Minggu, September 04, 2011
0
JAKARTA-(IDB) :Kementrian Pertahanan (Kemhan) menjadi penerima terbesar dalam postur anggaran RAPBN 2012. Dengan pagu mencapai Rp64,43 triliun, kementerian ini mengalahkan kementerian lain seperti Kementrian Kesehatan dan Kementrian Pendidikan.

Meski demikian, alokasi ini dipandang belum cukup memberikan dampak signifikan bagi penguatan kemampuan alutsista TNI.Dampak bagi revitalisasi industri pertahanan dalam negeri pun masih kabur.Mengapa?

Berikut petikan wawancara dengan Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemhan Marsda TNI Bonggas S Silaen,Senin (22/8).

Bagaimana rincian pembelanjaan postur RAPBN 2012 Kemhan?

 Kemhan menjadi penerima terbesar untuk 2012 pagu anggarannya Rp64,43 triliun. Rinciannya, untuk belanja pegawai Rp27,18 triliun (42,2%), belanja barang Rp11,41 triliun (17,7%), dan belanja modal Rp25,84 triliun (40,1%).

Dari belanja modal tersebut, berapa alokasi ke BUMNIP?

 Itu diatur oleh masing-masingangkatan. Kalaubarangyang bisa dibeli dari dalam negeri,itu akan dibeli dari situ. Kecuali, industri dalam negeri belum mampu ya harus beli dari luar. Kita tidak menentukan pagu ke situ (BUMNIP).

Tapi, pagu (secara global) untuk persenjataan sekian. Jadi, tidak mengalokasikan ke PT Pindad sekian,PT DI sekian,PT PAL sekian, karena kita belum tanya, belum tahu PT Pindad mampunya membuat peralatan seberapa untuk tahun depan.

Bagaimana dengan target penyerapan ke industri pertahanan dalam negeri?

 Kita harus mengumpulkan para industriawan itu berapa mampunya mereka. Jadi, gak bisa kita langsung mengalokasikan sekian.Ya kalau mereka sanggup, kalau gak sanggup bagaimana?.

Bagaimana penyerapan tahun-tahun sebelumnya?

Penyerapannya cukup besar. Tapi karena ini anggaran makin bertambah, kita tidak mau nanti makin terlambat. Kita harus tanya mereka dulu, misalnya kita mengorder sekian banyak peluru,sanggup gak mereka bikin. Ada yang kita order 2011, sekarang ini saja belum selesai semua.

DPR mendorong agar bisa 50%.Berkaca pada penyerapan tahun-tahun sebelumnya, apa itu realistis untuk dicapai?

Kita maunya 100% ke mereka. Masalahnya bukan hanya kapasitas produksi, jenis yang diproduksi pun belum semua bisa. Contoh, mereka belum bisa memproduksi peluru untuk meriam yang kaliber 155 atau meriam 105.

Ya kalau mereka belum sanggup, kita beli dari mana? Untuk peluru pesawat, misalnya kaliber 30, mereka juga belum sanggup, sehingga kita harus beli dari luar. Kalau maunya kita, mereka yang bikin.Tidak hanya 50%, kita mau kalua bisa 100%.

Apakah selama ini sudah ada kontrak order alutsista berkesinambungan dengan BUMNIP?

Pasti ada. Kalau dengan PT Pindad,ya mereka bikin peluru senjata SS1, merehab peralatan- peralatan. PT DI ada pengadaan helikopter,PT PAL pengadaan kapal.

Perbandingan antara biaya pengadaan baru dengan perawatan berapa?

Lebih besar pengadaan. Sekitar 60%:40%.

Mana matra yang paling membutuhkan anggaran terbesar?

 Kita berupaya seimbang.Ya harus sama-sama berkembangnya. TNI AD,AL,dan AU samasama membutuhkan alutsista canggih. Cuma harganya yang berbeda.Contoh,AL butuh satu kapal perusak kawal rudal.Satu kapal berapa juta dolar.Lalu AD misalnya beli satu batalion panser,rudal,atau roket.Itu harganya berapa?

Satu kapal dengan satu batalion rudal beda. Beda lagi dengan harga satu skuadron pesawat tempur.Padahal, posisi satuan antara satu battalion rudal dengan satu skuadron pesawat tempur sama, cuma harganya beda.

Anggaran belanja modal Rp25,8 triliun itu apakah sudah sesuai dengan jalur untuk mencapai MEF?

Masih kurang. Sebab, panser- panser kita banyak yang tua, kapal-kapal kita banyak yang tua, pesawat kita juga masih kurang banyak.Wilayah laut kita luas,udara juga,darat juga begitu.Ketiga matra mendesak dan sangat perlu.

Dengan anggaran sebesar itu, bisa menambah kekuatan berapa persen?

 Menambah secara signifikan belum.Tapi,secara perlahan- lahan iya. Sehingga nanti diharapkan di akhir 2014 kita sudah bisa mencapai sebagian dari MEF.Anggaran masih sesuai dengan perencanaan MEF apabila memang kebutuhan tiap tahun terpenuhi.

Sumber: Sindo

0 komentar:

Posting Komentar