Minggu, Desember 11, 2011
0
BANDUNG-(IDB) : Segerombolan teroris tidak senang atas satu hal kepada pemerintah, mereka membajak gerbong kereta api dengan puluhan sandera di dalamnya. Jika keinginan teroris itu tidak dikabulkan, satu demi satu nyawa sandera melayang di tangan mereka.

Kejadian di Bandung itu kemudian diserahkan kepada Detasemen B-90 Bravo Komando Pasukan Khas TNI-AU. Lewat riset singkat dan rancangan operasi kilat, buah dari latihan keras selama ini bisa dipetik secara baik. Aksi penanggulangan teror yang biasa diperagakan dari pasukan kontra terorisme manapun di dunia mereka bisa membebaskan para sandera tanpa luka-luka berarti.

Bagaimana dengan terorisnya? Tewas di tempat, di dalam gerbong kereta api yang mereka bajak tanpa perlawanan berarti. Dalam waktu sangat singkat cuma bilangan menit saja, pertempuran jarak dekat memakai senjata organik ringan dan beberapa perlengkapan serta teknik khusus, personel-personel pasukan khusus TNI-AU itu mampu menyelesaikan tugas secara baik. 

Skenario yang sesuai dengan aksi nyata itu merupakan simulasi tindak penanggulangan teror dari pasukan khusus TNI-AU berbaret jingga dari markas besarnya, di Kawasan Margahayu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Mereka memakai gerbong kereta api betulan di rel yang sesungguhnya di dalam Stasiun Kereta Api Bandung, pada Sabtu tengah malam (11/12).

Operasi simulasi dan latihan itu dipimpin langsung Komandan Detasemen B-90 Bravo, Kolonel Pasukan Yudi Bustomi.  Sebanyak 30 siswa latihan pasukan anti teror TNI-AU itu terlibat dalam aksi pembebasan sandera yang ditandai dengan aksi taktis dari pasukan elit itu.

Kegiatan latihan kontra teror yang dilakukan pasukan khusus TNI-AU itu sudah beberapa kali digelar, selain di KA dimulasi serupa juga digelar di pesawat terbang, gedung dan di angkutan bus.

"Latihan kontra teror di atas KA dan Stasiun KA jelas sangat bermanfaat bagi kami di jajaran PTKA, untuk itu petugas stasiun juga dilibatkan dalam kegiatan simulasi ini, sehingga mereka tahu betul apa yang harus dilakukan bila dihadapkan dengan kondisi seperti itu," kata Kepala Humas PTKA Daop II Bandung, Bambang Prayitno.

Menurut Bambang, jajaran PTKA sudah melakukan antisipasi, salah satunya melakukan pemeriksaan dengan menggunakan detektor logam di pintu masuk stasiun serta menyertakan petugas khusus Polsuska untuk pengawalan dan pengamanan perjalanan KA.

"Ada prosedur tetap yang diterapkan bila menghadapi aksi teror antara lain koordinasi antara masinis, awak KA, petugas stasiun terdekat serta petugas keamanan," kata Prayitno.

Selain itu antisipasi teror, seperti kasus pembajakan KA, PTKA memberlakukan pengamanan khusus selain menyertakan Polsuska, juga memberlakukan larangan memasuki ruang masinis bagi yang tidak berkepentingan.

Sementara itu latihan penanganan anti teror di atas KA dan stasiun itu menurut Bambang bukan berarti perjalanan KA tidak aman melainkan sebagai langkah antisipasi dan kesiapan aparat keamanan dalam melakukan aksi pencegahan terhadap aksi terorisme. 

Sumber : Antara

0 komentar:

Posting Komentar