TEHRAN-(IDB) : Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague kembali menyinggung "semua opsi" termasuk serangan militer terhadap Iran atas program nuklir sipilnya di tengah spekulasi yang mencuat bahwa kapal perang Inggris tidak mampu bertahan menghadapi peluncur rudal Iran di Teluk Persia.
"Ini bukan cara kami berurusan [dengan program nuklir Iran] ... untuk memprioritaskan aksi militer. Meskipun demikian saya kembali menekankan, kami tidak membatalkan [opsi] apapun dari meja, " kata Hague.
Hague juga mengklaim Iran "jelas melanjutkan program nuklir militer mereka" dan menambahkan "Jika mereka mencpai senjata nuklir," akan mengakibatkan ancaman "perang dingin baru di Timur Tengah."
Pernyataan Hague itu merupakan lanjutan dari berbagai statemen serupa para pejabat Inggris, termasuk Perdana Menteri David Cameron, yang mengancam Iran dengan serangan militer dari selatan Teluk Persia dan Laut Oman.
Namun, fakta di lapangan justru berbicara lain dan menunjukkan bahwa Inggris akan menderita konsekuensi yang sangat buruk jika bergabung dengan sekutunya Amerika Serikat dan Israel dalam menyerang Republik Islam Iran.
Inggris telah berusaha mengesankan bahwa kekuatan pasukan Iran tidak akan mampu menghadapi pasukan Inggris dan bahwa Iran tidak akan mampu membalas serangan Inggris.
Inggris saat ini telah menempatkan sejumlah kapal tempurnya di Teluk Persia termasuk HMS Sheffield dan HMS Coventry –kapal perusak kuno Type-42—yang pernah dikirim ke Argentina dan ditenggelamkan oleh pasukan Angkatan Laut Argentina dengan menggunakan rudal Exocet subsonik pada Perang Falklands 1982.
Inggris juga mengirim kapal frigat Type-23, yang menggunakan sistem radar dan perlengkapan logistik era 1989. Kapal tersebut sangat rentan menghadapi rudal balistik supersonik anti-kapal milik Iran.
Angkatan Laut Iran telah memamerkan rudal balistik pintar supersonik "Khalije Fars" akhir 2011 lalu.
Rudal berbahan bakar padat itu mampu menghancurkan sasaran pada jarak 300 km dan dilengkapi sistem pencarian target yang akan mengunci target pada tahap akhir sebelum mencapai target. Sistem itu membuat kapal musuh tidak punya kesempatan untuk melarikan diri.
Spesifikasi rudal Khalij Fars, dan rudal Iran lainnya, jauh lebih unggul dibandingkan rudal Exocets yang menenggelamkan kapal perang Inggris 40 tahun lalu.
Beberapa waktu lalu, Iran juga menguji berbagai jenis rudal jarak menengah, dan jauh, termasuk rudal anti-radar Mehrab tipe dari darat ke udara, rudal Nour tipe permukaan-ke-permukaan, dan rudal Qader tipe pantai-ke-laut, dengan kisaran daya tempuh hingga 200 kilometer.
Kemampuan rudal Iran semakin memperbesar kemungkinan skenario tragis bagi Angkatan Laut Inggris seperti yang mereka alami pada manuver perang AS di Teluk Persia tahun 2002.
Pada tahun 2002, AS menggelar manuver Operation Millennium Challenge di Teluk Persia setelah dua tahun perencanaan dan menghabiskan dana 250 juta dolar.
Setelah manuver itu berakhir, Letnan Jenderal Paul Van riper, yang memimpin pasukan musuh atau Red Force dalam manuver tersebut membocorkan fakta kepada Army Times bahwa hasil dari manuver itu adalah banyaknya armada angkatan laut AS yang tenggelam di Teluk Persia dan merupakan bencana terburuk bagi Angkatan Laut Amerika Serikat pasca Pearl Harbor.
Van Riper mengatakan jika manuver itu adalah perang nyata, maka 16 kapal perang AS termasuk sebuah kapal induk dan dua kapal induk helikopter tenggelam ke dasar laut Teluk Persia, sementara sisanya berantakan meninggalkan ribuan tentara Amerika tewas, sekarat atau cedera.
Sumber : Irib
Iran hanya bisa berdiam.sekutu sangat kuat......ngak usah dilawan bos
BalasHapus