung mas mungkin emang kadang2 pemerintah kita sering gemblung,tidak bisa memanfaatkan SDM dlm negeri soalnya banyak yg otaknya encer nggak ketulungan tapi nggak di tampung,jadi pada kabur ke luar hidup makmur disana,dan kadang2 wa juga sering ketawa sendiri klo dibilang Rhan 122 udah dibuat massal dan mampu menjangkau 50km pdhal jarak paling jauh skrg cuma 18km,juga rx550 sering dibilang icbm/rudal padahal jelas2 itu roket balistic bego yg sifatnya masih experiment..yah udahlah tinggal diliat ke depannya seperti apa perkembangan teknologi roket kita. ..buat anonim 07.47 "itunya" = anggaran penelitian..ngeres aje masih pagi hehehehe...see U soon mas boleroes..
BalasHapusSsssttt...., ojo begaduh...pd sok tau semua...., malu-maluin
BalasHapusYa ngono to pakde!!! Maksud te nyong nek ngarep pemerintah terbuka yo di mulai dari "itunya" awake dewek aja di tutup2!! Langsung jos opo meneh sampean boleroes lha kok wis pake "wani piro" durung jadi kok wes ngono!!! Haduuuuh biyuuuuung!!! Analisis mu jadi mentah boleroes!!! Kang nogo meneng2 ngisi!!! Tabek yo kang!!!
BalasHapusSalut Pak Menhan, Top selalu, untuk menjaga wilayah dan Rakyat Indonesia yang besar ini dibutuhkan Alutsista yang besar pula. Kembalikan Kejayaan Armada kita pada masa Sriwijaya. Menjadi yang terkuat di Asia.
BalasHapusPropelan padat kita sudah kuasai ,buktinya beberapakali sudah dites.Rhan 122 akan operasional.Mengomentari ada yang pernah coba bikin propelan sendiri,apa yang dimaksud dibikin dari bahan dasar aspal dan tempat pembuatannya kebakar dan meledak sejak itu tak pernah diberitakan lagi.?? Kalo memang bagus dan stabil kenapa tak diteruskan .Tinggal buktikan bahwa hasil yang mereka kerjakan bagus .jangan berhenti meneliti.Propelan padat bisa dipakai untuk rudal tingkat pertama waktu meluncurkan .Tingkat duanya bisa pakai ram jet,atau turbojet kecil.Kita belum punya tehnologi bikin itu.Sebenarnya tampa propelan padatpun bisa bikin rudal seperti yang dikembangkan Israel,korsel.Mereka melengkapi UAV dengan bahan peledak seperti misi bunuh diri.Kita dudah bisa bikin UAV tingal ditambahkan peledak jadilah rudal.Yang penting bangsa ini harus bahwa ilmuwan kita bisa bikin bila danapenelitian cukup.Kita harus dorong pemerintah dan dpr memperbesar dana penelitian kalo perlu tak terbatas .toh tinggal selangkah lagi kita bisa buat rudal secara mandiri.
BalasHapus