ANALISIS-(IDB) : Heboh tentang Main Battle Tank yang bernama Leopard benar-benar menjadi headline seluruh media Indonesia selama dua pekan ini, baik media cetak, layar TV maupun media online. Berbagai talkshow digelar di layar kaca, berbagai komentar dipajang di media cetak dan online, berbagai pengamat dan “pengamat” tiba-tiba jadi pada pintar menggurui seakan-akan dia lebih tahu dari user. Kalau mau diranking dalam proses pengadaan alutsista TNI maka rencana pengadaan 100 MBT ini menduduki ranking pertama The Hit of Alutsista mengalahkan lagu jazz “hibah F16” dan lagu dangdut “kapal selam ecek-ecek” beberapa waktu yang lalu.
Seperti sudah diprediksi oleh majalah Tempo, hiruk pikuk MBT kelas berat ini dipicu oleh pola beli yang dianut Mabes TNI dan Kemhan yang membuat makelar alutsista keki hati lalu melakukan gerakan klandestein. Kasad pernah bilang bahwa pola beli MBT Leopard adalah G to G (antar pemerintah) bukan B to B (bahasa goodnya, business to business tapi sering diartikan broker to broker). Nah ini yang membuat suasana pasar alutsista berjenis kelamin MBT menjadi hingar bingar karena preman pasarnya mau diusir sama “Satpol PP” alias tidak dilibatkan karena mengakibatkan high cost.
Sang Leopard yang memikat |
Celakanya “pengamat” dadakan dan pengamat yang “itu-itu juga” yang ngomong di beberapa media terpancing untuk ikut-ikutan ngomong sambil numpang populer bahwa MBT Leopard tidak cocok dengan kontur tanah RI, MBT Leopard tidak cocok dengan iklim hutan, MBT Leopard tidak cocok dengan beban jalan raya. Lalu puncak pertarungan final “Copa Del Leopard” itu digelar secara resmi di ruang Komisi I DPR tanggal 24 Januari 2011. Kesimpulannya Pemerintah dan DPR sepakat dengan pengadaan MBT, walau tidak harus Leopard. Lalu bagaimana dengan alasan-alasan yang dikemukakan itu, yang tidak cocoklah, yang terlalu beratlah dan sebagainya. Artinya gerilya yang dilakukan broker alutsista sejatinya hendak mementahkan Leopard lalu bisa jadi digantikan dengan MBT jenis lain atau setidaknya hendak memperlambat laju pengadaan MBT Leopard sembari perlahan memasuki inner cyrcle, syukur-syukur jadi B to B atau G to B, sini pemerintah sono broker.
Sebagai anak negeri yang mendambakan pertumbuhan kekuatan alutsista TNI yang gahar kita merasa miris dengan perilaku sebagian anggota parlemen dan pengamat amatiran yang kelihatannya bersuara jernih dari hati sanubari yang bening tetapi ternyata menyimpan dan berselingkuh dengan pesan dari hati yang lain. Sarkasnya, bukan membela yang benar tetapi membela yang bayar. Retorika bicaranya memberi keyakinan pada khalayak seperti sebuah firman atau sabda yang paling benar, mimik wajah mirip pemain sinetron mak lampir. Benar-benar sempurna aktingnya. Lalu ketika sampai di rumah jam 23.00 sembari melepas jas dan dasi di kamar tidur, lalu bercermin di kaca wastafel sambil bergumam : kutipu kau. Tak tahu kita maksud kalimat itu, dia menipu hatinya atau dia menipu semua orang. Tapi hati kan tak bisa ditipu, berarti dia menipu diri sendiri.
Pengadaan alutsista TNI adalah sebuah proyek mega pangkat mega. Nilai sebuah arsenal gentar dan strategis seperti 3 kapal selam Korsel itu saja mencapai US$ 1,08 Milyar. Nilai anggaran pengadaan alustsista yang sudah disepakati antara Pemerintah dan DPR untuk tahun 2010-2014 berjumlah 150 trilyun rupiah. Dari jumlah itu belum semua terpakai, artiya masih banyak jenis dan jumlah alutsista yang akan dibeli atau diadakan TNI segala matra. Maka bisa dibayangkan betapa seksinya Kemhan dan TNI dilirik dan dirayu produsen alutsista. Yang paling dominan berperan tentu ya makelar alutsista dengan tampilan raut wajah bisa jadi seperti malaikat tapi suatu saat bisa jadi mirip gendoruwo.
Kita berkeyakinan bahwa MBT Leopard akan tetap menjadi pilihan TNI AD karena sesungguhnya kesejatian dan jati diri sebuah MBT adalah Leopard. Dibanding-banding dengan rekan seperingkatnya seperti Abrams, Merkava dan T90, Leopard adalah yang terbaik. Namun yang terpenting dari semua itu adalah nilai jual yang ditawarkan Belanda lebih murah, barangnya sudah ada, negara penjualnya lagi butuh uang. Ini namanya merespons iklan baris yang membold kata bu jlcpt (butuh uang jual cepat). Leopard itu sudah dikaji jauh-jauh hari oleh TNI AD, dan dialah yang terbaik. Tetapi waktu itu duitnya belum ada, jadi disimpan dulu di lemari arsip sembari berdoa, semoga dilimpahkan rezeki yang halal dari rakyat Indonesia untuk beli si Leopard.
Nah baru Nopember 2011 ada lampu hijau penggunaan anggaran, jumlahnya 14 trilyun untuk TNI AD, lalu lemari arsip tadi dibuka kembali. Sang Komandan bilang dengan wajah cerah, doa kita dikabulkan. Ya iyalah wong sejak negara ini merdeka sampai today kok belum punya MBT ya kebangetan amat. Sekadar catatan jumlah 14 trilyun itu bukan hanya untuk beli MBT tapi masih ada jenis alutsista lain yang termasuk daftar belanjaan TNI AD. Lalu gerak cepat dilakukan karena ada negara pemakai mau jual Leopard, dipilih-dipilih katanya, barang sudah ada, masih baru jarang dipakai. Begitu sapa si penjual.
Hasil final Copa del Leopard itu tentu memberikan harapan baru bahwa kata kuncinya adalah semua sepakat dengan MBT. Langkah ke depan ini tentu adalah membangun komunikasi dan saling pengertian dengan DPR. Ini yang terpenting agar keinginan user bisa dipahami dan memahami bahwa Leopard yang terbaik. Dulu ketika terjadi jalan buntu tentang pengadaan F16 antara yang baru dan second, yang dilakukan adalah membangun komunikasi efektif, informal, setara, dan rasional antara Pemerintah/Kemhan dan DPR Komisi I untuk menyamakan persepsi dan akhirnya disetujui pengadaan 30 F16 yang disetarakan dengan blok 52.
Dengan begitu ruang untuk berdiskusi secara lebih luas dan lapang dikedepankan, tak juga harus dirilis media, biarlah semua berjalan dengan porsinya untuk menuju sebuah titik temu. Dengan begitu jua sang MBT yang digadang-gadang dan sudah di ambang pintu bisa hadir lebih rileks, bisa masuk ke ruang darat teritori NKRI, bisa ditempatkan di border bilamana diperlukan. Judul tulisan ini pun sejatinya adalah kalimat doa agar sang Leopard yang sudah diambang pintu tidak lagi dihalangi dengan sejuta argumen emosional maju tak gentar membela yang bayar. Dengan begitu mari kita satukan tekad dalam waktu dekat sang leopard sudah mendekat karena kita memang terpikat.
Sumber : Analisis
kuntet semua tu yg duduk di kursi perwakilan,,,
BalasHapusnggak dapat jatah ngerocos melebihi beo,,
ke laut aja lho pade