JAKARTA-(IDB) : TNI AL sangat membutuhkan kapal fregat untuk menjaga perbatasan hingga
jauh ke Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Pengadaan tiga kapal fregat dari
Inggris itu merupakan tindak lanjut Kementerian Pertahanan (Kemhan) atas
permintaan TNI AL. Kapal itu juga memenuhi syarat untuk operasi
pengamanan wilayah laut.
"Kapal multi role light frigate (fregat ringan multiperan) dari Inggris yang saat ini sedang dijajaki Kemhan mampu menjangkau hingga ZEE," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksma Untung Suropati, kepada Koran Jakarta, kemarin.
Kapal tersebut memiliki banyak peran, yakni bisa sebagai kapal anti permukaan, antiudara, dan antibawah air. "Tak semua kapal fregat memiliki fungsi yang banyak seperti itu," ujar dia. Lebih lanjut, Untung mengatakan pengadaan tiga kapal fregat itu dilakukan seiring dengan pengembangan tiga armada TNI AL. "Saat ini kita hanya memiliki empat kapal fregat. Penambahan satu armada lagi (Armada RI Kawasan Tengah) otomatis membutuhkan tambahan kapal," jelas dia.
Spesifikasi secara umum, fregat asal Inggris itu memiliki kemampuan di atas kapal korvet kelas sigma (sigma class) dan sedikit lebih ringan dari kapal fregat biasa. Tak heran jika namanya adalah kapal multi role light frigate. Namun, lanjut dia, daya jelajahnya mengagumkan.
Dilengkapi Meriam
"Kapal multi role light frigate (fregat ringan multiperan) dari Inggris yang saat ini sedang dijajaki Kemhan mampu menjangkau hingga ZEE," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksma Untung Suropati, kepada Koran Jakarta, kemarin.
Kapal tersebut memiliki banyak peran, yakni bisa sebagai kapal anti permukaan, antiudara, dan antibawah air. "Tak semua kapal fregat memiliki fungsi yang banyak seperti itu," ujar dia. Lebih lanjut, Untung mengatakan pengadaan tiga kapal fregat itu dilakukan seiring dengan pengembangan tiga armada TNI AL. "Saat ini kita hanya memiliki empat kapal fregat. Penambahan satu armada lagi (Armada RI Kawasan Tengah) otomatis membutuhkan tambahan kapal," jelas dia.
Spesifikasi secara umum, fregat asal Inggris itu memiliki kemampuan di atas kapal korvet kelas sigma (sigma class) dan sedikit lebih ringan dari kapal fregat biasa. Tak heran jika namanya adalah kapal multi role light frigate. Namun, lanjut dia, daya jelajahnya mengagumkan.
Dilengkapi Meriam
Kapal fregat ini memiliki kecepatan maksimal 30 knot dan dilengkapi sensor radar serta avionik buatan Thales, Prancis. Kapal ini juga dilengkapi satu meriam 76 mm, dua meriam penangkis udara kaliber 30 mm, torpedo, Thales Sensors Cutlass 22, rudal permukaan ke udara Sea Wolf, rudal Exocet MM40 Block II yang berjangkauan 180 kilometer, dan hanggar yang mampu menampung satu helikopter antikapal selam jenis Sikorsy S-70 Seahawk.
Kemampuan persenjataannya masih standar, apalagi dibandingkan sejumlah KRI lama seperti frigate kelas Van Speijk yang dilengkapi dengan rudal Yakhont buatan Rusia. Sebelumnya, Kemhan tertarik memboyong tiga kapal tempur multi role light frigate dari Inggris.
Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan pembelian itu tinggal menunggu persetujuan dari pihak Inggris, terutama terkait komponen persenjataannya. "Kita akan mengirim tim untuk memastikan dan memeriksa spesifikasi kapal laut tersebut," kata Purnomo. Namun, Menhan belum bisa memastikan kapan pembelian itu bisa direalisasikan. Alasannya, anggaran yang ada dalam pagu tak mencukupi.
Sumber : KoranJakarta
Klo dibwh standar kpl perang yg ada jangan dibeli,.bukanya makin kuat malah makin lemah,piye iki...???
BalasHapusIya sih Pakkk..
BalasHapusTapi percuma kalo Fregat yang dibeli tidak memiliki taring alias ompong, cuma berlayar kayak kapal nelayannn doanggg
Memang, tapi perlu diingat harganya NR sepertiga dari harga beli brunei awalnya.....pertanyaannya memang kita punya dana anggaran buat beli 3 fregat baru dengan kemampuan diatas NR? Dan satu faktor lagi yang dikejar TNI AL, yaitu bukan sekedar teknologi, tapi kuantitas kapal perang untuk mengawal perairan Indonesia yang begitu luas, jadi pembelian NR dengan harga miring tentu bukan tindakan ngawur....lagipula kalo NR jadi kita beli, akan jadi gabungan kekuatan yang cukup bagus untuk wilayah ASEAN, antara van speijk-Yakhont, sigma class, NR multirole frigate, dan PKR (nantinya).
BalasHapusBoleh juga ulasannya..
HapusJelas Indonesia butuh banyak kapal perang ntah itu KCR, Corvette, Fregat, KS hingga destroyer...sayang sekali smp kini pemerintah tidak cukup dalam mengalokasikan anggaran untuk pertahanan khusunya pengadaan Alutsista,,negera dengan PDB USD 950 Milliard (2103) harusnya mampu mengadakan Alutsista yang handal..coba jika pemerintah bisa mematok 2% sj anggaran utk pertahanan setara Rp. 171 T dan di manfaatkan secara optimal & rasional..jangankankan KS CBG Class & Light Fregat,,bahkan KS U 214, KS Kilo, Heavy Fregat & Destroyer pun akan ke beli
BalasHapusIya memang betul, sejak jaman orba kita punya anggaran militer sangat kecil, sampai saya kadang gregetan......alasannya sih motto militer kita saat itu..Kecil, Efektif, Efisien.....tp mungkin hal ini sedang mau diubah sekarang dalam 2 tahun terakhir anggaran militer kita terus meningkat tajam, semoga ini bisa jd sinyal bahwa militer kita menjadi akan menjadi besar, canggih, dan mumpuni...
HapusJika tidak di Up Grade, 3 Nahkoda Ragam cukup dilibas oleh 1 corvette Sigma class..
BalasHapussekalian dong kalau beli yg bagus kelas 1 sekarang udah jaman nya kapal siluman anti radar, seperti yg di miliki singapur, malingsia, berunai, taiwan, miyanmar, tailand,...Nahkoda 'apaan tuh' buang2 uang rakyat saja.
BalasHapuscontoh dong TNI-AD TANK LEOPARD , TNI-AU SUKHOY MEREKA TAK TANGGUNG2 MEMBELI SENJATA NO 1 DEMI MENJAGA DAN MENGAWAL NEGRI NYA, COBA TNI-AL NAHKODA RAGAM, CHANG BOGO, ADA PUN KAPAL FRIGET DARI BELANDA TANPA RUDAL TIDAK JELAS BAGAIKAN TANK TANPA KUBAH MERIAM,...'GANTI JENDRAL TNI-AL NYA TUH PENGHIANAT SEMUA.
BalasHapusIni kapal NR yang kita tunggu tunggu, light fregat tapi setara dan kalo diupgrade akan lebih gahar dibanding likeu makaysia, malaysia beli satu kita dapat tiga dan hebatnya bisa ready dalam 1-2 tahun kedepan. kl baru minimal 5 - 6 tahun. jadi bisa untuk secepatnya mengisi kekerangan, sambil menunggu sigma2 kita yang lain.
BalasHapusUdah gak sabar untuk ngeliat nich. kedepannya, wa berharap kita bisa minimal membeli 3 kapal sekelas destroyer (walaupun bekas gpp) ato kapall litoral sekelas uss freedom.
Broo yang budiman utamanya anonim 12.02, sy pernah denger dr seorang perwira AL,,keinginan perwira AL apalagi yg muda2 adalah Alutsista modern yang lebh hebat dari tetangga, namun kewenangan pengadaan & evaluasi (spec akhir) ada di kemenhan,,permintaan KS dr AL adalah Kilo Class Improved/Amur Class, jika yg muncul Chang Bodo adalah kewenangan Kemenhan, proses bukan Mabes AL lg..justru KSAL sebelumnya lantang menolak KS ecek2,,lebih baik uangnya utk beli beras utk rakyat, kalu tetangga punya anjing herder maka kita harus punya rotweller,,kira2 gitulah omongan beliau..walhasil KSAL tsb dicopot dari jabatannya...gitu juga di AURI,,mereka kan mintanya SU 30/35 atau F 16 block 52 baru/gress..hasilnya bro lihat sendiri,,itu proses final bukan di Mabes AU..mabes AU/AL hanya usul spec yg diminta/dibutuhkan..merk/brand bisa ganti selama di kemenhan, kan ada evaluasi teknis & proses tender..katanya gicu broo
BalasHapusLah....ternyata kita bodoh tdk pandai buat kapal perang...yg pandai cuman pemimpin nya kalau kagak pandai bikin import aja...lht lah kita kebanjiran barang import...dr beras,garam,ikan,kedelai,gandum,jagung,senjata ringan,berat....smua nya import....ternyata bpk kita ini pandai memyenangkan hati orang asing daripada menyenangkan rakyat sendiri lebih menguntunngkan bila menyenangkan orang asing bisa kongkolikong juga dapat imbalan nya,...heheheheeee'
BalasHapusSaya tidak setuju anonim 12.02, apa hak mu mengatakan Jenderal TNI AL pengkhianat semua?....ayo tulis disini apa aja yang sudah kamu lakukan buat Majuin TNI AL....kalo ada, baru kamu boleh sedikit komentar soal TNI AL....cuma omong besar blogger disini
BalasHapusiya juga klo asumsi pdb $950b= 1% =$9,5b,seandainya klo dibuat kayak singapura yg 5% = $20b,seramnya $9,5b x 5 =$47,5b bisa buat beli apaan ya? tapi kayaknya nggak mungkin klo nggak kepepet,soalnya kita kan dipimpin "Thinking General" bukan lagi "Smailing General".
BalasHapusJangan khawatir, mudah2an taon ini kita dapat kejutan kehadiran ks kilo kita, jadi bukan hanya kambodja sja yang bisa bikin kejutan.
BalasHapus"berharap mode ON"
Loh....ampe sekarang kita belum pandai buat fregat,destroyer?semua pake import.....mungkin kita cuman pandai mencuap cuap aja....Lol
BalasHapusSetidaknya krn dipimpin Thinking General semua kebagian ikut mikir. AL & PAL belajar KS Changbogo, KCR 40&60, AU & PT DI belajar KFXIFX, AD & PINDAD panzer & tank dan lain-lain. Sampai luar negeri tau Indonesia beli harus dengan TOT bukan sekedar transfer how to know how. Yang lumayan genting di perlukan skrg ini ialah SAM mobile medium & long range. Semua ayo kasih komentar dan dorongannya terus.
BalasHapusDasar indon nak banyak cakap banyak bacot, indon nak mimpi ke jadi. negara berjaya kuat, ha....ha... mimpi. Lihat malaysia nak negara berjaya kuat
BalasHapushay meki banyak bacot g cincang loh!!
HapusKita Kasih saran terus Buat AL. Kapal destroyer Indonesia belum punya lho. Masak kemunduran? di jaman Soekarno kan kita punya kapal destroyer berat seperti KRI irian. Tolong deh diadakan lagi. Kita ini negara Besar, krn wilayah lautnya besar. nah tu.
BalasHapusKRI Irian bukan destroyer...itu malah cruiser
HapusOo, jadi pada koment tentang alutsista yang dibeli pada tanggung? Ya dri Zaman Era sesudah Presiden Soekarno, Semua Presiden kita itu cuek dg Pertahanan Indonesia, kecuali Soekarno. Padahal Bangsa kita itu Bangsa Besar (mau dipungkiri atau tidak), karena luas wilayah kita itu besar. Juga Rakyatnya besar. Maka pertahannya harus besar Pula. Jadi Presiden Indonesia berikutnya harus peduli dg Alutsista. Karena negara kita negara besar.
BalasHapusNegera indon negera besar tapi miskin, banyak utang, koropsi mau jadi negera berjaya dan kuat mimpi ke ha...ha...
BalasHapusHampir seluruh kapal perang kita banyak dilengkapi dengan SEWACO / CMS ( Sensor, Weapon & Control = Combat Manajemen System ) buatan Thales.
BalasHapusSeingat saya yg namanya Thales, biyuh...biyuh senengnya membuat susah "User".artinya kalau sudah lewat masa perawatan dan perbaikan system, bilamana kita membutuhkan suku cadang selalu diberi info oh, sorry I'have no idea, Sir !. untuk sistem itu sudah Obsolute, jadi anda beli sistim baru dare kami saja, lebih canggih, sedangkan kalau mau suku cadang yang itu, harganya mahal karena saya harus menyiapkan produktion line baru. Ini merupakan kendala yang selalu dihadapi "User" yang menggunakan software Thales. Dalam hal ini dapat dimaklumi, karena produk Software bergerak secepat kilat perkembangannya tidak seperti material Hardware. Dalam menghadapi persolan demikian, tentu dibutuhkan taktik dan strategi dari dalam baik kedinasan maupun phial diluar kedinasan agar diajak serta berperan aktief menghadapi masalah ini. Usul saya ayo mengintegrasikan SDM-SDM yg spesialis dibidang Software agar diberi kesempatan untuk mempelajari dan menganalisa software Thales atau software manapun secara ilmiah yakni apa "In Put dan Out Put" nya sistim, kemudian biarkan mereka merekayasa secara teknologi Software yang dikuasai untuk ganti mengendalikan Software Thales atau software produk lain yang dibeli oleh kita.
Diperlukan ketegasan sikap dalam masalah ini, atau kita selalu dalam kondisi loyo apabila sudah menyangkut pemeliharaan dan perawatan software luar yang akhirnya material alutsista kita tidak optimal dan maksimal dalam olah geraknya.
Gimana masBro???
sebenarnya orang indonesia pintar2 tapi gak pernah ada perhatian dan tidak dihargai, contoh nya yg membuat rudal pertahanan udara pegasus di cina yg membuat orang indonesia jebolan ITB, yg membuat pesawat UAV yg paling cangih di jepang orang indonesia, yg membbuat aipon tablet di amerika orang indonesia, kejuaraan matematika dan pisika indonesia juara ke 3 di dunia,...coba kurang apa indonesia ini, tinggal niat pemerintah nya brooo.
BalasHapus