JAKARTA-(IDB) : TNI Angkatan Udara membutuhkan alat utama sistem senjata (alutsista) yang andal. Termasuk untuk melengkapi Skadron Udara 14 yang sejak awal pembentukannya telah mengoperasikan pesawat tempur strategis di eranya seperti MiG-21F Fishbed, F-86 Sabre serta F-5E Tiger.
Pada zamannya pesawat F-5E/F Tiger II memiliki daya detterent (penggentar) yang cukup ampuh karena bisa melakukan berbagai jenis operasi antara lain: operasi pertahanan udara, operasi serangan udara strategis, operasi lawan udara ofensif dan operasi dukungan udara seperti penyekatan udara, serangan udara langsung, bantuan tembakan udara, perlindungan udara dan pengamatan/ pengintaian.
F-5E sudah digunakan selama 33 tahun sejak 1980 dan saat ini tingkat operasionalnya menurun, karena di samping usia, juga terbatasnya sumber pasokan suku cadang dan mahalnya perawatan. Hal ini membuat TNI AU mempertimbangkan mengganti dengan pesawat tempur strategis baru yang lebih modern dan andal serta mampu menjawab tantangan tugas operasi udara modern.
Pemilihan pesawat sebagai kandidat pengganti F-5E TNI AU dimulai dengan melirik berbagai jenis pesawat tempur modern, di antaranya pesawat tempur Sukhoi Su-30 MKI, F-15SE Silent Eagle, Eurofighter Typhoon, F-16E/F Block 60/62, Rafale-B, F-18E/F Super Hornet, Su-35 Flanker, dan JAS-39 Gripen NG. Semuanya adalah pesawat tempur modern terbaru generasi 4,5 yang secara kasar diperkirakan memenuhi kriteria pesawat tempur strategis TNI AU.
Pihak TNI AU memulai proses pemilihan secara serius dan profesional dengan pertama-tama melihat semua kemampuan pesawat yang menjadi kandidat lewat faktor antara lain: karakteristik umum, performance, persenjataan, dan avionik. Semuanya melalui analisa mendalam terkait aspek operasi, aspek teknis dan aspek non-teknis.
Setelah itu dilakukan perbandingan apakah memenuhi persyaratan operasi TNI AU dengan kriteria penilaian antara lain: pesawat harus jenis multirole minimal generasi 4,5, mampu menjangkau sasaran strategis dengan radius of action jauh baik sasaran permukaan dan bawah permukaan, mampu melaksanakan misi pertempuran siang dan malam hari pada segala cuaca, memiliki radar modern dengan jangkauan jauh, mampu melaksanakan network centric warfare, perawatan mudah, alat avionik, navigasi dan komunikasi modern tersandi, peralatan perang elektronika pasif dan aktif serta memiliki kemampuan meluncurkan senjata konvensional, senjata pintar dan senjata pertempuran udara jarak sedang atau beyond visual range.
Pada zamannya pesawat F-5E/F Tiger II memiliki daya detterent (penggentar) yang cukup ampuh karena bisa melakukan berbagai jenis operasi antara lain: operasi pertahanan udara, operasi serangan udara strategis, operasi lawan udara ofensif dan operasi dukungan udara seperti penyekatan udara, serangan udara langsung, bantuan tembakan udara, perlindungan udara dan pengamatan/ pengintaian.
F-5E sudah digunakan selama 33 tahun sejak 1980 dan saat ini tingkat operasionalnya menurun, karena di samping usia, juga terbatasnya sumber pasokan suku cadang dan mahalnya perawatan. Hal ini membuat TNI AU mempertimbangkan mengganti dengan pesawat tempur strategis baru yang lebih modern dan andal serta mampu menjawab tantangan tugas operasi udara modern.
Pemilihan pesawat sebagai kandidat pengganti F-5E TNI AU dimulai dengan melirik berbagai jenis pesawat tempur modern, di antaranya pesawat tempur Sukhoi Su-30 MKI, F-15SE Silent Eagle, Eurofighter Typhoon, F-16E/F Block 60/62, Rafale-B, F-18E/F Super Hornet, Su-35 Flanker, dan JAS-39 Gripen NG. Semuanya adalah pesawat tempur modern terbaru generasi 4,5 yang secara kasar diperkirakan memenuhi kriteria pesawat tempur strategis TNI AU.
Pihak TNI AU memulai proses pemilihan secara serius dan profesional dengan pertama-tama melihat semua kemampuan pesawat yang menjadi kandidat lewat faktor antara lain: karakteristik umum, performance, persenjataan, dan avionik. Semuanya melalui analisa mendalam terkait aspek operasi, aspek teknis dan aspek non-teknis.
Setelah itu dilakukan perbandingan apakah memenuhi persyaratan operasi TNI AU dengan kriteria penilaian antara lain: pesawat harus jenis multirole minimal generasi 4,5, mampu menjangkau sasaran strategis dengan radius of action jauh baik sasaran permukaan dan bawah permukaan, mampu melaksanakan misi pertempuran siang dan malam hari pada segala cuaca, memiliki radar modern dengan jangkauan jauh, mampu melaksanakan network centric warfare, perawatan mudah, alat avionik, navigasi dan komunikasi modern tersandi, peralatan perang elektronika pasif dan aktif serta memiliki kemampuan meluncurkan senjata konvensional, senjata pintar dan senjata pertempuran udara jarak sedang atau beyond visual range.
Sumber : Angkasa
0 komentar:
Posting Komentar