Rabu, Januari 25, 2012
0
JAKARTA-(IDB) : Niat pemerintah untuk membeli tank tempur utama (main battle tank/ MBT) agaknya mendapat angin segar setelah Komisi I DPR menyetujui pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) bagi TNI itu.

Namun, jenis MBT yang akan dibeli masih belum disepakati. Sejauh ini,TNI Angkatan Darat selaku pengguna (user) telah menyiapkan beberapa opsi jenis MBT, salah satunya Leopard 2A6 dari Belanda dan Jerman. Proses untuk pembelian Leopard dinilai paling menguntungkan dari berbagai opsi yang ada. Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo menegaskan, dirinya tidak pernah menentukan bahwa jenis MBT yang akan dibeli adalah Leopard.


“ Kami minta pengguna di lapangan untuk mempelajarinya. Saya tidak akan menentukan mana yang akan digunakan karena saya tidak mau yang diminta tidak dibelikan, yang dibelikan tidak dibutuhkan. Saya ingin mengubah itu,” tegas Pramono dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR di Jakarta kemarin. Pramono menerangkan, pembelian MBT sudah sesuai dengan kajian yang dilakukan TNI Angkatan Darat dengan mempertimbangkan berbagai aspek, di antaranya kondisi geografis dan kekuatan angkatan darat negara tetangga.

“Bukan Rp14 triliun itu semua untuk MBT, tapi dari Rp14 triliun itu, kita breakdown apa saja yang dibutuhkan,”jelasnya. Kajian juga melibatkan masukan dari para atase pertahanan di negara-negara tetangga. Begitu juga dengan proses pencarian alternatif MBT.Adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini mengaku telah menerima laporan dari berbagai atase pertahanan negara asing seperti Belanda,Jerman, Prancis, Korea Selatan, Rusia,dan Inggris.

Atase pertahanan itu juga memberikan masukan-masukan terkait MBT yang diproduksi negara yang bersangkutan. “Masukan-masukan itulah yang kemudian kami pelajari,” tandasnya. Dari proses ini,ungkap Pramono, kemudian muncul opsi untuk membeli MBT Leopard 2A6 dibandingkan opsi lain.Pertimbangan ini didasarkan tank MBT Leopard 2A6 dinilai lebih unggul secara kemampuan dan teknologinya.Begitu pula dari segi transfer teknologi, jaminan suku cadang, serta harga yang relatif lebih murah.

“Sebetulnya saya tidak mengatakan Leopard. MBT itu banyak macamnya,”tegasnya. Pramono mengungkapkan, sejauh ini pihaknya masih terus melakukan negosiasi untuk menyukseskan rencana pembelian Leopard dari Belanda tersebut. Beberapa kali pertemuan dengan tim dari Belanda pernah dilakukan dan ke depan masih akan digelar lagi. “Mereka tanya, jenderal mau beli MBT?

Sebelum saya jawab pertanyaannya, saya tanya dulu, Belanda menjual atau tidak, karena parlemen Anda (Belanda) mengatakan tidak memberi dukungan.Mereka jawab, Belanda jual. Lalu saya jawab, kalau Belanda jual, aku beli. Belandatidakjual,akupergi.Lalu mereka bilang,oke akan kami usahakan,”ungkap KSAD. Meski demikian, Pramono menyatakan jika nantinya ada kesulitan mendatangkan MBT dari Belanda maka pihaknya akan membuka komunikasi dengan Jerman.

“Namun, bisa juga dengan dua-duanya,” tandasnya. Sementara itu, baik Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro maupun Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengaku menyerahkan rencana pembelian ini kepada TNI Angkatan Darat selaku pengguna untuk menentukan pilihannya.“Kita tunggu mereka, kan masih mau melakukan negosiasi. Leopard ini bukan satu-satunya opsi,” tegas Purnomo.

Kepala Danpusenkav Kodiklat TNI Angkatan Darat Brigjen TNI Purwadi mengungkapkan, tank Leopard sudah sesuai dengan kebutuhan prajurit, karena tank ini terbukti tangguh.Selain itu,tank ini memiliki keunggulan dibandingkan alternatif lain seperti dari Amerika Serikat maupun Rusia.“Leopard ini bahan bakar-nya bisa memakai solar, bensin, bisa juga minyak tanah.

Kita juga mendapat transfer teknologi,”jelasnya. Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menyatakan, DPR memang menyetujui adanya penambahan alutsista jenis MBT untuk TNI Angkatan Darat.Namun, ujarnya, pembicaraan belum sampai pada kata sepakat untuk rencana pembelian tank Leopard.“Tapi kalau MBT,itu kita oke.Sedangkan Leopard itu salah satu opsi, kita tunggu laporannya karena mereka masih akan melakukan negosiasi lagi,”tegasnya.

Hasanuddin mengingatkan, pembelian MBT harus disesuaikan dengan rencana strategis, ancaman yang ada, serta kemampuan anggaran. Sejauh ini belum ada kesepakatan mengenai berapa jumlah anggaran yang digunakan untuk membeli MBT. Anggota Komisi I DPR Helmy Fauzi mengatakan, pemerintah harus memahami dinamika politik di Belanda,

sebab pada pertengahan tahun 2011 lalu Belanda justru heran dengan sikap ngotot pemerintah Indonesia untuk mendatangkan Leopard yang jelas-jelas sudah ditolak parlemennya. Lagi pula masih ada beragam opsi lain di samping Leopard Belanda, seperti dari Jerman atau MBT jenis berbeda. 

Sumber : Sindo

0 komentar:

Posting Komentar