JAKARTA-(IDB) : Komisi I DPR RI tidak akan berhenti untuk terus mendorong pemerintah agar membelanjakan uangnya untuk membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan dalam negeri. Hal itu bisa mendorong pengembangan kemampuan industri pertahanan dalam negeri dan menghemat devisa negara.
Anggota Komisi I Mahfudz Abdurrahman mengatakan, saat ini paradigma belanja pertahanan pemerintah harus berubah, tidak lagi melihat dan membeli keluar tapi harus mulai melihat dan mengembangkan di dalam negeri, supaya memberikan banyak manfaat untuk rakyat Indonesia.
"Harus ada keyakinan dan tekad yang kuat bahwa Indonesia mampu memproduksi peralatan dan perlengkapan pertahanan, bahkan kita juga harus yakin bahwa suatu saat nanti kita bisa juga menjual produk pertahanan ke luar negeri dan menghasilkan devisa untuk negara," ujar Mahfudz Abdurrahman dalam rilisnya, Rabu (22/2).
Mahfudz Abdurrahman melihat harapan itu masih ada, tapi memang harus kompak semuanya. Pemerintah, DPR RI, dan industri dalam negeri harus sinergis dan sejalan.
"Kesepahaman paradigma bahwa kita bisa dan mampu menjadi sebuah keharusan. Kemarin sudah kita saksikan peresmian Kapal Cepat Rudal (KRC) di Batam, buatan dalam negeri, itu tentu membuat kita bangga. Kita punya Pindad, PAL, Dirgantara Indonesia, Krakatau Steel, Dahana dan masih banyak perusahaan milik negara dan swasta yang siap disinergiskan utuk memproduksi alat utama sistem persenjataan. Tapi ya itu tadi harus kompak, kalau tidak kompak ya susah. Akhirnya harus terus menerus beli ke luar negeri," ujar politisi PKS ini.
Mahfudz Abdurrahman mengatakan bahwa masyarakat Indonesia sudah sangat kritis, apalagi dengan peran media yang begitu besar, sehingga masyarakat jadi tahu pemerintah akan melakukan apa saja.
"Kita lihat bagaimana respons masyarakat terhadap rencana pemerintah akan beli MBT Leopard buatan Jerman dari Belanda, dahsyat sekali tanggapan dari publik. Kami di Komisi I DPR RI tentu senang dengan begitu besarnya perhatian publik terhadap pengadaan alutsista Indonesia oleh pemerintah," tegasnya.
Karena itu, Komisi I akan berkomitmen dan semakin semangat untuk terus mendorong dan sekaligus mengingatkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan dan Panglima TNI agar benar-benar memprioritaskan belanja pertahanan di dalam negeri.
"Kalau untuk alutsista yang memang belum diproduksi di dalam negeri, ya harus diimpor tapi jangan impor dengan tangan kosong. Harus ada kesepakatan untuk transfer teknologi dan juga dapat menggunakan komponen dari dalam negeri, kita berhak untuk meminta itu. Kalau mereka tidak setuju ya kita cari ke negara lain saja, tidak usah dipaksakan," pungkas anggota DPR Dapil Jawa Barat VI ini.
Anggota Komisi I Mahfudz Abdurrahman mengatakan, saat ini paradigma belanja pertahanan pemerintah harus berubah, tidak lagi melihat dan membeli keluar tapi harus mulai melihat dan mengembangkan di dalam negeri, supaya memberikan banyak manfaat untuk rakyat Indonesia.
"Harus ada keyakinan dan tekad yang kuat bahwa Indonesia mampu memproduksi peralatan dan perlengkapan pertahanan, bahkan kita juga harus yakin bahwa suatu saat nanti kita bisa juga menjual produk pertahanan ke luar negeri dan menghasilkan devisa untuk negara," ujar Mahfudz Abdurrahman dalam rilisnya, Rabu (22/2).
Mahfudz Abdurrahman melihat harapan itu masih ada, tapi memang harus kompak semuanya. Pemerintah, DPR RI, dan industri dalam negeri harus sinergis dan sejalan.
"Kesepahaman paradigma bahwa kita bisa dan mampu menjadi sebuah keharusan. Kemarin sudah kita saksikan peresmian Kapal Cepat Rudal (KRC) di Batam, buatan dalam negeri, itu tentu membuat kita bangga. Kita punya Pindad, PAL, Dirgantara Indonesia, Krakatau Steel, Dahana dan masih banyak perusahaan milik negara dan swasta yang siap disinergiskan utuk memproduksi alat utama sistem persenjataan. Tapi ya itu tadi harus kompak, kalau tidak kompak ya susah. Akhirnya harus terus menerus beli ke luar negeri," ujar politisi PKS ini.
Mahfudz Abdurrahman mengatakan bahwa masyarakat Indonesia sudah sangat kritis, apalagi dengan peran media yang begitu besar, sehingga masyarakat jadi tahu pemerintah akan melakukan apa saja.
"Kita lihat bagaimana respons masyarakat terhadap rencana pemerintah akan beli MBT Leopard buatan Jerman dari Belanda, dahsyat sekali tanggapan dari publik. Kami di Komisi I DPR RI tentu senang dengan begitu besarnya perhatian publik terhadap pengadaan alutsista Indonesia oleh pemerintah," tegasnya.
Karena itu, Komisi I akan berkomitmen dan semakin semangat untuk terus mendorong dan sekaligus mengingatkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan dan Panglima TNI agar benar-benar memprioritaskan belanja pertahanan di dalam negeri.
"Kalau untuk alutsista yang memang belum diproduksi di dalam negeri, ya harus diimpor tapi jangan impor dengan tangan kosong. Harus ada kesepakatan untuk transfer teknologi dan juga dapat menggunakan komponen dari dalam negeri, kita berhak untuk meminta itu. Kalau mereka tidak setuju ya kita cari ke negara lain saja, tidak usah dipaksakan," pungkas anggota DPR Dapil Jawa Barat VI ini.
Sumber : Jurnamen
Mahfudz Berharap TNI AL Gunakan Rudal Buatan Dalam Negeri
JAKARTA-(IDB) : Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq berharap TNI Angkatan Laut (AL) menggunakan rudal dalam negeri untuk persenjataan Kapal Cepat Rudal (KCR). Karena itu, Mahfudz juga berharap agar PT Pindad dapat segera memproduksi rudal, meriam, dan torpedo untuk kebutuhan KCR TNI AL.
"Saya berharap ke depan TNI AL menggunakan rudal buatan dalam negeri sendiri (PT Pindad) dan tidak lagi impor," ujar Mahfudz Siddiq di Gedung DPR, Selasa (21/2).
Mahfudz mengomentari telah dioperasikannya KCR 40 yang diberi nama KRI Kujang 642, pekan lalu. Mahfudz menjelaskan, KRI Kujang 642 itu merupakan kapal kedua yang berhasil diproduksi oleh perusahaan dalam negeri sendiri.
Lebih lanjut Mahfudz menjelaskan, hingga 2014 TNI AL menargetkan memiliki 9 KCR dari produksi dalam negeri sendiri. "Ini perlu kita sambut positif atas penyelesaian pembuatan Kapal Cepat Rudal 40, KRI Kujang 642 itu. Meski semua komponennya belum lokal semua, seperti sistem navigasi, radar dan senjatanya rudal. Karena itu untuk KCR yang berikutnya kita harapkan sudah dapat menggunakan seluruh komponen lokal hingga 100 persen," ujarnya.
Kamis pekan lalu, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan Kapal Cepat Rudal 40, KRI Kujang 642, di Dermaga Batu Ampar, Kota Batam. Kapal tersebut merupakan hasil karya putra-putri Indonesia.
KRI Kujang yang menelan biaya sekitar Rp 75 miliar merupakan kapal cepat kedua yang diproduksi di PT Palindo Marine, Kawasan Industri Tanjungujang, Batam. Saat ini satu kapal lain sejenis juga tengah dikerjakan. Secara keseluruhan PT Palindo mendapatkan pesanan KCR-40 sebanyak empat buah.
KRI Kujang tersebut dilengkapi sistem persenjataan modern (sewaco/sensor weapon control), di antaranya meriam kaliber 30 mm enam laras sebagai close in weapon system (CIWS) atau sistem pertempuran jarak dekat dan rudal antikapal buatan China C-705, dengan jangkauan 120 Km.
Diberitakan sejumlah media, KCR TNI AL akan dipersenjatai dengan peluru kendali C-705 yang bakal diproduksi bersama Pemerintah Indonesia dan China. Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Muda TNI Sumartono mengatakan, saat ini kedua pemerintah tengah menjajaki produksi bersama peluru kendali tersebut.
"Saya berharap ke depan TNI AL menggunakan rudal buatan dalam negeri sendiri (PT Pindad) dan tidak lagi impor," ujar Mahfudz Siddiq di Gedung DPR, Selasa (21/2).
Mahfudz mengomentari telah dioperasikannya KCR 40 yang diberi nama KRI Kujang 642, pekan lalu. Mahfudz menjelaskan, KRI Kujang 642 itu merupakan kapal kedua yang berhasil diproduksi oleh perusahaan dalam negeri sendiri.
Lebih lanjut Mahfudz menjelaskan, hingga 2014 TNI AL menargetkan memiliki 9 KCR dari produksi dalam negeri sendiri. "Ini perlu kita sambut positif atas penyelesaian pembuatan Kapal Cepat Rudal 40, KRI Kujang 642 itu. Meski semua komponennya belum lokal semua, seperti sistem navigasi, radar dan senjatanya rudal. Karena itu untuk KCR yang berikutnya kita harapkan sudah dapat menggunakan seluruh komponen lokal hingga 100 persen," ujarnya.
Kamis pekan lalu, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan Kapal Cepat Rudal 40, KRI Kujang 642, di Dermaga Batu Ampar, Kota Batam. Kapal tersebut merupakan hasil karya putra-putri Indonesia.
KRI Kujang yang menelan biaya sekitar Rp 75 miliar merupakan kapal cepat kedua yang diproduksi di PT Palindo Marine, Kawasan Industri Tanjungujang, Batam. Saat ini satu kapal lain sejenis juga tengah dikerjakan. Secara keseluruhan PT Palindo mendapatkan pesanan KCR-40 sebanyak empat buah.
KRI Kujang tersebut dilengkapi sistem persenjataan modern (sewaco/sensor weapon control), di antaranya meriam kaliber 30 mm enam laras sebagai close in weapon system (CIWS) atau sistem pertempuran jarak dekat dan rudal antikapal buatan China C-705, dengan jangkauan 120 Km.
Diberitakan sejumlah media, KCR TNI AL akan dipersenjatai dengan peluru kendali C-705 yang bakal diproduksi bersama Pemerintah Indonesia dan China. Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Muda TNI Sumartono mengatakan, saat ini kedua pemerintah tengah menjajaki produksi bersama peluru kendali tersebut.
Sumber : Jurnamen
0 komentar:
Posting Komentar