Jumat, Januari 24, 2014
8
JAKARTA-(IDB) : Panglima Komando Operasi Angkatan Udara Satu Marsekal Muda Muhammad Syaugi mengaku tidak sabar untuk segera memiliki skadron khusus pesawat tanpa awak yang rencananya berlokasi di Pangkalan Udara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Karena itu, Angkatan Udara saat ini sedang mempercepat persiapan infrastruktur pendukung skadron tersebut.

"Targetnya tahun ini jadi," kata Syaugi kepada wartawan di Markas Komando Operasi Angkatan Udara Satu, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat, 24 Januari 2014.

Selain infrastruktur, TNI AU juga mempersiapkan sisi teknologinya. Para teknisi TNI AU sudah mulai mempelajari teknologi dan seluk-beluk pesawat tanpa awak. "Ternyata tak mudah, kami pun mempelajari (teknologi) tersebut dari negara tetangga yang sudah bisa," kata dia. "Tak perlu malu, yang penting kami belajar."

Saat disinggung soal pesawat tanpa awak jenis apa yang bakal digunakan TNI AU, Syaugi belum mau menjawab detail. Dia hanya menyebutkan pesawat tanpa awak hasil riset dari Kementerian Riset dan Teknologi serta Badan Penerapan dan Pengembangan Teknologi, yakni PUNA Wulung. "Selain itu, Kementerian Pertahanan yang tahu," ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan membeli belasan unit pesawat tanpa awak dari Filipina, selain buatan dalam negeri, yang akan dialokasikan untuk TNI Angkatan Udara. Skadron pesawat nirawak ini diharapkan mampu mengemban misi mata-mata dan pengamatan jarak jauh. Pesawat ini ditargetkan mampu memberikan gambaran awal suatu daerah di Tanah Air setelah terjadinya bencana alam.




Sumber : Tempo

8 komentar:

  1. "Tak perlu malu, yang penting kami belajar." bijaksana sekali. (h)

    *Ayam Jantan dari Timur

    BalasHapus
  2. Yakin ga salah tulis adm blog ini..?? Beli " membeli belasan unit pesawat tanpa awak dari Filipina.." setahu ane yg di beli 3-5 biji UAV buatan ISRAEL persis yg di punyai Singapur, namanya Heron, UAV ini canggih, kemampuan terbang 9 jam nonstop, radius 300km, bisa terbang sampai ketinggian 12.000ft, imaging survey secara real Time dan punya pilot otomatis maksudnya bs fi program sesuai misi yg di inginkan. Filipina hanya bertindak sbg broker saja, krn Ind tdk punya hub. Diplomatik sama Israel.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haqul Yaqin wa Ainul Yaqin, bahwa kita telah membeli puluhan UAV dari Filipina.
      G ada yang salah kawan.!!!!

      Hapus
  3. Ya begitulah pemerintah. rencana beli dari Israel atau singapura kok malah beli dari philipina? dagelannya lucu gak ya?

    BalasHapus
  4. UAV Heron buat memburu dan membasmi cukong melayu yg berkeliaran di perbatasan kalimantan dgn sabah serawak. Sama seperti digunakan utk memburu dan membasmi militan hamas.
    Kalau bilang "tdk usah malu" itu artinya belajar dr negara dibawah kita "philipina" (alpha operation II) bukan negara yg sdh diatas kita. Kl sdh pintar dr kita tdk usah bilang kyk gt, emang sdh sewajarnya...! Belajarnya di mindanao cari dan buru anggota MNLF dgn Heron!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayang kalau UAV Heron hanya untuk memburu cukong di perbatasan.
      Dan kurang effektive kalau di pakai surveillance situasi dan kondisi lawan, karena begitu ada gerakan lawan yg mencoba infiltrasi ke daerah kita, di pastikan gerak maju tentara kita akan terlambat untuk mengatisipasinya karena medan yg berat dan siskom alkom yg masih sederhana dan mudah di jamming lawan, akibatnya ya.......
      gitu dech.
      Maka perbanyak UAV buatan dalam negeri yg memungkinkan di cantolin senjata atau rudal pintar, yg memungkinkan tindakan segera apabila ada lawan yg merangsek dapat di hancurkan terlebih dahulu oleh UAV buatan kita sendiri.
      Jangan sekali - sekali meremehkan performance UAV kita : "Wulung, Puna & Sriti"

      Hapus
  5. Krn kita tdk bisa beli uav heron lgs dari israel kita beli melalui pershan filipina..gitu

    BalasHapus
  6. Seyogyanya Skd UAV juga di perkuat dengan UAV produksi PT DI dalam jumlah se-banyak2-nya mengingat UAV ini merupakan hasil kerja keras para ilmuwan BPPT, LAPAN dan BALITBANG KEMHAN selama puluhan tahun.
    UAV dimaksud adalah : " Wulung, Puna, Sriti " dll.
    Karena UAV buatan asli Indonesia juga sudah masuk katagori UAV modern, memakai technology autonomus, mampu terbang lama sekali dan membawa sensor canggih sekelas UAV Heron Israel, bahkan tidak tertutup kemungkinan akan menjadi pesaing di pasar UAV dunia nantinya. Semoga.

    BalasHapus