Sabtu, Mei 25, 2013
17
BANDUNG-(IDB) : Tanggal 29 April 2013 merupakan hari bersejarah bagi proses penciptaan PUNA. Sebab, mulai tanggal itu,  BPPT menyatakan kesiapannya untuk memproduksi pesawat tanpa awak tersebut secara komersial. Mereka siap menerima pemesanan dari pihak luar. 

Rilis PUNA yang diberi nama Wulung itu dilakukan oleh Kementerian Pertahanan bersama PT Dirgantara Indonesia (DI) sebagai pelaksana produksinya.

Para penggawa tim produksi PUNA Wulung pun bersorak kegirangan menyambut babak baru industri kedirgantaraan Indonesia itu. Wajah kurang tidur para pemuda dan profesor senior pun seketika berubah ceria usai penandatanganan kerja sama komersialisasi PUNA.


Sembari memandangi pesawat dengan warna dominan biru laut yang sedang dipamerkan itu senyum cerah terus menghiasi raut wajah penuh kelegaan mereka.


Bagi tim PUNA Wulung, Inilah salah satu impian para ilmuwan BPPT, menghasilkan produk teknologi tinggi yang bisa dikomersialkan. Meski belum secanggih pesawat tak berawak bikinan negara maju, optimisme tetap membuncah.


Sekitar 50 orang anggota tim pengembang PUNA Wulung menyatakan kesiapannya untuk mengembangkan pesawat itu agar lebih canggih. Dengan harapan, pesawat itu akan digunakan untuk kepentingan militer Indonesia dan menjadi bagian alutista asli bikinan anak negeri.


Para anggota tim PUNA Wulung memang pantas berbangga. Hasil pengembangan bertahun-tahun mampu menghasilkan pesawat nir awak yang cocok untuk kondisi geografis Indonesia. “Kami tidak bisa melupakan jasa almarhum Prof Said,” ujar Kepala Program PUNA Joko Purwono.


Pengembangan PUNA di Indonesia memang tidak bisa dilepaskan dari sosok Prof Said Djauharsyah Jenie. Mantan Kepala BPPT itu merupakan perintis teknologi PUNA. Pada 1998, Said yang bermimpi Indonesia memiliki pesawat intai tak berawak mulai merekayasa teknologi dirgantara yang merupakan bidang keilmuannya.


Sayang, karena berbagai keterbatasan di BPPT kala itu, dia memutuskan menggandeng pihak swasta untuk mengembangkan PUNA. Krisis ekonomi dan kondisi politik pascareformasi sempat membuat proyek tersebut mandek. Akhirnya pada 2004 pengembangan PUNA dilakukan lagi.


Selama dua tahun, Said dan timnya fokus mengembangkan struktur ringan. Sejumlah uji coba pun dilakukan dan berakhir dengan kegagalan. Setelah ditelusuri, penyebabnya adalah bobot pesawat yang terlalu berat. Setidaknya ada dua prototipe pesawat yang gagal diuji coba meski berkali-kali dilakukan penyesuaian.


Rupanya, para ilmuwan pengembang PUNA yang berlatar belakang ilmuwan PT DI menyamakan struktur pesawat tersebut dengan pesawat komersial. Tidak heran beratnya berlebih dan gagal diterbangkan.


Mereka pun kembali berkutat di bengkel pembuatan pesawat tersebut, dan berhasil menciptakan prototipe ketiga yang mampu terbang.


Setelah menjadi kepala BPPT pada 2006, pucuk pimpinan program PUNA pun diserahkan kepada Joko. Dia mulai mengembangkan PUNA dalam hal konfigurasi. Selain itu, Joko menyetop pengembangan oleh swasta. Dia merekrut para sarjana dari berbagai universitas untuk mengembangkan PUNA.


Para sarjana fresh graduate itu tidak hanya  berasal dari satu atau dua bidang teknik. Berbagai macam disiplin ilmu digabungkan dalam tim yang terdiri dari kombinasi para profesor dan para pemuda lulusan anyar yang terbilang masih ’’hijau” itu. bahkan, alumnus seni rupa pun menjadi bagian dari tim PUNA.


Anak-anak muda itu dilatih bahasa pemrograman, dan setelah mahir mereka diberi software sesuai disiplin ilmu masing-masing.


’’Mustahil PUNA dibuat oleh ahli di satu ilmu saja, semisal termodinamika,’’ tutur Joko. Setidaknya tim PUNA dibagi dalam tujuh kelompok yang memegang peranan penting. Mulai kelompok aircraft, avionic, hingga kelompok yang khusus menangani termodinamika. Berbagai rangkaian uji coba dan evaluasi pun dilakukan.


Masa-masa uji coba merupakan saat paling krusial. Para penggawa tim PUNA jarang tidur menjelang hari H. Mereka harus memastikan bagian sekecil apapun tidak ada yang cacat dan terlewatkan, dan pesawat dibuat sesuai prosedur dan cetak biru yang telah ditelurkan Prof Said.


Meninggalnya Said pada 2007 membuat tim PUNA terguncang. Mereka sempat menjadi anak ayam yang kehilangan induknya. Apalagi, kala itu dukungan pemerintah terhadap pengembangan PUNA masih belum 100 persen.


Mereka harus mengembangkan pesawat dengan kemampuan finansial yang terbatas. Rasa pesimistis mulai menjalari tim tersebut.


Untungnya, para pemuda itu cepat bangkit. Mereka kembali kepada jalan yang benar, dan mengembangkan PUNA hingga benar-benar laik terbang. Tidak hanya itu saja, Joko juga mulai memberikan materi komersialisasi teknologi agar hasil karya tersebut tidak sia-sia setelah berhasil terbang dengan sempurna.


Sejak tahun 2009, tim PUNA mulai mengembangkan segmentasi kebutuhan pasar. Dari situ, didapati jika dulunya Prof Said berkeinginan melayani kebutuhan TNI AU untuk mengawasi wilayah perbatasan.


Selain itu, teridentifikasi pula kebutuhan untuk mengawasi wilayah Indonesia yang rawan pembalakan liar dan kebutuhan akan hujan buatan.


Dari situ, rancangan PUNA terus disempurnakan hingga akhirnya menarik perhatian Balitbang TNI. Balitbang pun ikut serta dalam pengembangan PUNA, dan lahirlah Wulung. Spesifikasi pesawat tersebut dianggap cukup sesuai dengan kondisi geografis Indonesia.


Dengan bobot 60 kilogram dan bentang sayap 6,34 meter, PUNA Wulung memiliki jarak jelajah 200 kilometer di ketinggian 12 ribu kaki. Pesawat itulah yang pada 29 April lalu dinyatakan siap untuk dikomersialisasi melalui PT DI.


Meski begitu, saat ini tim PUNA Wulung sedang mengembangkan lagi pesawat tersebut. ’’Pesawat ini sekarang masih memiliki kemampuan 3,5 gravitasi. Kami sedang kembangkan agar memiliki kemampuan 7 gravitasi agar mampu menahan beban ratusan kilogram,’’ lanjut pria 58 tahun itu.


Potensi PUNA Wulung saat ini masih ada di level dua. Umumnya, pesawat militer tak berawak milik negara maju sudah ada di level tiga. Level tertinggi atau level empat yang mampu dicapai saat ini adalah kemampuan jelajah di atas 70 ribu kaki.


Menurut Joko, dengan potensi di level dua saat ini, PUNA Wulung sudah mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan negara. Terutama, dalam hal pengawasan illegal logging dan pembentukan hujan buatan. Justru jika ketinggian jelajahnya terlalu tinggi, dikhawatirkan wilayah Indonesia tidak bisa terekam sempurna akibat tertutup awan.

Joko menambahkan, dengan adanya PUNA, fungsi pengawasan oleh kapal dan pesawat berawak TNI AU bisa lebih efisien. PUNA bisa menggantikan biaya tinggi akibat pengawasan di wilayah perbatasan. ’’Dari satu kapal induk, PUNA bisa mengawasi lebih jauh namun dengan biaya lebih efisien,’’ tambahnya.






Sumber : Kaltimpost

17 komentar:

  1. hebat, satu lagi kemajuan indonesia...

    BalasHapus
  2. Selamat dan sukses !!!
    Namun sepertinya jalan masih panjang untuk menuju produk sempurna apalagi orientasi adalah menjadi produk ekspor.
    Diantara produk lokal yg sdh selesai proses engineeringnya mempunyai beberapa kelebihan diantaranya adalah ;
    1. Endurance terbangnya lebih lama dg target Jakarta-Banyuwangi pp.
    2. Menggunakan engine diesel dg tambahan "Silencer"
    3. Payload sekitar 230 kg, dimana saya diminta massukan senjata apa dg bobot kurang dari 52kg yg dpt di install di UAV tsb.
    4. Menggunakan sofware buatan dlm negeri dan autonumus system.
    Namun sayang, karena keterbatasan dana, UAV yg disiapkan oleh "Genius" yg juga teman dekat alm Prof Said tersebut gagal menuju tahap selanjutnya.
    Beranjak dari kegiatan itu, saya yakin bahwa dg dukungan yg sepenuhnya dari pihak pemerintah di bidang R&D, SDM kita mampu merelisir inovasi teknology tinggi menjadi produk unggulan.
    Seperti diketahui, propelan untuk motor roket yg telah berhasil melesatkan 3(tiga) roket kecil di Pandansimo, Bantul, Jogyakarta adalah karya anak bangsa, dengan bahan baku lokal dimana pada proses R&D selama beberapa bulan saya ikut terlibat di dalamnya.
    Disini peran pemerintah dhi TNI atau Kemhan harus aktief untuk ikut men dorong dg dana anggaran dan payung politik sehingga keinginan untuk swa sembada di bidang teknology dpt terwujud secara nyata.
    Tanpa ToT dsbnya, sebenarnya SDM kita ada kemampuan untuk menuju kemandirian memproduksi sebagian material alutsista yg sampai masih sangat tergantung dg pihak luar.
    Disini sebenarnya, " Good will" pemerintah di pertanyakan, serius atau tidak? Karena banyak pula hasil produk swasta lain yg telah berhasil lolos dari uji coba dan memegang sertifikat kelayakan juga tidak di gubris oleh pemerintah, sedang apabila R&D itu dilaksanakan oleh pihak pemerintah sendiri lamaaaaaaaa sekali hasilnya, karena philosopinya adalah ini adalah kegiatan R&D jadi kalau gagal ya gpp, yang penting tiap tahun ajukan anggaran untuk proyek R&D. Semprul tenan..........

    BalasHapus
  3. yg R&D nya lama dari pemerintah, maksudnya kemenristek yo Pak? katanya mereka sanggup kasih sak skuadron.

    BalasHapus
  4. Seperti diketahui, masih banyak anggota PP2A ( Persatuan Pengguna Ano-Ano) sdh bangga sudah memuji dan bahkan fanatik terhadap informasi dari instansi resmi perihal penemuan baru di bidang teknology yg sebenarnya baru pada taraf awal, sedang kelanjutannya belum tentu.
    Karena mereka para anggota PP2A ini sdh banyak mimpi tentang hal-hal spetaculer yg sebenarnya masih banyak terhalang oleh kebijakan dari kalangan pemerintah sendiri.
    Kita berharap semanagat kemandirian teknology tinggi tetap ada, dan sekali kali para anggota PP2A ini jangan hanya mengandalkan data "googling" tapi juga dapat membuat kejutan misalnay dg melakukan "Copy darat" seperti yg dilakukan oleh anggota Forum Militer KasKus, sehingga dapat menghindarkan celotehan yg kurang manfaat dan sampah.
    Semoga, dan salam hanagat dari "Boler" untuk seluruh pecinta PP2A.

    BalasHapus
  5. Pro anggota PP2A jam 08.33, yg namanya lembaga R&D di Indonesia terutama yg dibiayai Pemerintah buaaannyaaak sekali.
    Jadi bukan hanya Kemristek doang, itu kementerian hanya membawahi BPPT yg merupakan peninggalan dari Bp. Prof Habibie.
    Yg lain masih sak korap ada litbang di instansi TNI, Kemhan, ada LIPI, ada Puspiptek, ada LAPAN, dan masih banyak lagi.
    Seandainya lembaga riset itu berada di satu lembaga saja, dimana peranan swasta juga di libatkan dg melakukan kerjasama penelitian dan pengembangan mungkin hasilnay akan lain, tapi mungkin lho......

    BalasHapus
  6. pangapunten Pak, kalo saya orang jauh dari mana2, saya cari uang sekarang untuk makan besok, tapi saya hepi kok,,, dan pasti mendukung indonesia maju sempurna. alasan saya pake anonim mungkin sama kaya tentara yg pake seragam loreng kamoflase. kalo ano yg lain yg celoteh sampah mungkin lorengnya negri tetangga yg nimbrung dimari,,, pak Bole fokus aja Pak, saya dukung dari sini,,, pokoknya untuk indonesia beserta seluruh rakyatnya...

    BalasHapus
  7. Mau bikinan anak negeri kek aanak monyet kek tetap aja masih kuno ibarat mobil buatan ESEMKA yg gak jelas dg mobil buatan FERARI by: adrian kalibata city herbas 02/CU

    BalasHapus
  8. Boler berlebihan banget ya!!? Kami para ano jelas dan pasti lebih percaya info dari pemerintah di banding info dari boler!!! Pemerintah berkata "kita akan buat pabrik propelan" boler berkata "saya terlibat dalam pengembanhan roket dimana propelan nya produksi sy sendiri" kira2 kalo rakyat di poling sy yakin 80% percaya pemerintah!!! Jadi Kalo kami para ano percaya dengan pemerintah di banding kan boler wajar bukan berarti kami melebih lebih kan kemampuan badan2 milik pemeritah!!! tapi ok gak apa2 boler sy percaya sama roketmu!!! Pesen satu gw !

    BalasHapus
  9. Kamu ngomong kayak orang gila obrolan kumpulan ANO-ANO dongok otaknya lebih kecil dari otak kecoak by: adrian kalibata city herbas no 02/CU

    BalasHapus
  10. Kalimat "kita akan....buat ...." sbg petunjuk bahwa blm ada pabriknya.
    Kalau Boler sdh berhasil dan melesatkan roket di ..............( rahasia)!!!!
    Ciuuusss mau beli satu? Sdh ngantongin ijin dari polisi blon, ntar ano jadi makelar teroris. Kecian kalo ketangkap beli roket dari Boler,......he...he..he
    Seandainya ano mengikuti berita resmi kira 5 tahun yg silam, pasti akan membenarkan bahwa roket Boler sdh melesat ke angkasa sebanyak 3(tiga) unit sedang yg gagal ada 5(lima) unit.
    Bahan bakunya asli dari SDA Indonesia dan Boler kerjasama dg instansi resmi dari TNI sbg instansi yg mefasilitasi R&D pembuatan propelan dan roket tsb, diluar yg ditembakan ke udara, propelan tsb juga dpt dipakai sbg pendorong torpedo atau senjata dlm air lainnya, karena propelan tsb tidak mati di dalam air.
    G percaya gpp. Boler berani komen karena benar.

    BalasHapus
  11. Hal yang sama pun di lakukan lapan lembaga resmi milik pemerintah!!! Menyiarkan beritanya di koran, tv, dumay dll sampai ada tanggapan dr negara tetangga!! Tentu kami percaya itu!!! Beritamu muncul 5 thn lalu, dari dan oleh kamu, trus kami di suruh cari beritanya? Lalu mau percaya sama omongan mu??? Nah kira2 kalo sy ngaku bisa buat bazoka, pluru meriam, apa boler percaya???

    BalasHapus
  12. Beritanya banyak di media cetak, elektronik dan disaksikan oleh pejabat resmi TNI. Bukan Boler yg memberitakan Ano, bahkan kalo ano menyempatkan pergi ke LAPAN di Rumpin, tau nggak letak LAPAN di Rumpin pasti akan dengar itu, masalahnya karena kegiatan ini masuk ranah riset dan pengembangan maka tentu tidak akan di koar2 dulu seperti LAPAN yg jelas kepunyaan Pemerintah dan sudah berhasil membuat ber - macam dan jenis roket bahkan sdh berhasil memproduksi rudal R-HAN ribuan unit nggak mungkinlah Boler melawan prestasi LAPAN yg berarti melawan Pemerintah dong, nanti di tuduh makar kan masuk ke......ich ngeri......lah ngomong2 ano sdh riset apa untuk disumbangkan ke negara tercinta ini, atau hanya riset komen doang dg copy paste lwt Googling, kalau sdh ada tolong diceritakan kita sharing sebagai anak bangsa bersatu padu untuk kejayaannegeri, bukan saling counter attack komen Boler, atau seperti yg dilakukan di Forum Kaskus Militer mengadakan copy darat, sehingga komen selanjutnya soft.
    Siapa tahu dg copy darat, ano sbg bagian dari PP2A dpt diskusi dg Boler perihal masalah Alutsista.

    BalasHapus
  13. Persoalan percaya, sesama teman komen saya tentu percaya, yg ingin saya tanyakan bazooka itu produk tahun 1950-an apa iya masih anda buat untuk TNI kita kasihan dong, sdh berat, tolak balik kuat, dan hanya sekali pakai.
    Perihal peluru meriam, saya ingin tanya kaliber berapa? 40, 57, 76, 90, 105, 120, 155? Trus siapa yg mensuppli brass capnya? Kemudian phyroteknik impor dari mana? Produk peluru meriam ano itu sdh dpt SNI blm atau certifikat of origin yg di endors oleh Kemhan? Sya tertarik untuk jadi distributornya yang akan saya jual ke negara2 yg membutuhkan. Asala jangan produk ano Bazooka, no need that's garbage alias nggak laku dijual sudah jadul banget. Buat dong yg paling baru keren seperti smart ammo spt buatan Bofors atau Rheimetall nah itu baru laris dijual.
    Gimana ? Boler nunggu undangan untuk melihat fasilitas fabrikasi pelurumu, saya percaya dg komenmu, serius.........

    BalasHapus
  14. Waduuuh intinya boler gak percaya kan??! Nah kira2 begitu juga perasaan sy terhadap pengakuan boler!!! Tapi bedanya sy tak faham istilah2 atau nama bahan, jenis, atau pun spec alutsista jadul apalagi yg baru sbg bahan untuk bertanya sama boler!!! Karena itulah sy sangat percaya sama beritanya pemerintah yg sy anggap paling tahu tentang itu semua!!! Bukan sama boler! gak apa2 kan???

    BalasHapus
  15. Di percaya kok menghindar, kalo Boler gpp g di percaya yg penting buktinya ada bahkan Boler sudah ngajak copy darat untuk saling sharing inipun juga g ditanggapi, sekali lagi Boler g bohong, persoalan anda bohong atau tidak itu urusan ano. Saya percaya anda sudah mampu membuat bazooka jadul dan peluru meriam, itu yg saya pegang.
    Untuk itu mhn spectek nya peluru meriam anda kalo ada yg hrs dirahasiakan perihal bahan bakunya. Tks. Salam buat ano anggota PP2A yg aeng2.

    BalasHapus
  16. Boler gak di percaya ano ano kok ngambek ya ojo ngesu ler?? Kalo sy sudah jelas dah sy katakan, jgnkan buat alutsista, nama, jenis, spec nya aja sy gak hafal, tapi sy type ano yg tak mudah percaya sama person sy percaya sama lembaga resmi!!! Makanya ler buat lembaga atau prusahaan kaya habibi (regio) dan buat blog sendiri terus pake nama asli prof. Jendral boler atau apa gitu jgn nyamar jd boler!! Kasih liat foto2 hsl ciptaan hebat mu itu!!! Baru para ano akan terkaget kaget dan terkagum kagum boler hebat mantap top markotop dan maknyuuUus!!!

    BalasHapus
  17. ha ha ada yang mau bikin uav pake mesin diesel???... ha ha terus besok cerita kalau ada temennya yg bikin tank pake mesin turbofan apa turboprop gtu ya... hmmm sangat2 konyol :-)

    BalasHapus