Jumat, April 13, 2012
0
BATH-(IDB) : Meski ditentang oleh sebagian petinggi Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) karena biaya pembuatannya terlalu tinggi, program pembuatan kapal perang masa depan USS Zumwalt jalan terus. Kapal yang penuh dengan teknologi canggih terbaru itu akan diluncurkan tahun depan dan diserahkan kepada US Navy pada 2014.

Saat ini, pembuatan Zumwalt terus berlangsung di galangan kapal Bath Iron Works di dekat kota Bath, Negara Bagian Maine, AS. Kepala Staf US Navy Laksamana Jonathan Greenert mengatakan, dengan segala kemampuannya, Zumwalt adalah kapal perang masa depan AS.

"Dengan kemampuan stealth, sistem sonar yang luar biasa, kemampuan menyerang, dan kebutuhan tenaga manusia yang lebih sedikit, ini adalah masa depan kita," tutur Greenert saat mengunjungi Bath Iron Works, pekan lalu.

Zumwalt adalah jenis kapal perusak berpeluru kendali kelas terbaru (DDG-1000) yang akan menjadi kapal perusak terbesar dan tercanggih yang pernah dioperasikan US Navy. Kapal itu memiliki desain lambung tumblehome yang unik, yakni mengerucut ke atas.

Meski berukuran lebih besar daripada kapal-kapal perusak US Navy saat ini, Zumwalt akan dioperasikan oleh lebih sedikit awak kapal karena hampir semua sistemnya sudah otomatis.

Kapal yang dibuat dengan material komposit itu akan dilengkapi sistem pendorong elektrik, sonar terbaru, rudal, dan meriam-meriam berkemampuan tinggi yang menembakkan proyektil berpendorong roket dan berpemandu. Pada masa depan, kapal ini akan dilengkapi meriam elektromagnetik, yakni meriam yang tak lagi menggunakan ledakan mesiu untuk mendorong proyektil, melainkan medan elektromagnetik.

Untuk membangun kapal berukuran panjang 182 meter itu, galangan kapal milik General Dynamics tersebut menghabiskan dana 40 juta dollar AS (Rp 366,4 miliar) untuk membangun bangunan galangan baru setinggi 32 meter guna merakit bagian-bagian lambung kapal yang berukuran raksasa.

Dengan segala ukuran dan teknologi yang ia punyai, biaya membuat kapal terbaru ini, menurut angka resmi US Navy, mencapai 3,8 miliar dollar AS (Rp 34,8 triliun) per unit. Namun, Winslow Wheeler, Direktur Straus Military Reform Project di Pusat Informasi Pertahanan, di Washington DC mengatakan, ongkos sebenarnya bisa mencapai 7 miliar dollar AS (Rp 64,12 triliun) per unit.

Dengan biaya semahal itu, jumlah pesanan US Navy terus mengecil, dari awalnya 32 kapal menjadi 24 unit, kemudian 7 unit, dan akhirnya diputuskan untuk membuat 3 unit saja.

Greenert mengatakan, kapal baru ini sangat cocok dengan perubahan strategi militer global AS untuk memusatkan perhatian di kawasan Asia Pasifik. Menurut US Navy, kapal tersebut efektif digunakan untuk menangkal serangan musuh baik di lautan lepas maupun di perairan dekat pantai.
Meski demikian, beberapa kritik menyebutkan, kapal tersebut terlalu memaksakan diri memasukkan begitu banyak teknologi canggih. Desain kapal itu juga disebut kurang tangguh dalam mempertahankan diri dari serangan rudal. Para pengamat pertahanan memperingatkan, kapal itu rentan terkena serangan dalam operasi dekat pantai. Bentuk lambungnya juga dikhawatirkan kurang stabil dalam kondisi tertentu. 

Sumber : Kompas

0 komentar:

Posting Komentar