Antena telah dipasang di Bogor dan Parepare. Dana sekitar Rp40 miliar untuk persiapan ini.
BALI-(IDB) : Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan ke-40 operator stasiun bumi, Landsat. Pertemuan tersebut berlangsung sejak tanggal 30 Januari hingga 3 Februari di Hotel Padma, Kuta, Bali.
Menurut Kepala Bagian Humas Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Elly Kuntjahyowati, pertemuan tersebut dihadiri oleh 19 negara pengguna satelit, termasuk pemilik satelit Amerika Serikat.
"Indonesia sendiri diwakili oleh LAPAN yang merupakan lembaga pemerintah non kementerian yang berkiprah melakukan penelitian kedirgantaraan," ujar Elly di Kuta, Bali, 29 Januari 2012.
Landsat merupakan penginderaan jarak jauh milik Amerika Serikat. Sejak diluncurkan pada tahun 1972, Landsat telah menghasilkan jutaan citra yang disimpan dalam stasiun-stasiun bumi penerima Landsat di seluruh dunia. Citra Landsat telah digunakan di seluruh dunia untuk berbagai penelitian di bidang pertanian, geologi, kehutanan, perencanaan daerah dan pendidikan.
Sementara itu, Kepala LAPAN, BS Tejakusmana mengatakan, pertemuan tersebut diikuti oleh lembaga antariksa dari berbagai negara yang mengoperasikan stasiun bumi satelit Landsat.
Negara-negara yang dimaksud adalah Indonesia, Amerika, Argentina, Brasil, Australia, Kanada, China, Jepang, Rusia, Thailand, Equador, Arab, Afrika Selatan, Taiwan, India, Italy, Swedia, Jerman, dan beberapa negara Eropa lainnya.
"Dalam pertemuan tersebut, peserta akan membahas tentang aktifitas dan persiapan akuisisi data Landsat oleh operator-operator bumi di dunia termasuk Indonesia," ujar Tejakusmana. Saat ini sudah ada beberapa negara di Asia yang menggunakan satelit Amerika di antaranya Indonesia, Thailand, Taiwan, China, India dan Australia.
"Dalam pertemuan ini, Amerika sebagai pemilik satelit akan meluncurkan Landsat 8. Tetapi sebelum peluncuran tersebut para negara pengguna ingin mendengar langsung tentang laporan perkembangan jadwal, software perekam dan olah data dan sebagainya," kata Tejakusmana.
Indonesia sendiri sudah siap untuk mengopetrasikan satelit generasi terbaru Landsat 8. Antena sudah dibangun di Bogor dan Parepare untuk mengcover Indonesia Timur. Biaya keseluruhan sebesar Rp40 miliar.
Menurut Kepala Bagian Humas Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Elly Kuntjahyowati, pertemuan tersebut dihadiri oleh 19 negara pengguna satelit, termasuk pemilik satelit Amerika Serikat.
"Indonesia sendiri diwakili oleh LAPAN yang merupakan lembaga pemerintah non kementerian yang berkiprah melakukan penelitian kedirgantaraan," ujar Elly di Kuta, Bali, 29 Januari 2012.
Landsat merupakan penginderaan jarak jauh milik Amerika Serikat. Sejak diluncurkan pada tahun 1972, Landsat telah menghasilkan jutaan citra yang disimpan dalam stasiun-stasiun bumi penerima Landsat di seluruh dunia. Citra Landsat telah digunakan di seluruh dunia untuk berbagai penelitian di bidang pertanian, geologi, kehutanan, perencanaan daerah dan pendidikan.
Sementara itu, Kepala LAPAN, BS Tejakusmana mengatakan, pertemuan tersebut diikuti oleh lembaga antariksa dari berbagai negara yang mengoperasikan stasiun bumi satelit Landsat.
Negara-negara yang dimaksud adalah Indonesia, Amerika, Argentina, Brasil, Australia, Kanada, China, Jepang, Rusia, Thailand, Equador, Arab, Afrika Selatan, Taiwan, India, Italy, Swedia, Jerman, dan beberapa negara Eropa lainnya.
"Dalam pertemuan tersebut, peserta akan membahas tentang aktifitas dan persiapan akuisisi data Landsat oleh operator-operator bumi di dunia termasuk Indonesia," ujar Tejakusmana. Saat ini sudah ada beberapa negara di Asia yang menggunakan satelit Amerika di antaranya Indonesia, Thailand, Taiwan, China, India dan Australia.
"Dalam pertemuan ini, Amerika sebagai pemilik satelit akan meluncurkan Landsat 8. Tetapi sebelum peluncuran tersebut para negara pengguna ingin mendengar langsung tentang laporan perkembangan jadwal, software perekam dan olah data dan sebagainya," kata Tejakusmana.
Indonesia sendiri sudah siap untuk mengopetrasikan satelit generasi terbaru Landsat 8. Antena sudah dibangun di Bogor dan Parepare untuk mengcover Indonesia Timur. Biaya keseluruhan sebesar Rp40 miliar.
Sumber : Vivanews
0 komentar:
Posting Komentar