JAKARTA-(IDB) : Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Tb Hasanuddin mendesak pemerintah agar
membatalkan kerja sama alutsista dengan Pemerintah Inggris. Hal ini
dikarenakan negara kerajaan itu telah menghina bangsa Indonesia dengan
membiarkan berdirinya kantor perwakilan Organisasi Papua Merdeka (OPM)
di Oxford.
“Pernyataan hormat mereka (Inggris) terhadap keutuhan NKRI hanya di mulut, padahal kenyataannya tidak,” kata Hasanuddin, Ahad (12/5).
Menurutnya, keputusan pemerintah tetap melanjutkan kerja sama ini dengan dalih untuk memenuhi kebutuhan alutsista, tidak bisa dibenarkan. Pasalnya, Inggris bukan satu-satunya negara yang memiliki peralatan militer yang bagus. “Masih ada Perancis, Rusia, dan negara-negara lain yang punya alutsista lebih baik dari Inggris,” tuturnya.
Karena itu, sebelum persoalan kantor OPM tersebut benar-benar dituntaskan, kata Hasanuddin, Pemerintah Indonesia seharusnya bisa bersikap tegas dan menekan Inggris. Apalagi, negara itu saat ini membutuhkan dana banyak untuk pemulihan ekonomi mereka yang tengah dilanda krisis.
Hasanuddin mengatakan, sikap Inggris yang mengizinkan pendirian kantor OPM di Oxford jelas-jelas telah mencederai hati rakyat Indonesia. “Bagaimana kalau seandainya di Indonesia juga dibangun kantor perwakilan kelompok separatis Irlandia Utara? Pasti Inggris juga tidak akan terima itu,” ucapnya.
Seperti diketahui, Jumat (10/5) lalu, Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro menyatakan keberadaan kantor perwakilan OPM di Oxfrod tidak merusak kerja sama alutsista antara Indonesia dan Inggris. Hal ini dibuktikan dengan disepakatinya pembelian tiga unit kapal perang oleh Indonesia dari kerajaan tersebut. “Saat ini barangnya ada di Oxford, dan siap dikirim ke Indonesia,” ujar Purnomo.
“Pernyataan hormat mereka (Inggris) terhadap keutuhan NKRI hanya di mulut, padahal kenyataannya tidak,” kata Hasanuddin, Ahad (12/5).
Menurutnya, keputusan pemerintah tetap melanjutkan kerja sama ini dengan dalih untuk memenuhi kebutuhan alutsista, tidak bisa dibenarkan. Pasalnya, Inggris bukan satu-satunya negara yang memiliki peralatan militer yang bagus. “Masih ada Perancis, Rusia, dan negara-negara lain yang punya alutsista lebih baik dari Inggris,” tuturnya.
Karena itu, sebelum persoalan kantor OPM tersebut benar-benar dituntaskan, kata Hasanuddin, Pemerintah Indonesia seharusnya bisa bersikap tegas dan menekan Inggris. Apalagi, negara itu saat ini membutuhkan dana banyak untuk pemulihan ekonomi mereka yang tengah dilanda krisis.
Hasanuddin mengatakan, sikap Inggris yang mengizinkan pendirian kantor OPM di Oxford jelas-jelas telah mencederai hati rakyat Indonesia. “Bagaimana kalau seandainya di Indonesia juga dibangun kantor perwakilan kelompok separatis Irlandia Utara? Pasti Inggris juga tidak akan terima itu,” ucapnya.
Seperti diketahui, Jumat (10/5) lalu, Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro menyatakan keberadaan kantor perwakilan OPM di Oxfrod tidak merusak kerja sama alutsista antara Indonesia dan Inggris. Hal ini dibuktikan dengan disepakatinya pembelian tiga unit kapal perang oleh Indonesia dari kerajaan tersebut. “Saat ini barangnya ada di Oxford, dan siap dikirim ke Indonesia,” ujar Purnomo.
Menhan: RI Pantau Aktivitas OPM di Inggris
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan pemerintah Indonesia
melalui perwakilan di Inggris terus memantau kegiatan yang dilakukan
Organisasi Papua Merdeka (OPM) pascamendirikan kantor perwakilannya di
Oxford, Inggris.
"Pemerintah Indonesia mengerahkan kedutaan besar dan perwakilan atase pertahanan untuk melakukannya. Apakah cuma 'show off' saja atau memang ada kegiatan," kata Purnomo usai meresmikan pembangunan dan perkembangan "Assessment Center" Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat.
Ia menduga OPM hanya ingin menunjukkan identitas dan eksistensinya di mata internasional. Pembukaan kantor OPM itu bukan hal yang mengejutkan karena sejak lama sekelompok OPM memang sudah ada di Inggris, yakni ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan kenegaraan di Inggris, Presiden dihadang unjuk rasa soal Papua yang ingin merdeka.
Ia pun berpendapat pembukaan kantor OPM dapat mengganggu hubungan pemerintah Indonesia dan Inggris, namun sudah ada klarifikasi dari kedua negara.
Dalam klarifikasi itu, pemerintah Inggris menyatakan masih menghormati dan mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Inggris juga mengakui bahwa Papua merupakan bagian dari NKRI.
Purnomo bisa memaklumi kejadian ini karena Inggris merupakan negara yang punya prinsip demokrasi. Oleh sebab itu, OPM memanfaatkan demokrasi Inggris untuk unjuk gigi di mata internasional dengan membangun kantor perwakilan.
Namun yang penting, posisi pemerintah Inggris tetap mendukung pemerintah Indonesia.
"Jadi, OPM dan pendukungnya kan di luar pemerintah, ya sama seperti Indonesia, ada posisi pemerintah dan ada posisi di luar pemerintah seperti LSM. Memang ini akan sedikit mengganggu hubungan kita dengan Inggris. Tetapi saya kira pasti ada klarifikasi dari mereka (pemerintah Inggris)," tutur Purnomo.
Kendati demikian, Purnomo menegaskan pembukaan kantor OPM tidak akan mengganggu kerja sama pertahanan Indonesia - Inggris.
"Pemerintah Indonesia mengerahkan kedutaan besar dan perwakilan atase pertahanan untuk melakukannya. Apakah cuma 'show off' saja atau memang ada kegiatan," kata Purnomo usai meresmikan pembangunan dan perkembangan "Assessment Center" Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat.
Ia menduga OPM hanya ingin menunjukkan identitas dan eksistensinya di mata internasional. Pembukaan kantor OPM itu bukan hal yang mengejutkan karena sejak lama sekelompok OPM memang sudah ada di Inggris, yakni ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan kenegaraan di Inggris, Presiden dihadang unjuk rasa soal Papua yang ingin merdeka.
Ia pun berpendapat pembukaan kantor OPM dapat mengganggu hubungan pemerintah Indonesia dan Inggris, namun sudah ada klarifikasi dari kedua negara.
Dalam klarifikasi itu, pemerintah Inggris menyatakan masih menghormati dan mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Inggris juga mengakui bahwa Papua merupakan bagian dari NKRI.
Purnomo bisa memaklumi kejadian ini karena Inggris merupakan negara yang punya prinsip demokrasi. Oleh sebab itu, OPM memanfaatkan demokrasi Inggris untuk unjuk gigi di mata internasional dengan membangun kantor perwakilan.
Namun yang penting, posisi pemerintah Inggris tetap mendukung pemerintah Indonesia.
"Jadi, OPM dan pendukungnya kan di luar pemerintah, ya sama seperti Indonesia, ada posisi pemerintah dan ada posisi di luar pemerintah seperti LSM. Memang ini akan sedikit mengganggu hubungan kita dengan Inggris. Tetapi saya kira pasti ada klarifikasi dari mereka (pemerintah Inggris)," tutur Purnomo.
Kendati demikian, Purnomo menegaskan pembukaan kantor OPM tidak akan mengganggu kerja sama pertahanan Indonesia - Inggris.
Sumber : Republika
Betul... Nilai harga diri bangsa
BalasHapuslbh mahal drpd nilai alutsista
yg dibeli dr Inggris. Alutsista
bisa dibeli dr negara selain
Inggris, sedangkan harga diri
bangsa tdk bisa dibeli dr
negara manapun, kecuali kita
sbg bangsa Indonesia yg wajib
menjaganya.
Jika keberadaan kantor OPM
dibiarkan, sama halnya kita
membiarkan bom waktu yg
setiap saat bisa meletus.
Komitmen Inggris thd NKRI
perlu dipertanyakan dg sikap
tegas. Tdk sepatutnya negara
manapun mencampuri
kedaulatan suatu negara,
terutama Indonesia.
Jangan hanya karena mengejar
target MEF, membuat kita jadi
tergantung pd negara lain,
terutama dg Inggris. Negara
lain menghargai kita, maka kita
akan menghargai negara tsb.
Sebaliknya, jika negara lain tdk
menghargai kita, maka tdk
salah jika kita juga tdk
menghargainya.
Jika Inggris tdk bersedia
membubarkan Kantor OPM di
Oxford, maka putuskan
kerjasama & hubungan.
Demikian juga sebaaliknya...
Kalau betul yg diungkapkan pak Menteri Pertahanan RI itu benar, waduh saya kok nelongso alias kecewa banget.
BalasHapusDiplomasi seorang pimpinan pinter ternyata kualitasnya ecek-ecek thd persoalan negara dan bangsa. Mungkin sdh kelelahan mikir Alutsista yg hrus dipenuhi sesuai dg program kerjanya, atau sdh "sumpek" karena sebentar lagi pensiun, dan blm siap mengahadapi masalah yg akan timbul nanti apabila pensiun benar-benar terjadi.
Dlm menghadapi masalah jgn gitu pak Menteri, yg gagah dan berwibawa dong!!!!!!!
patut di pertayakan commen mentri pertahanan ?
Hapusmewakili bangsa indonesia atau sebaliknya rada anehh dan tidak manusiawi .dan gak punya otakkklkkklkkk !!!!!!!!!!!!!!!!!
Jangan diulangi kasus Simpadan Ligitan...!!! Negara dipimpin org tidak pinter malah amburadul, semua lepas SDA dijual murah asal dpt duit, BUMN diobral ke asing, Pertamina jd miskin, koruptor n preman semua kadernya baik mulai dr desa sampai pusat....mau jd apa negara ini!!! Mbokneeeee.....tdk akan pernah menang lg sampai ketua umum ganti 10 th lagi!!!
BalasHapusitu kasus nya spidan dan legitan gambang dari saman orde baru di duduki malaysia .dan soharto kalah diplomasion
Hapusdi bawak ke pengadilan internasional .
Iki komen opo ? Jgn dikaitkan dg topik politik dong, ini kan blog militer kalo nggak puas dan nggak seneng dg Megawati, temuin di Jl. Teuku Umar, Menteng, Jakpus, demo di dpn rumahnya jgn ngacak - ngacak blog ini.
BalasHapusLagian yg kuasa bukan dia, yg kuasa kan petinggi partai biru "Demokrat" yg terkenal gagah, santun, pandai bikin tembang dan bekas Jendral lagi, lha kamu itu apa??????? Teriak- teriak koyo wong nade........
teroris koq di pelihara sama inggris?? Apa perlu kita linggis nih si inggris??
BalasHapusSilahkan permainkan kartu truf anda pak rakyat akan slalu mendukung kesatuan NKRI.
Di dalam permainan politik dunia akan selalu berulang ulang sama halnya dengan peperangan masa lampau meski technology dan aktornya berbeda begitu juga dengan keadaan bumi dan seisinya
racunin aja tuh sparatis
BalasHapusStuju putusin aja kerjasama dg inggris !! Jgn mau di obok2 kondisikan dulu posisi tawar kita agar diplomasi menang gemilang!
BalasHapusApe ane bilang kerjasama ntu jangan ame kolonial pasti cume pelecehan harga diri bangse nyang kite terima,ame rusky lebih baik dah pastinye... ...
BalasHapusBro 08.02. Kita tdk di posisi diobok-obok, tapi kita sdg menghadapi tantangan diplomasi tingkat tinggi.
BalasHapusKebetulan pemimpin kita tidak /belum siap menghadapi hal-hal begini Bro,
karena pada proses rekruitment mereka mungkin tdk matang di pelajaran "Leadership" ditambah lagi mereka bukanlah SDM yg digadang jadi seorang pemimpin oleh Seniornya, tapi mereka belajar dg sistim "Learning by Doing" yang ditunjuk bertumpu pada kepintaran semata lulusan anu, lulusan anu, tapi tidak bertumpu pada jiwa Pro Patria alias tidak mendalami Nasionalisme yg kuat.
Tengok China atau Russia yg jadi pemimpin sekarang adalah mereka yg dididik dari masih remaja, digembleng dan pasti ilmu intelijen menjadi menu mereka sehari-hari, sehingga pada saat yg tepat mereka mampu jadi leader yg mumpuni.
Ini semua karena sistim pendidikan kita juga sdh dihancurkan oleh org pinter sehingga lembaga pendidikan kita dari mulai PAUD sd. PT anak- anak yg nanti jadi pengganti kita di disorientasi ke maslah ilmu materialistis, kapitalis. Ilmu humaniora dianggap sebagai ilmu tempelan, tdk di pentingkan padahal Ilmu Budayalah sesungguhnya rohnya ilmu pendidikan yg akan membawa anak itu diantarkan menuju ke gerbang kejayaan bangsanya.
Sekarang rohnya pendidikan di fokuskan pada ilmu "otak" saja, dan akibatnya dpt kita lihat bersama pada komen2 bocah2 lucu di blog ini.
Kasihan Bro, nanti kalau yg tua-tua sdh nggak ada saya khawatir Indonesia Raya yg berdaulat, dari Sabang sampai Merauke tinggal kenangan yg tidak tercatat di sejarah, karena sejarah tidak penting yang penting Duuuuiiiiiiittttttttt.
Ano 08.29 pendek komen nya "kita lg di obok-obok" alias di serang alias di ganggu untuk tujuan tertentu!!!
BalasHapusPEMIMPIN2 NEGARA PADA CULUN, NDAK PUNYA HARGA DIRI. PEMIMPIN DI BIDANG APAPUN HARUS PUNYA KEBERANIAN UNTUK BERSIKAP TEGAS KEPADA HAL2 YG MENGGANGGU HARGA DIRI BANGSA
BalasHapusPENDIDIKAN SEKARANG MEMANG TELAH MENGHANCURKAN BUDAYA BANGSA DAN TUNGGU KEHANCURAN NKRI.......NKRI KU AKAN HANCUUUUUUUUUUUUR...........
BalasHapusSemoga Pemimpin yang baru nanti lebih baik dari yang sekarang, klo perusahaan/pemerintah asing macem2 usir ajah...
BalasHapus