BANDUNG-(IDB) : Industri BUMN bidang alat utama sistem persenjataan (alutsista) makin moncer. PT Pindad, misalnya. Produknya terus diminati negara lain. Saat ini BUMN yang berpusat di Bandung itu sedang bekerja keras untuk menyelesaikan panser pesanan Malaysia. ”Selain Malaysia, Brunei akan memesan untuk angkatan daratnya,” ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen Hartind Asrin kemarin. Malaysia memesan 32 panser untuk angkut personel dan panser medis.
Kisaran harga panser Pindad adalah USD 1 juta hingga USD 1,5 juta. Panser produksi anak bangsa tersebut sejak April 2010 digunakan untuk mengawal misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon. Jumlah panser yang digunakan untuk misi TNI Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL itu mencapai 13 unit.
Menurut Hartind, Brunei Darussalam dan Malaysia tertarik dengan panser Pindad karena mutunya memang unggul. ”Kecepatannya, misalnya, bisa lebih 60 km per jam, ideal untuk patroli darat,” kata alumnus Akabri 1983 tersebut.
Pindad juga masih mengerjakan pesanan panser Anoa sebanyak seratus buah dari TNI-AD. Targetnya, akhir tahun ini semua unit sudah jadi dan bisa digunakan untuk operasi. Militer Brunei Darussalam juga sudah mencoba senjata, amunisi, dan kendaraan tempur produksi Pindad pada Juli 2011. ”Kepercayaan negara lain itu membuktikan kualitas teknisi dan ahli teknik Indonesia sudah level internasional,” tuturnya.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Indonesia Rizal Darmaputera menilai, Pindad sudah banyak berbenah. ”Manajemennya semakin bagus dan kualitas produknya memang bisa dibandingkan dengan produk asing,” ucapnya. Namun, yang masih kurang dari Pindad adalah strategi pemasaran yang kurang agresif. ”Sebagai BUMN, pemerintah seharusnya mengizinkan Pindad melakukan promo ke luar negeri. Jangan menunggu konsumen datang,” ungkap alumnus IDSS Jenewa, Swiss, itu.
Kisaran harga panser Pindad adalah USD 1 juta hingga USD 1,5 juta. Panser produksi anak bangsa tersebut sejak April 2010 digunakan untuk mengawal misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon. Jumlah panser yang digunakan untuk misi TNI Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL itu mencapai 13 unit.
Menurut Hartind, Brunei Darussalam dan Malaysia tertarik dengan panser Pindad karena mutunya memang unggul. ”Kecepatannya, misalnya, bisa lebih 60 km per jam, ideal untuk patroli darat,” kata alumnus Akabri 1983 tersebut.
Pindad juga masih mengerjakan pesanan panser Anoa sebanyak seratus buah dari TNI-AD. Targetnya, akhir tahun ini semua unit sudah jadi dan bisa digunakan untuk operasi. Militer Brunei Darussalam juga sudah mencoba senjata, amunisi, dan kendaraan tempur produksi Pindad pada Juli 2011. ”Kepercayaan negara lain itu membuktikan kualitas teknisi dan ahli teknik Indonesia sudah level internasional,” tuturnya.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Indonesia Rizal Darmaputera menilai, Pindad sudah banyak berbenah. ”Manajemennya semakin bagus dan kualitas produknya memang bisa dibandingkan dengan produk asing,” ucapnya. Namun, yang masih kurang dari Pindad adalah strategi pemasaran yang kurang agresif. ”Sebagai BUMN, pemerintah seharusnya mengizinkan Pindad melakukan promo ke luar negeri. Jangan menunggu konsumen datang,” ungkap alumnus IDSS Jenewa, Swiss, itu.
Sumber : PontianakPost
0 komentar:
Posting Komentar