HONOLULU-(IDB) : Kalangan pejabat Amerika Serikat (AS) menawarkan bantuan bagi
negara-negara ASEAN, sebagai langkah untuk menghadapi dampak perubahan
iklim. Selain itu, pihak AS juga mendesak diadakannya kerjasama yang
lebih kuat antara pihak militer dan lembaga darurat.
Kepala Pentagon Chuck Hagel, dan pejabat tinggi lainnya, membahas
bahaya yang ditimbulkan oleh meningkatnya suhu global dengan para
menteri pertahanan ASEAN di Honolulu, rumah bagi pusat utama penelitian
cuaca AS yang melacak permukaan air laut dan tsunami di Samudra Pasifik.
"Semakin kita dapat memahami ilmu di balik bencana alam semakin kita
dapat berkoordinasi dan mengkomunikasikan upaya kita untuk saling
membantu," kata Hagel pada para Menteri pertahanan ASEAN di Honolulu,
Hawai, Kamis (3/4)
Hagel mengatakan, kerjasama antar militer ASEAN untuk operasi
kemanusiaan telah berkembang tetapi dibutuhkan lebih banyak kolaborasi,
ketika ilmuwan memprediksi lebih banyak angin topan dan bencana alam
lainnya akan menghantam wilayah tersebut.
"Kita bisa berbuat lebih banyak, dan kami akan berbuat lebih banyak lagi," kata Hagel.
Sementara itu, Kepala Badan Pembangunan Internasional AS Rajiv Shah
mengatakan, laporan dari panel ahli PBB tentang perubahan iklim
memperjelas bahwa cuaca yang tidak menentu akan membuat malapetaka pada
masyarakat di seluruh dunia.
"Laporan itu juga menyoroti bahwa Asia - Pasifik terkena lebih dari
70 persen dari semua bencana alam ini. Sehingga anda menanggung beban
yang lebih besar dari beban konsekuensi tersebut," imbuh Shah.
Shah menegaskan, seluruh pemerintah ASEAN harus bekerja sama dan
berlatih untuk menghadapi topan, banjir dan cuaca ekstrim lainnya yang
diprediksi menjadi lebih sering dalam beberapa dekade mendatang .
"AS berkomitmen penuh untuk bekerja dengan dan mendukung Anda dalam upaya ini," katanya.
Pertemuan para menteri pertahanan itu menandai pertama kalinya AS
telah menjadi tuan rumah pertemuan ASEAN dan para pejabat AS mengatakan
itu adalah contoh terbaru dari strategi menyeimbangkan yang bertujuan
menghadapi meningkatnya kemampuan militer Tiongkok dan penegasan klaim
teritorialnya.
Selama satu dekade terakhir, militer AS telah memperluas operasi
bantuan bencana di Asia, mengoperasikan kapal dan pesawat untuk
melakukan penyelamatan serta memberikan makanan, air dan persediaan
lainnya.
AS mengerahkan pasukannya dalam jumlah besar ke Filipina setelah
Topan Haiyan melanda negara itu pada November lalu dan menewaskan ribuan
orang penduduknya.
Analis dan pejabat mengatakan selain menyelamatkan nyawa, operasi
kemanusiaan juga merupakan cara Washington memumbuhkan kepercayaan di
antara negara-negara yang cemas terhadap RRT tetapi waspada memasuki
aliansi terbuka yang mungkin menentang Beijing.
Setelah pembicaraan dengan menteri ASEAN berakhir, Hagel akan
melakukan perjalanan ke Jepang dan RRT, di tengah ketegangan antara dua
kekuatan Asia itu atas pulau yang disengketakan di Laut Cina Timur .
Sebagai bagian dari poros Asia , AS telah berjanji untuk lebih
memberdayakan kapal perang dan pesawatnya ke wilayah Pasifik. Namun
pergerakan armada tersebut kini terhambat tekanan anggaran.
Hagel bersikeras bahwa upaya menyeimbangkan itu telah berjalan dengan
baik dan tidak akan keluar jalur, dengan mengutip penyebaran kontingen
Marinir AS di Australia,kapal tempur ke Singapura serta meningkatkan
latihan perang.
"Saya pikir itu cukup jelas bahkan dengan pembatasan anggaran, yang
akan kita jalani, ini adalah prioritas. Kami akan memenuhi komitmen yang
kami buat," kata Hagel.
Sumber : Beritasatu
Wah... jangan2...
BalasHapusBencana yang dibuat sendiri oleh AS....
Dengan kecanggihan teknologinya dan rekayasa cuacanya....