Berbekal keinginan kuat untuk mewujudkan kedaulatan sistem pertahanan nasional, ITS melalui Konsorsium Pengembangan Kapal Perang Nasional (KPKPN) menggagas pembuatan kapal perang tersebut. "ITS menjadi leader KPKPN. Dengan digarap oleh dosen dari beberapa jurusan di ITS, riset kapal perang ini ditargetkan akan selesai dalam kurun waktu tiga tahun mendatang," ujar Subchan, salah satu anggota dari tim riset kapal perang seperti dikutip dari ITS online, Senin (9/4/2012).
Karena merupakan riset nasional, ITS tidak melakukannya sendirian. Pembuatan kapal ini dibantu oleh beberapa universitas, yakni Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Surabaya (UNS), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Akademi Angkatan Laut (AAL). Tidak hanya itu, sejumlah perusahaan besar pun turut bekerja sama guna merealisasikan kapal perang tersebut, seperti PT PAL Indonesia, PT Terafulk Group, dan PT Len Industri. ''Harapan kami, nantinya kapal perang ini dapat diproduksi di Indonesia dalam jumlah besar,'' kata Subchan menambahkan.
Ketua KPKPN Hendro Nurhadi menyebutkan, konsorsium ini bermula dari workshop inisiasi bidang kapal perang yang dilaksanakan Agustus 2011. Dari ajang tersebut, ITS menempuh langkah lebih lanjut dengan membuat proposal untuk diajukan ke pemerintah.
''Pembuatan proposal untuk konsorsium ini telah selesai sejak akhir tahun lalu. Baru seteleh itu, digelar workshop nasional bidang kapal perang pada akhir Februari 2012," kata Hendro.
Penggarapan kapal perang ini dibagi menjadi tujuh kelompok kerja berdasarkan bagian kelengkapan kapal. Ketujuh kelompok kerja tersebut masing-masing menangani karakterisasi komposit, metalurgi fisik, ship standard, auto pilot, steering control, material untuk radar, dan Combat Material System (CMS). Dari pembagian tersebut, UNS akan turut membantu dalam pembuatan karakterisasi komposit. Sedangkan metalurgi fisik ditangani oleh Bondan Tiara Sofyan dari UI.
Keunggulan kapal Perang Produk ITS
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya merintis kapal perang baru untuk melengkapi bidang pertahanan dan alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia. Mau tahu apa kelebihan yang dimiliki kapal perang besutan para civitas academica berbagai perguruan tinggi ini?
Salah seorang narasumber diskusi ilmiah National Ship Design and Engineering Centre (Nasdec) beberapa waktu lalu, Mochamad Zainuri menyatakan, keunggulan kapal perang ini adalah dilengkapi dengan material anti radar. ''Anti radar baru pertama kali diterapkan di pesawat tempur Amerika. Konon, wartawan tidak bisa mendekat dari jarak 100 meter,'' kata Zainuri seperti disitat dari ITS online, Senin (9/4/2012).
Zainuri yang telah meneliti bahan anti radar sejak 2005 mengungkapkan, material anti radar yang digunakan pada kapal tersebut dibuat dari pasir besi. Hingga saat ini, material tersebut telah berhasil dibuat dan dapat menyerap radar hingga 99 persen.
Pembuatan kapal perang ini juga tidak lepas dari campur tangan mahasiswa. Beberapa mahasiswa semester akhir pun turut meneliti bidang pertahanan melalui Tugas Akhir (TA) yang mereka buat. Selain itu, program Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pun menjadi ajang mahasiswa mengangkat penelitian seputar kapal perang.
Tidak hanya konsen di pembuatan kapal perang. Di bidang pertahanan, ITS pun terlibat dalam Komite Kebijakan Industri dan Pertahanan (KKIP). Salah satu tugasnya, yaitu merevitalisasi industri pertahanan yang hampir kolaps. KKIP juga bertugas untuk membuat kebijakan lain di industri pertahanan. Seperti keinginan pemerintah untuk bekerja sama dengan China membangun industri roket di Indonesia.
Proyek pembuatan kapal perang anti radar ini dimotori oleh ITS melalui Konsorsium Pengembangan Kapal Perang Nasional (KPKPN). Karena merupakan produk nasional, ITS turut menggandeng beberapa perguruan tinggi lain dalam pembuatannya. Mereka adalah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Surabaya (UNS), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Akademi Angkatan Laut (AAL). Pembuatan inovasi baru di bidang pertahanan dan keamanan negara ini dikabarkan menelan dana Rp1,8 miliar.
Salah seorang narasumber diskusi ilmiah National Ship Design and Engineering Centre (Nasdec) beberapa waktu lalu, Mochamad Zainuri menyatakan, keunggulan kapal perang ini adalah dilengkapi dengan material anti radar. ''Anti radar baru pertama kali diterapkan di pesawat tempur Amerika. Konon, wartawan tidak bisa mendekat dari jarak 100 meter,'' kata Zainuri seperti disitat dari ITS online, Senin (9/4/2012).
Zainuri yang telah meneliti bahan anti radar sejak 2005 mengungkapkan, material anti radar yang digunakan pada kapal tersebut dibuat dari pasir besi. Hingga saat ini, material tersebut telah berhasil dibuat dan dapat menyerap radar hingga 99 persen.
Pembuatan kapal perang ini juga tidak lepas dari campur tangan mahasiswa. Beberapa mahasiswa semester akhir pun turut meneliti bidang pertahanan melalui Tugas Akhir (TA) yang mereka buat. Selain itu, program Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pun menjadi ajang mahasiswa mengangkat penelitian seputar kapal perang.
Tidak hanya konsen di pembuatan kapal perang. Di bidang pertahanan, ITS pun terlibat dalam Komite Kebijakan Industri dan Pertahanan (KKIP). Salah satu tugasnya, yaitu merevitalisasi industri pertahanan yang hampir kolaps. KKIP juga bertugas untuk membuat kebijakan lain di industri pertahanan. Seperti keinginan pemerintah untuk bekerja sama dengan China membangun industri roket di Indonesia.
Proyek pembuatan kapal perang anti radar ini dimotori oleh ITS melalui Konsorsium Pengembangan Kapal Perang Nasional (KPKPN). Karena merupakan produk nasional, ITS turut menggandeng beberapa perguruan tinggi lain dalam pembuatannya. Mereka adalah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Surabaya (UNS), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Akademi Angkatan Laut (AAL). Pembuatan inovasi baru di bidang pertahanan dan keamanan negara ini dikabarkan menelan dana Rp1,8 miliar.
Sumber : Okezone
0 komentar:
Posting Komentar