BANDUNG-(IDB) : Pemerintah Kalimantan Timur tertarik memesan pesawat CN-295 produksi PT
Dirgantara Indonesia. "Ini bukan untuk mewah-mewah, tapi untuk
kepentingan rakyat Kalimantan Timur," kata Gubernur Kalimantan Timur
Awang Faroek Ishak saat menyaksikan penyerahan helikopter Bell-412 EP
produksi PT Dirgantara Indonesia pada Kementerian Pertahanan di Bandung,
Sabtu, 13 Juli 2013.
Faroek mengatakan, daerahnya memiliki 22 bandara, tapi minim alat transportasi udara, terutama di daerah perbatasan. "Bayangkan saja (di perbatasan) semen Rp 1 juta per sak, kalau misalnya kita punya CN-295, semen bisa diangkut dan harga semen di kota akan sama dengan harga di perbatasan," kata dia.
Dia mengungkapkan, saat ini pemerintah Kalimantan Timur tengah mengerjakan perpanjangan badan 3 landasan di daerah perbatasan dengan Malaysia. Dengan perbaikan itu, kata Faroek, pesawat jenis Airbus dan CN-295 bisa mendarat di bandara itu. "Kalau kami beli pesawat jangan diributkan, tapi untuk kepentingan rakyat Kalimantan Timur."
Sebelumnya pemerintah Kalimantan Timur memberikan hibah Rp 120 Miliar pada Kementerian Pertahanan RI untuk pengadaan helikopter Bell-412 EP. Kontrak pembuatan helikopter itu diteken Maret 2012, dan hari ini, Sabtu, 13 Juli 2013, resmi diserahkan PT Dirgantara Indonesia pada Kementerian Pertahanan.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyambut baik rencana pembelian CN-295 itu. "Ini sambil promosi," kata dia.
Menurut dia, pengembangan industri pertahanan dalam negeri tidak bisa hanya bergantung pada pemesan alutsista dari pemerintah. "Kalau tergantung pasarnya pada Kementerian Pertahanan, TNI, Polri, tidak cukup. Harus ada diversisivikasi produknya untuk bisa digunakan instansi lain," kata Purnomo.
Purnomo mengatakan, kementeriannya menargetkan bisa membangun 1 skuadron Light Transport pesawat CN-295. Dari 16 pesawat yang dibutuhkan untuk membangun 1 skuadron, belum separuhnya dibeli. "Kita harapkan kita bisa bangun itu," kata dia.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia mengungkapkan, pesawat CN-295 pesanan pemerintah yang tengah diproduksi di pabrik Airbus Military akan tiba di pabrik PT Dirgantara Indonesia mulai bulan ini. "Finishingnya di Bandung," kata dia.
Direktur Pengembangan Teknologi PT Dirgantara Indonesia Supra Dekanto mengatakan, level pekerjaan yang akan digarap baru 10 persen dari porsi produksi pesawat CN-295. Untuk pekerjaan pertama yagn digarap, finishing pesawat itu yakni interior pesawat dan pengecatan. "Kita kerjakan bertahap," kata dia.
Menurut Supra, PT Dirgantara menargetkan menggarap bagian samping badan pesawat utama, bagian belakang pesawat, serta ekor vertikal dan hiorisontal pesawat CN-295 tahun depan. Dia berharap, produksi komponen itu sudah bisa digarap tahun depan.
Supra mengatakan, hingga saat ini, sejumlah negara tetangga me nyatakan tertarik membeli CN-295. "Filipina, Malaysia, dan Thailand, mereka menyatakan interest, tapi harus ditindaklanjuti," kata dia.
Faroek mengatakan, daerahnya memiliki 22 bandara, tapi minim alat transportasi udara, terutama di daerah perbatasan. "Bayangkan saja (di perbatasan) semen Rp 1 juta per sak, kalau misalnya kita punya CN-295, semen bisa diangkut dan harga semen di kota akan sama dengan harga di perbatasan," kata dia.
Dia mengungkapkan, saat ini pemerintah Kalimantan Timur tengah mengerjakan perpanjangan badan 3 landasan di daerah perbatasan dengan Malaysia. Dengan perbaikan itu, kata Faroek, pesawat jenis Airbus dan CN-295 bisa mendarat di bandara itu. "Kalau kami beli pesawat jangan diributkan, tapi untuk kepentingan rakyat Kalimantan Timur."
Sebelumnya pemerintah Kalimantan Timur memberikan hibah Rp 120 Miliar pada Kementerian Pertahanan RI untuk pengadaan helikopter Bell-412 EP. Kontrak pembuatan helikopter itu diteken Maret 2012, dan hari ini, Sabtu, 13 Juli 2013, resmi diserahkan PT Dirgantara Indonesia pada Kementerian Pertahanan.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyambut baik rencana pembelian CN-295 itu. "Ini sambil promosi," kata dia.
Menurut dia, pengembangan industri pertahanan dalam negeri tidak bisa hanya bergantung pada pemesan alutsista dari pemerintah. "Kalau tergantung pasarnya pada Kementerian Pertahanan, TNI, Polri, tidak cukup. Harus ada diversisivikasi produknya untuk bisa digunakan instansi lain," kata Purnomo.
Purnomo mengatakan, kementeriannya menargetkan bisa membangun 1 skuadron Light Transport pesawat CN-295. Dari 16 pesawat yang dibutuhkan untuk membangun 1 skuadron, belum separuhnya dibeli. "Kita harapkan kita bisa bangun itu," kata dia.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia mengungkapkan, pesawat CN-295 pesanan pemerintah yang tengah diproduksi di pabrik Airbus Military akan tiba di pabrik PT Dirgantara Indonesia mulai bulan ini. "Finishingnya di Bandung," kata dia.
Direktur Pengembangan Teknologi PT Dirgantara Indonesia Supra Dekanto mengatakan, level pekerjaan yang akan digarap baru 10 persen dari porsi produksi pesawat CN-295. Untuk pekerjaan pertama yagn digarap, finishing pesawat itu yakni interior pesawat dan pengecatan. "Kita kerjakan bertahap," kata dia.
Menurut Supra, PT Dirgantara menargetkan menggarap bagian samping badan pesawat utama, bagian belakang pesawat, serta ekor vertikal dan hiorisontal pesawat CN-295 tahun depan. Dia berharap, produksi komponen itu sudah bisa digarap tahun depan.
Supra mengatakan, hingga saat ini, sejumlah negara tetangga me nyatakan tertarik membeli CN-295. "Filipina, Malaysia, dan Thailand, mereka menyatakan interest, tapi harus ditindaklanjuti," kata dia.
Sumber : Tempo
saya salut dan setuju dengan pandangan dari gubernur kaltim utk mangadakan pesawat CN 295 dari PT D.I guna mengatasi distribusi sembako dan juga material yang dibutuhkan dalam pembangunan atau untuk keperluan lain yang berguna bagi kehidupan masyarakat setempat dan daerah setempat, saran saya Pemerintah Provinsi mengadakan 6 unit pesawat CN 295 guna mengatasi kesulitan pendistribusian sembako dan material bangunan serta tingginya harga sembako dan harga material bangunan, dan juga berdasarkan info yang saya dengar, dengan dimekarkannya Kabupaten Mahakam Hulu dari Kabupaten Kutai Barat dan juga suitnya transportasi ke Mahakam Hulu dari Kutai Barat yang mana ke salah satu kecamatan dari Kabupaten Mahakam Hulu yang berbatasan langsung dengan Malaysia, dibutuhkan dana untuk sekali berangkat kurang lebih hampir 10 juta belum biaya baliknya, oleh karena itu saya juga menyarankan kepada Pemprop Kaltim untuk bersedia membantu memasukkan dalam RKAKL Tahun 2014 atau Tahun 2015 untuk pembiayaan pembangunan jembatan di Kecamatan yang paling ujung dari Kabupaten Mahakam Hulu yang berbatas dengan Malaysia ke Kutai Barat, juga pembangunan bandara di Ibu kota Mahakam Hulu di Long Hubung, serta membantu pembangunan heli pad untuk mempermudah pengawasan perbatasan maupun pendistribusian sembako juga material bangunan di kecamatan yg paling ujung di Mahakam Hulu, selain itu juga membantu utk penyediaan dana guna pembangunan pelabuhan feri di Malinau, di Sebatik, dan pengadaan feri barang dengan jalur Malinau, Tanjung Selor, Sebatik dan Tarakan
BalasHapusUntuk penerbangan perintis paling cocok pesawat Twin Otter DHC - 6
BalasHapusYg sdh terbukti handal dan cocok take off dan landing di lapangan perintis yg masih berupa air strip dan tanpa dilengkapi dg ILS dan tanpa fasilitas ATC.
Atau pesawat C - 212 Aviocar, atau pesawat Cessna atau helikopter Mi-17 / 8 atau Tobago atau pesawat capung lainnya.
Nggak kebayang kalau pesawat sebesar C - 295 mendarat di lapangan terbang perintis yg ada di pedalaman Kalimantan.
Namun terserah, Pemda yg punya uang mau beli ya gpp, bahkab kalau mau beli pesawat serba guna sekelas Hercules siapa yg nglarang.
Namanya juga komen, kan bole2 saja toh.
Pemprov kaltim memang patut di contoh, yang begini gwa segannnn...
BalasHapusSama persis kayak Aceh di zaman dulu, nyumbang pesawat militer untuk TNI
Menurut saya, daripada uang buat beli pesawat terbang mahal harganya, mahal biaya perawatan dan perbaikan, tinggi biaya operasionalnya, mengapa tidak fokus pada pembangunan infrastruktur sederhana dulu.
BalasHapusMisal membangun kelistrikan yg bersumber dari pembangkit Microhydro, jalan awcas, jembatan dan membuat jaringan komunikasi seluler yg nir kabel, serta mengenalkan wilayah yang self supporting dengan aneka pemenuhan hajat masyarakat kecil melalui pengenalan program "Mixed Farming", dicukupi dengan sarana dan prasarana pendidikan lengkap, pemenuhan sukungan fasilitas kesehatan setingkat Puskesmas keliling atau statis dan banyak lagi, yg intinya masyarakat pedalaman walau jauh dari hiruk pikuk kegiatan perkotaan tetap dpt mengikuti informasi dan mudah komunikasi dengan mudah antar satu masyarakat dengan masyarakat lain sehingga akan menimbulkan dan melahirkan masyarakat yg sejahtera lahir dan bathin, dunia akhirat.
Serahkan masalah penerbangan kepada pihak swasta atau siapapun yg memang core bisnisnya penerbangan dg subsidi pajak atau keringanan lain atau sistim Joint Operation dg pihak perusahaan penerbangan perintis seperti "Susi Air" misalnya.
Dengan demikian pak Awang Faroek selaku pimpinan daerah namanya akan ditoreh dengan tinta emas oleh masyarakat yg di pimpinya kelak, karena telah berhasil menyejahterakan masyaraktnya dengan baik dan sukses serta berkelanjutan.
Buat ano08.29 secara aturan perundangan dan keputusan politik, untuk urusan TNI dengan segala konskwensinya adalah porsi Pemerintah Pusat, sedangkan Pemda porsinya sesuai aturan adalah mensejahterakan masyarakat di daerah itu sendiri.
BalasHapusAdapun pesawat "Seulawah" DC - 3 "Skytrain" yang pernah di sumbang oleh masyarakat Aceh ke Pemerintah RI, karena semuanya darurat pada waktu itu.
Jadi mohon di mengerti sikon dulu dan sikon sekarang yg lebih teratur.
betul kata kang boler,daripada uang miliaran rupiah buat beli pesawat mending bangun aja infrastruktur pasti lebih manfaat.saya 2 tahun ikut kakak d Kalimantan,sungguh serba darurat n serba minim seperti jaman purba.Bangun dulu instalasi listrik,Lapter juga d benahin dulu n gandeng pihak merpati buat masuk.Lapter saja masi koral tok gitu mau di daratin C-295,yg ada malah nubruk hilang dah uang rakyat....
BalasHapus