JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Senin (18/6) menerima kunjungan Anggota Komisi Militer Pusat dan Panglima Korp Artileri II CPLA (Strategic Missile Corps The Chinese People's Liberation Army) Jenderal Jing Zhiyuan, di kantor Kemhan Jakarta. Maksud kunjungan delegasi CPLA kali ini adalah untuk meningkatkan saling pengertian, memperluas kesepahaman dan meningkatkan persahabatan serta mendorong kerjasama kedua negara.
Dalam kesempatan tersebut Panglima Korp Artileri II CPLA berharap semoga kunjungannya kepada Menhan RI kali ini dapat memberikan kemajuan yang positif bagi perkembangan hubungan bilateral kedua negara. Dikatakannya juga dalam beberapa tahun terakhir ini hubungan kedua negara menunjukkan perkembangan yang sangat pesat tidak hanya di bidang militer atau pertahanan saja tetapi juga di bidang perdagangan, politik dan bidang-bidang lainnya.
Hal tersebut ditandai dengan kunjungan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ke China pada bulan Maret tahun 2012. Pertemuan kedua kepala negara saat itu menghasilkan beberapa kesepahaman atau kesepakatan yang salah satu isinya adalah memperkuat konsultasi atau kerjasama di bidang pertahanan kedua negara.
Dikatakan Panglima Korp Artileri II CPLA bahwa pembinaan di bidang personel dan latihan militer bersama mulai menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Selain itu juga kerjasama di bidang industri pertahanan semakin berkembang yang ditandai dengan meningkatnya pasar pengadaan Alutsista. Panglima Korp Artileri II CPLA juga menyatakan bahwa pemerintahannya mendukung Indonesia dalam menjaga keamanan kawasan regional termasuk didalamnya keamanan di Selat Malaka, Selat Sunda serta Selat Lombok.
Menanggapi hal tersebut Menhan RI menyampaikan ucapan terima kasih kepada delegasi CPLA atas kunjungannya ke Indonesia khususnya ke Kementerian Pertahanan. Kunjungan kesepuluh delegasi CPLA kepada Menhan kali ini diawali dengan kunjungannya ke Bali yang dilanjutkan dengan mengunjungi Yogyakarta dan diakhiri dengan kunjungan ke Jakarta.
Dilanjutkan Menhan bahwa pertemuan kesepuluh Menteri Pertahanan ASEAN di Kamboja beberapa waktu lalu dengan Menteri Pertahanan Nasional China Jenderal Liang Guanglie, meskipun merupakan pertemuan informal tetapi hasilnya sangat produktif sekali untuk membangun komunikasi dan people to people contact. Selain itu juga dikatakan Menhan bahwa saat ini telah terjadi pergeseran paradigma dimana segala sesuatunya kini tidak hanya diselesaikan secara hard power tetapi juga diselesaikan melalui diplomatic power atau soft power. Hal ini menjadi dasar bagi negara-negara ASEAN dalam mengambil setiap keputusan baik bilateral maupun multilaretal.
Sehubungan dengan Selat Malaka, dijelaskan Menhan bahwa kebijakan mengenai Selat Malaka merupakan kebijakan bersama atau literal states diantara beberapa negara yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia dan Thailand. Perampokan di wilayah Selat Malaka semakin berkurang semenjak wilayah tersebut ditangani literal states. Negara-negara yang tergabung dalam literal states berkomitmen untuk menjaga selat Malaka tersebut melalui patroli maritim bersama.
Saat bertemu tamunya, Menhan didampingi Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.Ip., M.A, Staf Ahli Bidang Politik Prof. DR. Susanto Zuhdi, M. Hum, Staf Ahli Bidang Keamanan Mayjen TNI Zaenal Fahri Tamzis, Staf Khusus Bidang Kerjasama Internasional Soemadi D.M. Brotodiningrat, Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Puguh Santoso, S.T. dan Kapuskom Publik Brigjen TNI Hartind Asrin.
Sumber : Kemhan
0 komentar:
Posting Komentar