Selasa, Juni 12, 2012
0
WASHINGTON DC-(IDB) : Selama berdekade, militer telah mencoba--meski dengan sukses kecil--untuk membangun rudal yang mampu menjelajah tepat di belakang area musuh, dengan kecepatan hipersonik. Namun, uji coba rudal selalu diwarnai kegagalan.

Kini Angkatan Udara mengambil peran lebih besar dalam upaya membuat rudal hipersonik lain, kali ini untuk jet tempur siluman mereka,

Amerika serikat selalu ingin membuktikan diri terdepan dalam teknologi militer. AU negara itu berhasrat "Senjata Serangan Berkecepatan Tinggi" yang bisa meluncur lima kali lipat kecepatan suara atau bahkan lebih cepat lagi. Teorinya, senjata itu akan diluncurkan dari jet Raptor F-22 siluman atau pesawat tempur masa depan, F-35, Joint Strike Fighter.

Diharapkan rudal itu bergerak begitu cepat dalam jarak panjang hingga tak bisa dicegat oleh sistem-anti-udara. Direktorat Amunisi Laboratorium Riset AU, kini mengumpulkan partner-partner desain yang memungkinkan pada akhir Mei lalu di Florida.

Menurut pernyataan resmi, apa pun prototipe yang dirakit diharuskan memiliki kemampuan menembak target dalam kondisi kritis--ketika targer bergerak cepat misal---, dari jarak taktis yang relevan.

"Jika itu bisa diwujudkan, senjata bakal menjadi representasi  sistem rudal hipersonik bernafas di udara, yang tangguh menghadapi lingkungan sulit dalam dekade ke depan," ujar asisten deputi sains, teknologi dan rekayasa mesin di Angkatan Udara AS, Steven Walker.

Paling tidak itu harapan mereka. Senjata Serangan Kecepatan Tinggi itu nanti tidak akan bernama 'Penyerang Global". Senjata-senjata itu bakal didesain untuk menghantam target di mana pun di Planet Bumi. Rudal Falcon, misal, didesain untuk diluncurkan dengan roket ke luar angkasa, sebelum akhirnya kembali ke Bumi menghancurkan targetnya. Namun senjata hipersonik bakal bisa dibedakan dari rudal nuklir ketika dilihat dengan radar.

Ada tantangan selain masalah pembuatan, yakni metode peluncuran dari jet tempur, alih-alih menggunakan roket suborbital atau bomber B-52. Pasalnya butuh mesin yang bisa bernafas sekaligus mengompresikan udara di sekitar rudal ke campura supersonik oksigen dan bahan bakar tanpa kehadiran turbin.

Tak hanya itu, rudal harus cukup kecil untuk diangkut oleh jet tempur bersamaan dengan peralatan pemandu, kontrol navigasi dan sensor canggih yang diperlukan. Tentu, plus hulu ledak.

Tak boleh dilewatkan, yakni teknologi material komposit yang tepat untuk rudal, bisa titanium atau tungsten, yang bisa menahan panas luar biasa tinggi dihasilkan dari kecepatan Mach 5, Mach 6 atau lebih cepat lagi.

Saat ini Angkatan Udara AS telah mengajukan penambahan anggaran hingga 150 persen untuk program tersebut. Angka semula 6,2 juta dolar menjadi 15,4 juta dolar pada 2013 khusus untuk pengembangan senjata. Sungguh jumlah yang masif mengingat ada risiko kegagalan di depan mata.


Sumber : Republika

0 komentar:

Posting Komentar