Kontrak ini ditandatangani di kantor Kemhan Jakarta, oleh Badan Sarana Pertahanan yang mewakili Kementerian Pertahanan.
“Disamping untuk tugas tempur, Kapal PKR 10514 diperlukan untuk memberikan deterrent effect terhadap pihak yang mencoba mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI”, ujar Kepala Baranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo.
Menurut pemerintah, Pembangunan Kapal PKR 10514 akan melibatkan joint production dengan PT. PAL Indonesia, berupa Transfer of Technology (ToT) dalam konstruksi desain dan pembangunan Kapal.
Namun seperti apa bentuk ToT tersebut, belum diketahui secara jelas. Sebelumnya PT PAL pernah menolak transfer of teknologi yang ditawarkan Damen Schelde, karena hanya meliputi konstruksi desain. Menurut PT PAL, mereka telah menguasai konstruksi desain kapal sekelas PKR. Teknologi yang dibutuhkan justru instalisasi sistem dan persenjataan kapal.
Terlepas dari pro-kontra tersebut, puluhan Insinyur PT PAL akan bertolak ke Belanda, untuk melakukan proses alih teknologi.
Kapal PKR 10514 akan dibangun di tiga tempat: PT. PAL Indonesia, Vlisingen dan Galatz. Terakhir Kapal PKR akan dirakit di PT.PAL Indonesia lalu diserahterimakan pada tahun 2017.
Pengadaan Kapal PKR 10514 ini menggunakan anggaran kredit eksport sebesar 220 juta dolar AS.
Harga 1 Unit: USD 220 juta dengan waktu penyelesaian 4 tahun lebih.
Panjang 105 x lebar 14 meter dengan bobot 2335 ton.
Speed: Max/Cruise/Economic 28/18/14 knot.
Range at 14/18 knot 5000 NM, Endurance 20 hari, Sea Keeping Sea State 5
Kru: 120 orang, Helli Pad 10 ton.
Persenjataan: Anti serangan Udara, Anti serangan Kapal Selam dan Anti serangan Kapal Atas Air.
Sejarah Sigma
Sebenarnya, kerjasama pembangunan PKR Sigma 10514 dengan Damen Schelde sudah ditandatangani sejak tahun 2010 di Surabaya Jawa Timur. Namun setelah itu tidak ada perkembangannya karena perbedaan pendapat dengan PT PAl soal ToT.
Hal ini mengingatkan kita dengan pemesanan 4 korvet Sigma ke Damen Schelde Naval Shipbuilding. Awalnya disepakati 2 korvet akan dibangun di Belanda dan 2 di Indonesia. Namun kenyataannya ke 4 korvet dibangun di Belanda. Setelah 4 korvet dikirim ke Indonesia, ahli ahli kapal Indonesia tetap saja tidak bisa membangun korvet seperti yang dicita-citakan dengan korvet Nasional. Selama pembangunan 4 Korvet tersebut, tidak ada transfer teknologi ke Indonesia.
Kini Indonesia memesan lagi satu Light Frigate Sigma 10514 dan dijanjikan ada transfer teknologi.
Transfer teknologi seperti apa yang anda harapkan dari pemesanan satu kapal perang ? Saat memesan 4 korvet dengan nilai sekitar 600 juta USD saja, Damen Schelde Naval Shipbuilding. tidak memberikan alih teknologi.
Pemerintah Indonesia tampaknya sudah cinta kering dengan Perusahaan Damen Schelde Naval Shipbuilding, Belanda. Mengapa disebut cinta kering ?. Karena biasanya orang yang sudah jatuh cinta, tetap suka walau “dikerjai/diakali” oleh pasangannya.
Mirip dengan kasus pemesanan 4 korvet Sigma dan 1 Light Frigat kepada Damen Schelde Naval Shipbuilding, Belanda.
Sekarang Indonesia telah memesan satu Light Frigat ke Belanda. Bagaimana dengan nasib Light Frigat kedua, ketiga dan seterusnya ? Apakah akan dibangun di PT PAL Indonesia, atau tetap “Keukeuh” dibangun di Damen Schelde Naval Shipbuilding, Belanda.
Sumber : JKGR
mantal kasal p tejho ada bennarnya, pembuatan Kappa korvet sikma ,thn 2005 pernah di stop untuk yg 2 buah. di alih kan untuk destroyer bekas rusia, lebih canggih, dari pada korvet sikma bagus versi pemerintah dan akal bulus belanda and tukang kibul...!!!!
BalasHapusduh gooooobloooook... goblok. masih ada SOVIET masih aja ke belanda sial. nggk dapat sigma pun nggk mati kita. nggk deket belanda pun nggk mati kita. idiot. masih aja pakai belanda. dia keok lawan kita saat kita dekat soviet kok. dasar tolol.
BalasHapus