Kamis, Mei 22, 2014
1
Destroyer Tiongkok yang dipimpin Kapal Wuhan melakukan perjalanan ke Laut Jepang untuk melakukan latihan militer bersama Rusia, 3 Juli 2013
Destroyer Tiongkok yang dipimpin Kapal Wuhan melakukan perjalanan ke Laut Jepang untuk melakukan latihan militer bersama Rusia, 3 Juli 2013


BEIJING-(IDB) : Tiongkok mulai merenggangkan otot menghadapi konflik di Laut Tiongkok Selatan. Presiden Xi Jinping menyerukan pembentukan struktur kerjasama keamanan baru di Asia yang melibatkan Rusia dan Iran, tanpa Amerika Serikat.


“Kita harus memperbaharui kerjasama keamanan dan meracik struktur baru di kawasan,” kata Xi di sebuah konfrensi di Shanghai yang dihadiri oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin dan kepala pemerintah dari negara-negara di Asia Tengah.


Dalam pidatonya Xi tidak menyebut konflik teranyar antara Beijing dan Vietnam terkait pengeboran minyak lepas pantai di Laut Tiongkok Selatan.


Perebutan SDA di Laut Tiongkok Selatan
 
“Instalasi pengeboran minyak ilegal oleh Tiongkok mengancam perdamaian, stabilitas, keamanan dan kebebasan di laut timur,” ujar Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung seusai bertemu dengan Persiden Filipina, Benigno Aquino III di Manila.


“Kedua pihak berniat melawan pelanggaran yang dilakukan Tiongkok dan menyerukan dunia internasional untuk mengecam langkah Beijing,” imbuhnya. Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei adalah negara yang berselisih faham dengan Tiongkok terkait kedaulatan di Laut Tiongkok Selatan.


Sebab itu pula langkah Tiongkok memanfaatkan aliansi keamanan negara Asia (CICA) alias Conference on Interaction and Confidence Building Measures in Asia, dianggap sebagai ancaman. CICA beranggotakan 24 negara, termasuk Korea, Thailand dan Turki, diharapkan akan mewadahi “dialog keamanan dan kerjasama,” serta “meracik mekanisme konsultasi pertahanan,” kata Xi.


Beijing berupaya menjadikan CICA sebagai “Pusat Pengendalian Keamanan” untuk situasi darurat, semisal konflik bersenjata di Laut Tiongkok Selatan. Analis menilai organisasi multilateral itu akan dimanfaatkan Beijing untuk mecari dukungan dalam situasi perang, layaknya NATO untuk Amerika Serikat.


Laut yang diklaim Tiongkok (garis biru)
Laut yang diklaim Tiongkok (garis biru)

Tiongkok Peringatkan Sekutu AS di Asia
 
Wacana tersebut menandai upaya terakhir Tiongkok untuk mengumpulkan sekutu guna membatasi pengaruh Washington di kawasan.


Uniknya dalam kesempatan yang sama, Presiden Xi mewanti-wanti negara-negara Asia, bahwa memperkuat aliansi militer untuk melawan Tiongkok tidak akan menguntungkan keamanan regional. Ia juga memperingatkan Amerika Serikat agar tidak mencampuri urusan di kawasan dengan membentuk aliansi keamanan baru.

“Membangun aliansi militer untuk membidik pihak ketiga adalah langkah yang salah untuk menjaga keamanan bersama di wilayah,” kata Xi. Sang presiden merujuk pada langkah Vietnam, Filipina dan Jepang yang memperkuat kerjasama keamanan dengan AS. 




Sumber : DW

1 komentar:

  1. Sebenarnya sejak 1994, "teori lidah" sasaran caplokan Tiongkok di LCS telah mencakup pula hingga ke Natuna. Sampai era presiden Soeharto berakhir tidak ada tanda2 mereka merevisi hal tsb. Nampaknya mereka tidak jujur dgn Indonesia masa kini, mungkin strategi untuk mengurangi musuh saat ia masih sibuk dengan Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Malaysia.

    BalasHapus