Sabtu, Agustus 30, 2014
2
Pesawat tanpa awak dan robot semakin sering digunakan untuk menggantikan tentara dalam situasi berisiko tinggi. Periset dan politisi khawatir hidup dan mati di masa depan ditentukan oleh mesin otonom.

DW-(IDB) : Sebuah video Pentagon menunjukkan sebuah jet tempur bertolak dari kapal induk Amerika Serikat. Sekilas, manuver ini tidak tampak spektakuler. Namun setelah mencermati lebih jauh, terkuak detail yang tidak terlalu mencolok: jet tempur siluman X-47B tidak memiliki kokpit, ini adalah pesawat tanpa awak.


Menurut angkatan laut Amerika Serikat, teknologi pesawat tak berawak kembali mencapai tonggak sejarah setelah peluncuran perdana pesawat tanpa awak sebesar jet tempur dari kapal induk. Selangkah lebih maju menuju sistem persenjataan tanpa awak.

Tentara Masa Depan


Lebih dari 70 negara telah menggunakan pesawat tak berawak – kendaraan udara yang mampu mengumpulkan intelijen, atau mencari, dan kalau perlu, mengeliminasi target. Saat ini keputusan semacam itu diambil oleh seorang operator melalui kendali jarak jauh.


Namun kini pesawat tak berawak sudah dapat diprogram untuk bermanuver sepenuhnya secara otonom. Jet tempur X-47B masih dalam ujicoba, namun begitu siap tempur, pesawat tanpa awak tersebut akan mampu menggelar misi sendiri  tanpa kendali manusia.


Memang belum ada pesawat tanpa awak yang dapat beraksi secara sepenuhnya sendiri. Operator menentukan adanya serangan atau tidak. Tapi muncul kekhawatiran bahwa “tekanan militer akan mendorong pengenalan sistem otonom,” jelas Jürgen Altmann, seorang ahli fisika dan periset perdamaian di Universitas Teknologi Dortmund.


Robot Tidak Pernah Lelah


Dari sudut pandang militer, langkah menuju tentara mekanis amatlah logis: robot tidak kenal lelah, mereka dapat melakukan manuver yang lebih berisiko daripada pilot manusia, yang selalu menghadapi ancaman tertembak jatuh. Bukan berarti kendali jarak jauh tanpa batasan: Komunikasi antara sistem dan operator membutuhkan waktu beberapa detik, yang dapat menentukan kesuksesan atau kegagalan sebuah misi.

Menurut makalah strategi Pentagon, Amerika Serikat akan terus meningkatkan sistem tanpa awak dalam 20 hingga 30 tahun ke depan. Altmann yakin Amerika Serikat bukan satu-satunya negara yang tengah mengembangkan sistem persenjataan otonom. “Produsen senjata lainnya akan mengikuti dan pada titik tertentu, sebagian dari angkatan bersenjata akan terdiri dari jet tempur otomatis.”


Larangan Atas Robot Tempur


Politisi partai Hijau Jerman, Agnieszka Brugger, mendukung pelarangan sistem senjata otonom. Robot tempur tidak dapat membedakan antara pejuang musuh dan warga sipil – dalam operasi tempur, mereka tidak dapat beraksi menurut hukum internasional. Agnieszka Brugger dan Jürgen Altmann setuju: menggantikan tentara dengan mesin juga berpotensi meningkatkan toleransi pemimpin militer terhadap kekerasan.

“Yang dibutuhkan adalah sistem pengendalian senjata secara global,” Roderich Kiesewetter berargumen. Namun pensiunan kolonel tersebut juga menekankan bahwa pengembangan tidak boleh dilarang sepenuhnya. “Kita harus berasumsi bahwa tidak akan ada negara yang secara sengaja beralih sepenuhnya kepada teknologi tempur otomatis.




Sumber : DW

2 komentar:

  1. Ini dilematis. Di satu pihak negara pembuat alutsista berobot itu korban manusia 0%. Terus musuh dari negara lain yang belum menggunakan robot korbannya banyak. Hehe. Lagian yang namanya robot itu tidak bisa menghormati hukum perang pastinya. orang menyerah ditembak juga. Tapi demi kemanusiaan bagus juga kalau ke depannya manusia tidak perlu mati hanya untuk perang. Ini merupakan dua sisi dari satu keping mata uang logam. Salah satu sisi menguntungkan. di lain sisi merugikan

    BalasHapus