JAKARTA-(IDB) : Brazil dipilih karena negara itu merupakan negara tropis yang dia anggap cukup berhasil dalam bidang keantariksaan
Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat, Sutan Bhatoegana mengatakan bahwa lembaga penerbangan dan antariksa Brazil (Brazilian Space Agency) siap bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Itu merupakan salah satu hasil kunjungan kerja Komisi VII DPR ke Brazil beberapa waktu lalu dalam rangka merampungkan Rancangan Undang-Undang Keantariksaan.
"'Lapan sana' ingin bekerja sama dengan Lapan kita untuk memantau sumber daya alam kita, tentang pohon-pohon yang ditebang berapa. Dan kalau ada sarjana Indonesia ingin mempelajari, silakan datang, disambut oleh mereka," kata Sutan di Gedung Nusantara I, Senayan, Selasa (18/12) sore.
Sebanyak 12 anggota Komisi VII yang ikut ke Brazil, beber Sutan, sempat melakukan pertemuan antara lain dengan Parlemen Brazil, lembaga antariksa Brazil, serta Brazil National Institute for Special Research. Sutan juga mengatakan, Brazil dipilih karena negara itu merupakan negara tropis yang dia anggap cukup berhasil dalam bidang keantariksaan.
"Paling baik luncurkan roket itu di negara tropis. Palangka Raya itu katanya yang paling cocok (sebagai tempat) meluncurkan roket," ucap Sutan.
Sutan menegaskan bahwa satelit akan menjadi salah satu masalah yang diatur dalam RUU Keantariksaan, karena peran satelit dianggap penting untuk melindungi keamanan negara. Satelit juga bisa memantau dan mengawasi penebangan ilegal pohon-pohon di hutan tropis Indonesia sebagaimana sudah dilakukan di Brazil.
"Kalau kita tidak menguasai, bakal ketinggalan kita," tambah Sutan.
Diketahui, RUU tersebut merupakan inisiatif pemerintah dan Lapan merekomendasikan kepada parlemen beberapa negara yang maju dalam bidang keantariksaan, seperti Rusia, Amerika Serikat (AS), Prancis, India, dan Brazil.
Hasil kunjungan ke Brazil ini sendiri, kata Sutan lagi, akan menjadi masukan untuk RUU Keantariksaan yang sedang dirampungkan oleh komisi yang mengurusi bidang energi, lingkungan hidup, dan riset teknologi tersebut. Selain ke Brazil, rombongan Komisi VII lainnya pekan lalu juga bertolak ke AS, dalam rangka perampungan RUU Kedirgantaraan.
Sumber : Beritasatu
Apakah ada pembicaraan perihal kerjasama produksi propelant sebagai motor roket??? Kalau ada itu baru kemajuan namun kalau nggak ada ya sami mawon tetep tergantung luar sana.......
BalasHapusAPA GAK BISA LAPAN BIKIN ROKET KE BULAN BUAT NGIRIM ANGGOTA KHEWAN...SUPAYA HIDUP DIBULAN
BalasHapusKalo gak salah pabrik untuk propelan di Kalimantan sudah mulai dibangun.
BalasHapusJauh2 kesana kok cuman buat laporan kayak gitu..gak bermutu.
BalasHapus12 orang lagi trus yang di kirim orang2 yg cuma bisa ngebacot.uang rakyat lagi buat korban.
BalasHapusAkal2an anggota dHEWAN yg kayak gitukhan bisa kirim 1 orang ato 3 orang saja, ngapain banyak2 mpe 12 orang. Kira rakyat ini bodoh, udah lewat mas bro.... GERAKAN GOLPUT PILEG/DhEWAN..
BalasHapusmoga2 lapan bisa mewujudkan roket canggihny, ngak sabaran menunggu karya canggih anak bangsa yg bisa menggetarkan dunia.......
BalasHapus