Sabtu, Januari 19, 2013
19
ANALISIS-(IDB) : Postur negara yang ideal sesungguhnya mirip dengan postur jasmani manusia yang kekar, kuat dan berpenampilan menarik.  Punya olah pikir, olah daya, olah rasa dan sekaligus tolak bala.  Kemampuan tolak bala ini dalam konsep postur manusia adalah kemampuan melawan segala macam ancaman yang datang dari dalam tubuh itu sendiri berupa penyakit maupun orang-orang yang mengajak gelut oleh suatu sebab.  Negara juga tak jauh beda, untuk mempertahankan eksitensinya, mengamankan jalan hidupnya dan memberdayakan sumber daya yang ada di dalamnya diperlukan organisasi militer untuk mengawal dan mempertahankannya. Organisasi militer merupakan satu kesatuan yang utuh dengan nadi negara dalam membangun eksistensi termasuk membangun kesejahteraan.


Esensi beralutsista adalah memahami kebutuhan salah satu organ tubuh itu, tangan dan kaki, untuk mampu menjalankan fungsinya sebagai anggota gerak yang diandalkan jika suatu saat diperlukan melindungi organ tubuh yang lain.  Militer dan alutsista adalah instrumen yang tak dapat dipisahkan.  Jadi sangat lucu jika militer kuat secara postur fisik orangnya, jago bela diri, tahan uji di hutan tetapi alutsistanya masih sekelas S60 (maksudnya sekelas tahun 60an). Makanya mendandani militer kita merupakan kewajiban mutlak seirama dengan kemajuan ekonomi yang telah kita dapatkan saat ini.  Hanya orang-orang yang sableng saja yang mengatakan tidak perlu kita memiliki militer yang kuat.  Atau mereka yang memang punya tujuan hendak membonsai militer karena memang dibayar untuk itu atau karena punya kebencian yang mendalam.



Diantara semua argumen yang disuarakan pihak sableng itu untuk tidak menganggap penting mempersenjatai tentara dengan alutsista modern karena  sepanjang perjalanan bangsa ini relatif tidak ada ancaman terhadap eksistensi bangsa.  Tidak ada perang terbuka dengan negara tetangga.  Ini beda dengan India dan Pakistan yang sudah lebih dari sekali terlibat perang terbuka.  Perang terbuka tahun 1971 akhirnya melahirkan negara Bangladesh yang sebelumnya bernama Pakistan Timur.  Merasa dipermalukan India, Pakistan memperkuat militer dan persenjataannya termasuk senjata nuklir.  India juga tak mau kalah dengan membangun militernya secara besar-besaran termasuk kekuatan nuklirnya.



Adalah sebuah kekeliruan jika kita mengabaikan pembangunan kekuatan militer oleh sebab yang disebut tadi, tidak ada ancaman.  Ada atau tidak ada ancaman  perjalanan bangsa ini mesti dikawal dengan kekuatan militer yang memadai karena militer itu senyawa dengan perjalanan eksitensi bangsa.  Militer itu organ tubuh negara, bagian yang tak terpisahkan ketika bangsa ini membangun kesejahteraan dan ketahanan ekonominya. Seirama dengan itu memperkuat militer dengan alutsista modern adalah kesetaraan yang mesti dikedepankan tanpa bermaksud mentang-mentang.



Maka dengan kelapangan cara pandang, selayaknya kita terus menerus mempersiapkan kekuatan militer dengan memberinya gizi yang setara dengan kemajuan ekonomi yang didapat.  Tidak terbantahkan memang, perjalanan pertumbuhan ekonomi selama 9 tahun terakhir cukup membungakan hati sehingga pada akhirnya kita bisa membangun kekuatan militer setelah sekian lama puasa alutsista.  Jangan lupa perjalanan pemerintahan SBY selama 9 tahun ini prioritas utamanya adalah pembangunan ekonomi.  Artinya selama 6 tahun pertama belum ada yang signifikan dalam belanja alutsista kita, ya se adanya saja.  Baru 3 tahun terakhir ini belanja alutsista dijalankan dengan argo penuh untuk mempercepat modernisasi alutsista TNI.



Tahun 2014 nanti ketika SBY mengakhiri perjalanan pemerintahnya dengan 2 kali masa jabatan, pada saat itu sudah banyak aluistsista yang berdatangan.  Meski begitu untuk ukuran kekuatan ideal, belanja alutsista sampai tahun 2014 belumlah masuk kategori gahar.  Kedatangan berbagai jenis alutsista baru itu hanya untuk menutupi kekurangan alutsista yang sangat bersahaja dan kurang gizi.  So sampai tahun 2014 sejatinya kita baru sampai pada tahap memulihkan “kesehatan gizi” alutsista, kita baru sembuh, saudaraku.



Itulah sebabnya cerita pengadaan alutsista di periode berikutnya tahun 2015-2019 dengan figur kepemimpinan yang baru adalah kunci menuju kekuatan kesetaraan dengan negara sekitarnya. Oleh sebab itu perlu selalu dikumandangkan cara pandang pemerintahan eksiting sekarang ini untuk disambung dengan kebijakan yang sama dan sebangun dengan next government.  Meneruskan program penguatan alutsista TNI.  Jangan sampai ketika gizi alutsista sudah sampai pada taraf kesehatan gizi lantas dibiarkan lagi karena menganggap sudah cukup.  Teknologi apapun dalam ruang kekinian termasuk teknologi alutsista merupakan “makhluk ciptaan” yang berusia pendek. Hari ini kita membeli atau memproduksi satu jenis alutsista dengan teknologi terkini, lima tahun lagi sudah ada edisi tercanggihnya.  Nah itulah salah satu argumen mengapa kita harus terus memperbaharui alutsista.



Bangsa ini akan terus menapaki jalan kehidupannya, melintas dalam pembaharuan waktu dan upaya mensejahterakan sumber daya manusianya.  Kita akan terus menjalani ruang waktu ini bersama konektivitas dan hubungan antar bangsa yang dinamis dan simbiosis.  Peran militer adalah untuk mengawal dan menjaga kewibawaan hubungan yang dinamis itu utamanya memelihara kewibawaan bernegara dari rangsangan pihak luar yang hendak bersitegang.  Negara yang punya militer kuat, tentu dengan kemajuan ekonomi yang signifikan, memberikan nilai tambah dalam spirit nasionalisme. Spirit kebangsaan itu sudah ada dalam naluri anak bangsa.  Kebanggaan itu akan semakin sempurna manakala kita punya kekuatan militer dengan alutsista yang canggih.  Itulah sejatinya esensi beralutsista.
Sumber : Analisis

19 komentar:

  1. ketika Perang terbuka tahun 1971 akhirnya melahirkan negara Bangladesh
    yang sebelumnya bernama
    Pakistan Timur. Merasa
    dipermalukan India, Pakistan
    memperkuat militer dan
    persenjataannya termasuk
    senjata nuklir.
    Hayo PAK MENHAN DAN SELURUH JAJARANNYA JANGAN HARUS MENUNGGU KEDAULATAN NKRI DI ACAK-ACAK BARU MEMODERNISASI ALUSISTA..
    TAMBAH-TAMBAH DAN TAMBAH TERUS ALUSISTA KITA AGAR DAPAT MEMBERIKAN KENYAMANAN DI NEGRI INI jangan pedulikan omongan orang-orang sableng di negara ini yg slalu berteriak HAMBURGER..
    RAKYAT BUTUH ALUSISTA UNTUK PARA TNI. AGAR TNI DI NEGRI INI BUKAN UNTUK MENGUMPAN NYAWA MEREKA TAPI JUGA BISA MENCABUT NYAWA BAGI YG INGIN MERUSAK DAN MEMECAH BELAH KEDAULATAN NKRI..
    ALUSISTA MW3

    BalasHapus
  2. Kalau berbicara ideal ya memang harus begitu masBro, semua harus sesuai dg kebutuhan ibarat rumah tinggal ada kelengkapan standard rumah tinggal kemudian ditambah aplikasi lain spt CCTV, remote control, pemanas air dari panas matahari dsb-nya yg sangat banyak pilihan dan macamnya.
    Pada saat ini kondisi kita kan lain, jangankan standard, untuk sekedar disebut alat pertahanan saja baru sekedar saja, untuk menunjukkan bahwa exsistensi pertahanan itu ada.
    Mengapa? Karena sejak berhentinya perang dingin dan pengkotak-kotakan Friend or Fue telah terjadi perobahan kondisi global yg lebih mementingkan ekonomi sebagai alat penggertak dan militer sebagai pendukungnya. Namun sekarang, dengan adanya kebangkitan raksasa Russia dan China dan Unifikasi negara -negara Eropa menjadi satu kesatuan mengakibatkan terjurumusnya AS selaku adi daya yg telah berpuluh tahun menguasai dunia. Terjadi pembalikan kondisi global, AS dg terseok-seok mencoba bertahan dan sekarang dg deraan kondisi ekonomi yg buruk serta hutang dagang yg besar kpd China, membuat AS berhitung ulang bagaimana mempertahankan hegemoninya.
    Indonesia yg selama ini tidak dpt melepaskan diri dari kangkangan politik AS menjadi bingung menempatkan diri, mau menjalankan politik bebas aktif yg konsekwen tidak bisa mewujudkannya, karena mengalami hambatan cukup besar di dalam negeri terutama tuntutan kesejahteraan masyarakat yg hingga kini masih begini-begini saja.
    Dan kesemuanya itu akibat kendali pengaruh luar negari dalam hal ini AS sangat kuat.
    Banyak sumber daya mineral dan sumber daya lain seperti hasil hutan yg sudah diangkut ke luar negeri secara besar-besaran dan hanya memberikan sedikit sumbangan untuk kesejahteraan negeri tercinta Indonesia.
    Mengingat itu, upaya untuk membangun postur TNI yg ideal pasti akan dihambat dan diupayakan secara teknologi dan diplomasi agar intinya TNI kita tidak kuat.
    Ditambah dg belum tersedianya industri dasar pendukung yg mumpuni untuk merealisir industri senjata yg handal, mandiri spt yg telah diupayakan India dan China, Korea.
    Oleh karenanya, ketergantungan dg pihak luar merupakan keniscayaan yg tidak dpt dihindarkan, dalam upaya modernisasi peralatan militer.
    Di lain sisi hingga kini secara politik belum ada perubahan strategi yang mendasar apa dan bagaimana postur kekuatan TNI yg diperlukan, padahal kalau kita mendasarkan pada peta geografis Indonesia duapertiga terdiri dari lautan dan bentangannya secara yuridis diakui dunia adalah 200 mil dari garis pantai yg merupakan Zona Eksklusif Ekonomi dg kekayaan laut merupakan wilayah yang harus selalu terkawal dengan baik sehingga tidak memungkinkan pihak lain seenaknya menjarah rayah kekayaan tersebut.
    Dalam hal ini, tentu kekuatan dan postur TNI harus berubah dimana Angkatan Laut dan Angkatan Udara harus menjadi kekuatan utama dlm rangka penegakan kewibawaan negara.
    Bagaimana mencapai hal tsb, memang tidak mudah karena hal ini erat kaitannya dengan teknologi masa kini, namun kita percaya apabila pemerintah mau maka diantaranya adalah memperdalam kajian riset dg mengoptimalkan SDM yg sdh terkenal di dunia dlm rancang bangun teknologi.
    Diharapkan dg tersedianya pilihan teknologi yg akan diterapkan dlm aplikasi manufaktur, kita akan mampu mengikis dan atau mengurangi ketergantungan dg pihak luar.
    Paralel dg upaya tsb, pemerintah juga diharapkan menumbuh kembangkan industri dasar yang erat kaitannya dengan industri senjata.
    Sehingga tujuan dan harapan untuk menuju kearah tubuh Ideal tentara kita secara gradual dpt terealisir.
    Semoga.

    BalasHapus
  3. Sayang'a pgambil kebijakan ga prnah baca blog ini & doktrin militer kita slma ini condong kpda salah satu matra. Lupa kalau negara ini dkelilingi laut/udara & minim prbtasan darat. Kita bkn negara kontinental tp coba liat angkatan laut & udara kita. Meleleh air mata.

    BalasHapus
  4. blog ini bagus.... tapi bukannya tanpa kritikan kan? siapapun yang menjadi 'pengambil kebijakan' tetep akan dianggap "payah" oleh mereka2x yang nggak setuju dengan kebijakan itu.

    Blog ini juga pernah menyebut TNI-AU sebaiknya beli Typhoon. Saya dan beberapa pembaca nggak setuju. Tapi BUKAN berarti penulis blog ini 'payah'. Penulis blog ini sangat membantu dalam info2x militer.

    Tapi kalo ada yg merasa lebih jago dari "pengambil keputusan", ya tolong jangan OMDO di bagian komentar blog. Jadilah presiden, jadilah menhan, jadilah jenderal TNI...( kalo berani ).

    BalasHapus
  5. Belajar bikin rudal aja, ntar bikin yang banyak, sediain anggaran beberapa triliyun untuk pengembangan. ajak swasta untuk ikutan nimbrung.
    Juga Focus untuk bikin satelit sendiri pengganti gps dan juga radar. bila perlu rekreut orang ahlinya, dengan begitu prosesnya akan lebih cepat, effisian dan terarah. (bukan try n error mulu.)
    dan kita akan panen di taun 2024 nanti menjadi negara yang diperhitungkan.
    wa yakin kl kita fokus dr sekarang, 2018 kita sudah bisa bikin rudal balistik dan bisa dikembangan menjadi super sonic.

    BalasHapus
  6. Beli alutsista jangan cuma mengutamakan Kuantitas pak menhan tp juga kualitas,ibarat 20 kambing gak mungkin bisa menang kalo lawan 4 singa...
    sukur2 deh kalo Kuantitas n Kualitas juga sama2 tinggi...

    amiiiinnn.......

    BalasHapus
  7. ya ini saya setuju kualitas over kuantitas,cuman klo ane pilih,lebih baik berhadapan dengan 10 ekor singa yg dipimpin oleh seekor kambing, daripada harus berhadapan dengan 10 ekor kambing yg dipimpin oleh seekor singa,intinya kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh para pemimpinnya,tinggal diliat fakta di lapangannya,apa ia seekor kambing ato seekor singa??

    BalasHapus
  8. kayak'e lebih mirip bukan kambing lagi tp keledai....

    BalasHapus
  9. salah bro bukan "keledai".. tp kedelai yg bener wkwk

    BalasHapus
  10. daripada ngata-ngatain keledai or kedelai... apa yg udah bisa kita lakukan buat bangsa n negara ini..

    BalasHapus
  11. kata siapa pihak negara nggak ada filter di jaringan internet??
    Inget bro negara ini bukan negara tertinggal di bidang teknologi..
    Pihak negara tetap mengawasi demi kerahasiaan negaranya jadi berkomentarlah dengan baik!!
    "Mungkin" saja ada pejabat yg peduli dan mau menyampaikan suara2x rakyatnya melalui blog yg sederhana ini.
    By anonymous :)

    BalasHapus
  12. Setuju Bro penulis...apapun kondisinya, damai atau perang..Negara ini harus memiliki Militer yang tangguh ditunjang dengan Alutsista Modern &Intelijen yang mumpuni (termasuk intelijen dalam Cyber)..negara dg Militewr yang tangguh akan lebih mendukung kekuatan diplomatik internasional..Blog ini sangat bagus dan saya yakin para pengambil keputusan maupun user banyak yang membaca blog ini dan kita berharap bisa menginspirasi mereka akan pembangunan pertahanan RI yang kedepan kita yakin RI akan kembali menjadi macan Asia,,namun memang harus sabar karena pembangunan juga secara gradual mengingat rumitnya permasalahan bangsa dan juga seringnya terjadi tarik ulur antara pemerintah & legislatif.

    BalasHapus
  13. sayang negara ini adalah negara korup yg bebal,bodoh,katrok bin tolol...gak tau perkembangan strategi militery terkini...perang terkini adalah air superiority dan naval superiority...lha...udara kita dan laut super katrok,emang bisa apa lawan negara lain???taruh lah kayak lawan ausie...kita kalah jauuuuuuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emangnya ente pernah ngasih apa buat negara ini gan??
      Negara mana pun tidak akan memukul Kalau belum di pukul..ngerti??
      Jangan cuma berkoar kalo tanpa solusi gan !!
      kalo ente mau tau tentang kekuatan negara ini dan alusista apa aja yg di punyai negara..
      ente DI PERSILAHKAN UNTUK JADI PRAJURIT..
      Itu saran ane gan!!
      agar agan2x tau mana yg untuk rahasia negara dan mana yg untuk di jadikan konsumsi publik..
      Jangan cuma bacot pasar yg buat kata2x kasar!!

      Hapus
  14. sabar2 masbro..naval dan air superiority memang penting, tapi klo landnya nggak superior ya sama juga boong,ntar klo air dan naval udah bisa buat lumpuh musuh,terus yg mukul sisa2 land unit musuh dan nguasain battlefieldnya siapa?marine?apa kuat marine sendirian nahan dan mukul balik gempuran balik musuh tanpa dukungan land unit?itu juga mengapa land unit dapat julukan Queen of battlefields,jadi konsep trimatra harus berimbang mana yg masih lemah diperkuat,yg sudah kuat di tingkatkan,jadi tidak ada anak emas di ketiga matra semuanya harus berimbang,harus saling melengkapi satu dengan yg lainnya..

    BalasHapus
  15. masuk bgt,angkatan darat juga harus kuat.sak kuat2nya angkatan laut n udara menggempur pasti finishing ada di AD.ibarat main bola,percuma kan bisa nguasai permainan tapi finishing gk tajem....

    BalasHapus
  16. Apabila dicermati, pengeluaran anggaran yg besar untuk alutsista, masyarakat RI atau mungkin beberapa aktivis tidak terlalu keberatan, ini dibuktikan dengan tidak adanya protes dengan suara-suara vokal yang mengkritisi ataupun demonstrasi. Namun apabila ada pengeluaran anggaran yg besar diluar itu, kadang2 sebagian masyarakat RI atau tokoh2 aktivis pada protes bahkan demonstrasi. Pembelian alutsista sudah pasti menguntungkan negara-negara adikuasa. Hal ini kadang2 menggelitik pikiran. Apakah sebenarnya protes2, suara2 vokal menentang dan demonstrasi itu ada hubungannya dengan pihak asing? Jadi apabila dirasa menguntungkan negara2 adikuasa, tidak ada protes dan suara2 vokal, dan sebaliknya. Dan untuk menghambat kemajuan RI, pihak2 asing mengerahkan resourcesnya untuk membuat RI menjadi tidak stabil? Sorry kalau OOT.

    BalasHapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  18. SUKOI ITU YANG PALING MAHAL CUMA 350M,
    KOK GAK BELI BANYAK-BANYAK YA PADAHAL ANGGARAN SUBSIDI BBM SAMPE 72 TRILIUN SETAHUN.... DAPET BERPA SUKOI TUH...

    MAKANYA PARA MAHASISWA GAK USAH SOK PAHLAWAN BELA RAKYAT KECIL...SOK SOK DEMO PADAHAL KONSEKUENSINYA DARI SUBSIDI ITU BESAR BANGET

    BalasHapus