TRIPOLI-(IDB):Pasukan koalisi yang terdiri atas Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis berupaya menghancurkan kekuatan udara militer Libya. Kemarin Angkatan Udara Prancis berhasil merontokkan lima jet latih dan tiga heli militer Libya di Misurata.
"Kami mengerahkan 20 jet tempur didukung sebuah pesawat mata-mata AWACS," ujar Panglima Komando Pasukan Prancis Laksamana Edouard Guillaud. Saat disergap, kata dia, jet-jet latih dan heli Libya itu sedang bersiap menggelar serangan udara. Padahal negara tersebut sudah dibatasi oleh Zona Larangan Terbang yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Serangan itu membuat Libya terpukul. Terlebih sejumlah pesawat tempur mutakhir Libya, seperti Sukhoi dan Mirage, telah dibawa pilotnya melarikan diri setelah menolak perintah menggempur kelompok oposisi.
"Secara efektif, Angkatan Udara Libya sudah tak eksis lagi," kata Marsekal Madya Greg Bagwell dari Angkatan Udara Inggris. Inggris kemarin juga ikut membombardir pasukan Libya.
Tanpa dukungan dari udara, pasukan pro-Qadhafi pun dapat dipukul mundur meski terus melakukan perlawanan. Kelompok penentang pemimpin Libya, Kolonel Muammar Qadhafi, kemarin berhasil merangsek hingga ke Ajdabiyah dan Brega. Pemberontak juga merebut sejumlah kota ladang minyak yang sempat jatuh ke tangan militer pro-Qadhafi, seperti Es Sider, Ras Lanuf, Brega, Zueitina, dan Tobruk, di bagian utara negeri tersebut.
"Kami akan ke Sirte," ujar Marjai Agouri, seorang pemberontak berumur 25 tahun. Menurut televisi setempat, serangan udara pasukan sekutu itu telah menelan korban jiwa militer dan sipil. "Kami kehilangan banyak nyawa, militer dan sipil," ujar juru bicara pemerintah, Mussa Ibrahim. Para pejabat Libya mengatakan serangan koalisi telah menewaskan hampir 100 warga sipil. Paus Benediktus XVI pun angkat bicara. "Saya prihatin atas keselamatan dan keamanan penduduk," kata Paus di Vatikan.
Libya mengatakan siap melaksanakan peta jalan perdamaian yang ditetapkan Uni Afrika untuk mengatasi krisis di negara itu seperti dikatakan Sekretaris Jenderal Kongres Rakyat Umum Libya Mohammed al-Zwai di Addis Ababa. "Asalkan diberi mandat oleh Dewan Keamanan dan Perdamaian Uni Afrika."
Sumber: Tempo
0 komentar:
Posting Komentar