Sistem Khusus Dalam Pengerjaan KRI Teluk Bintuni
LAMPUNG-(IDB) : Waktu 20 bulan untuk pembuatan kapal perang pengangkut tank KRI Teluk Bintuni yang dilakukan oleh PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung dengan sistem kerja khusus. Hal ini disampaikan oleh General Manager PT DRU Lampung A Harryadi P kepada Saibumi.com.
“PT DRU inikan murni swasta. Jadi iklim kerja dari basic-nya sudah agak berbeda dengan yang lain. Pimpinannya termasuk saya sendiri sudah terbiasa dengan sistem high speed. Untungnya para pekerja bisa beradaptasi dengan cara kerja high speed yang ada disini,” ungkapnya.
Harry, begitu dia biasa disapa menyebut sistem pendelegasian pekerjaan menjadi inti dari percepatan pengerjaan kapal perang jenis Landing Shift Tank tersebut. “Pendelegasian tentunya kepada orang yang memang sudah ahli dibidangnya. Jadi, saat dilapangan sudah bisa langsung action tanpa harus tanya sana-sini dulu,” ujar pria yang mendapat tugas memimpin 1500 orang pekerja digalangan kapal seluas enam hektar itu.
Masih kata dia, untuk para pekerja yang mengerjakan kapal tersebut masih didominasi oleh pekerja dari luar Lampung. “Masih campuran dan banyak dari Jawa seperti Surabaya (pindahan dari PT PAL Surabaya) dan Lampung. Jujur,untuk tenaga ahli Lampung masih sangat sedikit sehingga masih ambil dari Jawa,” jelas Harry.
Menurutnya, pembuatan kapal dipengaruhi oleh cuaca, pasokan listrik yang sering padam, hari libur nasional dan ditambah padatnya agenda politik yang terjadi khususnya di Provinsi Lampung. “Contohnya waktu libur Lebaran kemarin kan ada waktu libur seminggu. Sementara disisi lain kami dikejar waktu. Akhirnya saya buat surat edaran ke semua pekerja siapa yang mau sukarela tidak libur Lebaran untuk mengerjakan kapal itu. Dan jumlah pekerja yang rela nggak libur itu diluar dugaan. Tentunya ada reward spesial buat mereka,” paparnya.
Sementara, General Manager Production PT DRU Lampung Edy Wiyono memberikan penjelasan dalam pengerjaan kapal dengan 850 orang. “Pemakaian pekerja tergantung urgenitasnya dan full dikerjakan setiap hari. Sistem kerja yang diterapkan ke pekerja adalah sistem shift dengan tetap memikirkan kenyamanan pekerja. Kan kalau yang kerja nyaman hasilnya lebih bagus. Contoh bagian pengelasan kerjanya malam hari, soalnya lebih enak, lebih dingin cuacanya,” jelas pria asal Malang.
Edy menyampaikan cara kerja juga dirubah. “Misalnya pola kerja simultan yang mempersingkat waktu. Beberapa bagian kapal yang kecil-kecil sudah dicicil dari jauh hari sehingga tinggal pasang. Belum lagi saya didukung oleh pekerja yang berpengalaman dibidangnya seperti interior, listrik, pipa, mesin, dan konstruksi. Tidak sulit mengarahkan karena sudah berpengalaman,” kata pria yang sudah tiga tahun menjadi GM Production di PT DRU Lampung.
Menurut Edy, untuk proyek pembuatan kapal tersebut, Edy hanya punya satu asisten sebagai Kepala Proyek. “Dibawah saya itu ada para manajer. Ada tiga yakni Manajer mesin, Manajer PPC (Planning Product Control) dan Manajer Produksi. Jadi tugas dan tanggung-jawab tiap bagian itu jelas,” katanya.
Edi memaparkan keberadaan Satuan Tugas Angkatan Laut yang ditempatkan di PT DRU sebagai owner representatif dengan tugas mengawasi pembangunan kapal tersebut diakui Edy juga sangat membantu. “Ada Satgas inikan juga sangat menolong untuk mengambil keputusan seketika. Ada pemotongan jalur birokrasi,” terang pria berkacamata dan berkulit gelap ini.
Edy diberi kebebasan untuk menciptakan sistem mempercepat pembangunan kapal oleh Direktur PT DRU pusat. “Pola memimpin pekerja dilapangan ya sangat dibantu oleh pengalaman saya dengan 23 tahun kerja di PT PAL Surabaya. Saya juga ikut turun langsung dilapangan jadi kalau ada masalah langsung clear. Memang, karena pekerja semuanya pria, maka pasti ada karakter keras pada mayoritas pekerja. Tapi walau keras masih bisa manut pada saya,” jelasnya.
Edy juga secara gamblang menyebut tipikal kepribadiannya yang bukan termasuk jenis orang gengsi untuk mengakui kesalahan sangat membantu menjembatani hubungannya dengan para pekerja. “Ya, terus terang saja kalau saya salah. Jadi anak buah suka,” ceritanya.
Ia mengungkapkan jam lembur, penambahan jumlah pekerja, dan ekstra fooding adalah beberapa cara yang mereka pakai untuk kejar target. “Sesuai dengan kerja keras mereka. Jadi ada rasa saling menghargai antara yang kerja dan yang memimpin,” tandasnya.
Pekerja Ahli, Rahasia PT DRU Selesaikan KRI Teluk Bintuni
PT Daya Radar Utama (DRU) ternyata punya rahasia khusus dalam menyelesaikan pengerjaan KRI Teluk Bintuni. Pekerja berserifikat khusus sesuai bidang, menjadi kunci sukses PT DRU mampu mengerjakan kapal perang khusus pengangkut tank jenis Leopard itu hanya 20 bulan.
"Kami memang pakai pekerja yang secara kualitas tidak diragukan lagi. Jadi hasil kerjanya terjamin," kata General Manager Production PT DRU Lampung Edy Wiyono (50).
"Ada yang namanya Welder Certificate. Itu adalah sertifikat yang khusus dimiliki pekerja pada bagian pengelasan. Kenapa? Karena untuk memastikan kualitas pengelasan ini sesuai standar internasional. Untuk kapal perang ini kami pekerjakan sekitar 120 pekerja yang punya sertifikat ini. Kebanyakan dari luar Lampung," jelasnya.
Lebih lanjut pria yang sudah berpuluh tahun berpengalaman di lapangan ini menyebut sertifikat kedua yang harus dimiliki pekerja sesuai dengan tugas dan tanggung-jawab masing-masing. "Yang kedua adalah Painting Certificate. Ini adalah sertifikat bagi orang bagian pengecatan. Kenapa untuk pengecatan saja perlu orang khusus? Karena ini kapal, kapal perang pula, terbuat dari baja jadi tidak sembarang cat. Produk catnya saja sudah khusus. Orang yang mengerjakan juga harus khusus. Ada tiga orang yang kami pekerjakan khusus bagian pengecatan," papar Edy lebih jelas.
Edy perlakukan pekerja yang kebanyakan perantau tersebut dengan cara memberi contoh langsung alias ikut terlihat kerja keras seperti anggota. "Jadi mereka itu sekalian diajari langsung. Yang bagus itu bagaimana. Jadi, pengalaman dan ilmunya mereka itu nambah. Kalau ada kerjaan seperti ini lagi, kan sudah bisa sendiri," katanya.
Secara umum, ada tiga jenis pekerja yang digunakan PT DRU Lampung. "Ada yang disebut pekerja tetap. Ini yang penggajiannya bulanan. Ada yang disebut pekerja harian lepas. Dibayar mingguan karena masih dalam tahapan magang. Yang terakhir adalah pekerja harian tetap yang dibayar secara mingguan," kata Edy lebih lanjut.
Selain gaji, untuk memberikan kenyamanan dalam meningkatkan kinerja, dalam mengerjakan pembuatan kapal ini para pekerja juga mendapatkan jaminan asuransi BPJS dan Jamsostek (pensiun) bagi pekerja tetap.
KRI Teluk Bintuni Diambil Dari Nama Teluk Di Papua
KRI Teluk Bintuni adalah nama yang diberikan Kementerian Pertahanan dan Keamanan (Kemenhankam) RI untuk kapal perang khusus pengangkut tank yang dibuat oleh PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung. Untuk penamaan kapal perang perdana buatan swasta tersebut, dua anggota Satuan Tugas Angkatan Laut (Satgas AL) yang mengawal dan mengawasi keseluruhan proses pembuatan kapal tersebut Letkol Haris Punomo (40) dan Mayor Yan Saragih (35) bersedia berbagi informasi.
"Nama lengkapnya KRI Teluk Bintuni 520. Yang memberi nama adalah Kemenhankam RI selaku pemilik kapal ini. Nama Teluk Bingkuni merupakan nama dari salah satu teluk yang ada dibagian kepala burung dari Papua," Jelas Letkol Haris Punomo (40). Untuk alasan spesifik kenapa kapal jenis Landing Shift Tank (LST) tersebut diberi nama Teluk Bintuni, Haris terus terang menyebut tidak mengetahui secara jelas alasan dibalik pemberian nama tersebut. "Nanti saat launching ada petinggi dari Mabes AL. Mabes yang punya hak tentukan nama, mereka lebih berwenang untuk menjelaskan alasan pemberian nama tersebut," katanya memberi saran.
Pada awalnya kapal ini diberi nama Angkut Tank 3 (AT-3). Disebut AT-3, karena pada saat awal, ada tiga kapal Angkut Tank milik Kemenhankam RI yang dikerjakan oleh pihak yang berbeda. "Untuk AT-1 dan AT-2 pengerjaannya diberikan kepada BUMN. Sedangkan AT-3 dipercayakan kepada PT DRU Lampung untuk membuatnya. Ketiga kapal AT tersebut, yang paling siap adalah AT-3 ini. Akhirnya, AT-3 ini yang diputuskan Kemenhankam RI selaku owner untuk tampil saat HUT TNI nanti di Surabaya. Diberi nama KRI Teluk Bintuni sekitar dua bulan lalu. Tidak ada acara ceremonial khusus untuk pemberian nama tersebut," jelas General Manager PT DRU Lampung A Harryadi P (40) saat ditanya saibumi.com tentang nama kapal perang perdana yang mereka buat itu.
Untuk angka 520 yang tertulis dilambung kapal perang khusus pengangkut tank jenis Leopard milik Angkatan Darat tersebut, Mayor Yan Saragih (35) kali ini yang angkat bicara. "520 itu kode khusus yang diberikan oleh Markas Besar Angkatan Laut. Angka 5 itu berarti jenis kapalnya adalah kapal angkut tank. Untuk angka 20 itu beda lagi maknanya," jelasnya setengah merahasiakan apa arti angka 20 tersebut.
KRI Teluk Bintuni selanjutnya akan menempati pos di Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). "Ditempatkan disitu untuk siaga kapan saja diperlukan untuk menjelajah keseluruh Nusantara," tambah Yan Saragih.
KRI Teluk Bintuni sudah dijadwalkan tampil perdana langsung dihadapan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono saat HUT TNI 7 Oktober 2014 mendatang (dimundurkan dari 5 Oktober karena pada tanggal tersebut bersamaan dengan Perayaan Idul Adha). Kapal perang perdana yang dibuat di Provinsi Lampung ini akan menjadi maskot dari jajaran kapal perang produksi dalam negeri.
Satgas AL Kawal Langsung Pengerjaan KRI Teluk Bintuni
Seluruh proses pembuatan kapal perang khusus pengangkut tank KRI Teluk Bintuni oleh PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung mendapat "pengawalan" dari Angkatan Laut. Pengawalan khusus tersebut berupa pengiriman satuan tugas Angkatan Laut (Satgas AL). Dari dua anggota Satgas Letkol Haris Punomo (40) dan Mayor Yan Saragih (35), saibumi.com mendapat penjelasan tentang keberadaan Satgas tersebut.
"Satgas untuk KRI Teluk Bintuni ada enam orang. Pemimpin Satgas bernama Kol Laut (P) Stadiono Rianto. Tugas Satgas adalah mengawasi dan mengawal kontrak pembuatan kapal dari awal sampai delivery alias serah terima," jelas Letkol Haris Punomo (40).
"Keberadaan Satgas disini sebagai owner representatif. Sudah ada di Lampung ini sejak April 2013. Satgas membentuk sistem pengawasan setiap hari. Membuat laporan dwi mingguan ke Menhan dan Mabes AL. Setiap hari selalu adakan konsolidasi dengan kru dari PT DRU," jelas Mayor Yan Saragih (35).
Keberadaan Satgas juga untuk mengatasi permasalahan di lapangan. "Kalau untuk tingkat sederhana bisa langsung eksekusi di lapangan. Kalau untuk tingkat lebih besar harus konsultasi dulu ke Mabes AL. Masalah sederhana itu contohnya warna interior kursi, dinding, dan sebagainya. Intinya masalah yang tidak mengganggu kepada wujud inti dari kapal. Karena kapal ini nantinya dipakai AL jadi segala macam disesuaikan dengan aturan dan kebiasaan AL yang mungkin buat PT DRU kurang paham secara detail," jelas Haris yang berasal dari Surabaya ini.
Saat disinggung soal kru kapal (Anak Buah Kapal / ABK) yang akan mengoperasikan kapal perang jenis Landing Shift Tank (LST) tersebut, Mayor Yan Saragih tak pelit berbagi informasi. "ABK-nya sedang latihan di Kolatarmabar (Komando Latihan Armada Bagian Barat ). Total ada 111 orang. Sudah termasuk Komandan dan perwira 13 orang. Dijadwalkan hari ini, 4 September 2014 sudah sampai disini untuk mulai proses adaptasi pengoperasian kapal itu," jelas pria asal Jakarta ini.
ABK tersebut juga akan langsung diikutkan pada Sea Trial kapal khusus pengangkut tank jenis Leopard tersebut tanggal 21 September 2014 mendatang. "Lihat langsunglah bagaimana pengoperasian kapal selama tahapan uji coba pada Sea Trial yang direncanakan selama 3 hari itu," tambah Haris.
SBY akan Inspeksi Langsung KRI Teluk Bintuni
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ternyata menaruh perhatian besar terhadap keberadaan kapal khusus angkut tank KRI Teluk Bintuni buatan PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung. Hal tersebut Saibumi.com simpulkan dari penjelasan dua anggota Satgas Letkol Haris Punomo (40) dan Mayor Yan Saragih (35).
"Bapak Presiden memang sudah memprogramkan untuk sistem pertahanan dan keamanan negara kita menggunakan produk asli buatan dalam negeri. Juga dengan memakai bahan-bahan yang dihasilkan oleh negara kita sendiri. Jadi, dengan selesainya KRI Teluk Bintuni ini sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Bapak Presiden," kata Letkol Haris Punomo.
Lebih lanjut Mayor Yan Saragih mengatakan KRI Teluk Bintuni sudah dijadwalkan meninggalkan galangan kapal PT DRU Lampung yang berada di KM 12 Srengsem Panjang pada 25 September 2014. "Rencana berangkat malam dari galangan kapal PT DRU Lampung. Menuju Jakarta dahulu. Soalnya Bapak Presiden SBY mau melihat langsung dulu kapal ini. Mau diinspeksi dulu. Kemudian tanggal 28 September 2014 dijadwalkan untuk dimuat 10 tank Leopard. Baru berangkat ke Surabaya. Jadi kapal dalam kondisi full loaded menuju Surabaya," jelas Yan Saragih rinci.
Disebut full loaded karena keberadaan sepuluh tank jenis Leopard milik Angkatan Darat yang didatangkan dari Jerman tersebut menambah sistem persenjataan yang sudah dipasang saat KRI Teluk Bintuni meninggalkan Lampung.
Saat HUT TNI 7 Oktober 2014 (seharusnya pada 5 Oktober 2014, hanya karena tahun ini bertepatan dengan Perayaan Idul Adha, acara HUT TNI dimundurkan), KRI Teluk Bintuni menjadi maskot dalam parade kapal perang yang akan melintas didepan Presiden SBY dan tamu-tamu besar lainnya. "Setiap kapal perang itu ada hirarkinya. Kapal perang ini akan jadi maskot untuk kapal pertahanan khusus yang diproduksi oleh dalam negeri. Nah, sebelum ikut dalam parade, KRI Teluk Bintuni dan para ABK dijadwalkan ikut latihan membentuk formasi yang akan ditampilkan saat parade didepan Presiden SBY," jelas Haris lagi.
LAMPUNG-(IDB) : Waktu 20 bulan untuk pembuatan kapal perang pengangkut tank KRI Teluk Bintuni yang dilakukan oleh PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung dengan sistem kerja khusus. Hal ini disampaikan oleh General Manager PT DRU Lampung A Harryadi P kepada Saibumi.com.
“PT DRU inikan murni swasta. Jadi iklim kerja dari basic-nya sudah agak berbeda dengan yang lain. Pimpinannya termasuk saya sendiri sudah terbiasa dengan sistem high speed. Untungnya para pekerja bisa beradaptasi dengan cara kerja high speed yang ada disini,” ungkapnya.
Harry, begitu dia biasa disapa menyebut sistem pendelegasian pekerjaan menjadi inti dari percepatan pengerjaan kapal perang jenis Landing Shift Tank tersebut. “Pendelegasian tentunya kepada orang yang memang sudah ahli dibidangnya. Jadi, saat dilapangan sudah bisa langsung action tanpa harus tanya sana-sini dulu,” ujar pria yang mendapat tugas memimpin 1500 orang pekerja digalangan kapal seluas enam hektar itu.
Masih kata dia, untuk para pekerja yang mengerjakan kapal tersebut masih didominasi oleh pekerja dari luar Lampung. “Masih campuran dan banyak dari Jawa seperti Surabaya (pindahan dari PT PAL Surabaya) dan Lampung. Jujur,untuk tenaga ahli Lampung masih sangat sedikit sehingga masih ambil dari Jawa,” jelas Harry.
Menurutnya, pembuatan kapal dipengaruhi oleh cuaca, pasokan listrik yang sering padam, hari libur nasional dan ditambah padatnya agenda politik yang terjadi khususnya di Provinsi Lampung. “Contohnya waktu libur Lebaran kemarin kan ada waktu libur seminggu. Sementara disisi lain kami dikejar waktu. Akhirnya saya buat surat edaran ke semua pekerja siapa yang mau sukarela tidak libur Lebaran untuk mengerjakan kapal itu. Dan jumlah pekerja yang rela nggak libur itu diluar dugaan. Tentunya ada reward spesial buat mereka,” paparnya.
Sementara, General Manager Production PT DRU Lampung Edy Wiyono memberikan penjelasan dalam pengerjaan kapal dengan 850 orang. “Pemakaian pekerja tergantung urgenitasnya dan full dikerjakan setiap hari. Sistem kerja yang diterapkan ke pekerja adalah sistem shift dengan tetap memikirkan kenyamanan pekerja. Kan kalau yang kerja nyaman hasilnya lebih bagus. Contoh bagian pengelasan kerjanya malam hari, soalnya lebih enak, lebih dingin cuacanya,” jelas pria asal Malang.
Edy menyampaikan cara kerja juga dirubah. “Misalnya pola kerja simultan yang mempersingkat waktu. Beberapa bagian kapal yang kecil-kecil sudah dicicil dari jauh hari sehingga tinggal pasang. Belum lagi saya didukung oleh pekerja yang berpengalaman dibidangnya seperti interior, listrik, pipa, mesin, dan konstruksi. Tidak sulit mengarahkan karena sudah berpengalaman,” kata pria yang sudah tiga tahun menjadi GM Production di PT DRU Lampung.
Menurut Edy, untuk proyek pembuatan kapal tersebut, Edy hanya punya satu asisten sebagai Kepala Proyek. “Dibawah saya itu ada para manajer. Ada tiga yakni Manajer mesin, Manajer PPC (Planning Product Control) dan Manajer Produksi. Jadi tugas dan tanggung-jawab tiap bagian itu jelas,” katanya.
Edi memaparkan keberadaan Satuan Tugas Angkatan Laut yang ditempatkan di PT DRU sebagai owner representatif dengan tugas mengawasi pembangunan kapal tersebut diakui Edy juga sangat membantu. “Ada Satgas inikan juga sangat menolong untuk mengambil keputusan seketika. Ada pemotongan jalur birokrasi,” terang pria berkacamata dan berkulit gelap ini.
Edy diberi kebebasan untuk menciptakan sistem mempercepat pembangunan kapal oleh Direktur PT DRU pusat. “Pola memimpin pekerja dilapangan ya sangat dibantu oleh pengalaman saya dengan 23 tahun kerja di PT PAL Surabaya. Saya juga ikut turun langsung dilapangan jadi kalau ada masalah langsung clear. Memang, karena pekerja semuanya pria, maka pasti ada karakter keras pada mayoritas pekerja. Tapi walau keras masih bisa manut pada saya,” jelasnya.
Edy juga secara gamblang menyebut tipikal kepribadiannya yang bukan termasuk jenis orang gengsi untuk mengakui kesalahan sangat membantu menjembatani hubungannya dengan para pekerja. “Ya, terus terang saja kalau saya salah. Jadi anak buah suka,” ceritanya.
Ia mengungkapkan jam lembur, penambahan jumlah pekerja, dan ekstra fooding adalah beberapa cara yang mereka pakai untuk kejar target. “Sesuai dengan kerja keras mereka. Jadi ada rasa saling menghargai antara yang kerja dan yang memimpin,” tandasnya.
Pekerja Ahli, Rahasia PT DRU Selesaikan KRI Teluk Bintuni
PT Daya Radar Utama (DRU) ternyata punya rahasia khusus dalam menyelesaikan pengerjaan KRI Teluk Bintuni. Pekerja berserifikat khusus sesuai bidang, menjadi kunci sukses PT DRU mampu mengerjakan kapal perang khusus pengangkut tank jenis Leopard itu hanya 20 bulan.
"Kami memang pakai pekerja yang secara kualitas tidak diragukan lagi. Jadi hasil kerjanya terjamin," kata General Manager Production PT DRU Lampung Edy Wiyono (50).
"Ada yang namanya Welder Certificate. Itu adalah sertifikat yang khusus dimiliki pekerja pada bagian pengelasan. Kenapa? Karena untuk memastikan kualitas pengelasan ini sesuai standar internasional. Untuk kapal perang ini kami pekerjakan sekitar 120 pekerja yang punya sertifikat ini. Kebanyakan dari luar Lampung," jelasnya.
Lebih lanjut pria yang sudah berpuluh tahun berpengalaman di lapangan ini menyebut sertifikat kedua yang harus dimiliki pekerja sesuai dengan tugas dan tanggung-jawab masing-masing. "Yang kedua adalah Painting Certificate. Ini adalah sertifikat bagi orang bagian pengecatan. Kenapa untuk pengecatan saja perlu orang khusus? Karena ini kapal, kapal perang pula, terbuat dari baja jadi tidak sembarang cat. Produk catnya saja sudah khusus. Orang yang mengerjakan juga harus khusus. Ada tiga orang yang kami pekerjakan khusus bagian pengecatan," papar Edy lebih jelas.
Edy perlakukan pekerja yang kebanyakan perantau tersebut dengan cara memberi contoh langsung alias ikut terlihat kerja keras seperti anggota. "Jadi mereka itu sekalian diajari langsung. Yang bagus itu bagaimana. Jadi, pengalaman dan ilmunya mereka itu nambah. Kalau ada kerjaan seperti ini lagi, kan sudah bisa sendiri," katanya.
Secara umum, ada tiga jenis pekerja yang digunakan PT DRU Lampung. "Ada yang disebut pekerja tetap. Ini yang penggajiannya bulanan. Ada yang disebut pekerja harian lepas. Dibayar mingguan karena masih dalam tahapan magang. Yang terakhir adalah pekerja harian tetap yang dibayar secara mingguan," kata Edy lebih lanjut.
Selain gaji, untuk memberikan kenyamanan dalam meningkatkan kinerja, dalam mengerjakan pembuatan kapal ini para pekerja juga mendapatkan jaminan asuransi BPJS dan Jamsostek (pensiun) bagi pekerja tetap.
KRI Teluk Bintuni Diambil Dari Nama Teluk Di Papua
KRI Teluk Bintuni adalah nama yang diberikan Kementerian Pertahanan dan Keamanan (Kemenhankam) RI untuk kapal perang khusus pengangkut tank yang dibuat oleh PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung. Untuk penamaan kapal perang perdana buatan swasta tersebut, dua anggota Satuan Tugas Angkatan Laut (Satgas AL) yang mengawal dan mengawasi keseluruhan proses pembuatan kapal tersebut Letkol Haris Punomo (40) dan Mayor Yan Saragih (35) bersedia berbagi informasi.
"Nama lengkapnya KRI Teluk Bintuni 520. Yang memberi nama adalah Kemenhankam RI selaku pemilik kapal ini. Nama Teluk Bingkuni merupakan nama dari salah satu teluk yang ada dibagian kepala burung dari Papua," Jelas Letkol Haris Punomo (40). Untuk alasan spesifik kenapa kapal jenis Landing Shift Tank (LST) tersebut diberi nama Teluk Bintuni, Haris terus terang menyebut tidak mengetahui secara jelas alasan dibalik pemberian nama tersebut. "Nanti saat launching ada petinggi dari Mabes AL. Mabes yang punya hak tentukan nama, mereka lebih berwenang untuk menjelaskan alasan pemberian nama tersebut," katanya memberi saran.
Pada awalnya kapal ini diberi nama Angkut Tank 3 (AT-3). Disebut AT-3, karena pada saat awal, ada tiga kapal Angkut Tank milik Kemenhankam RI yang dikerjakan oleh pihak yang berbeda. "Untuk AT-1 dan AT-2 pengerjaannya diberikan kepada BUMN. Sedangkan AT-3 dipercayakan kepada PT DRU Lampung untuk membuatnya. Ketiga kapal AT tersebut, yang paling siap adalah AT-3 ini. Akhirnya, AT-3 ini yang diputuskan Kemenhankam RI selaku owner untuk tampil saat HUT TNI nanti di Surabaya. Diberi nama KRI Teluk Bintuni sekitar dua bulan lalu. Tidak ada acara ceremonial khusus untuk pemberian nama tersebut," jelas General Manager PT DRU Lampung A Harryadi P (40) saat ditanya saibumi.com tentang nama kapal perang perdana yang mereka buat itu.
Untuk angka 520 yang tertulis dilambung kapal perang khusus pengangkut tank jenis Leopard milik Angkatan Darat tersebut, Mayor Yan Saragih (35) kali ini yang angkat bicara. "520 itu kode khusus yang diberikan oleh Markas Besar Angkatan Laut. Angka 5 itu berarti jenis kapalnya adalah kapal angkut tank. Untuk angka 20 itu beda lagi maknanya," jelasnya setengah merahasiakan apa arti angka 20 tersebut.
KRI Teluk Bintuni selanjutnya akan menempati pos di Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). "Ditempatkan disitu untuk siaga kapan saja diperlukan untuk menjelajah keseluruh Nusantara," tambah Yan Saragih.
KRI Teluk Bintuni sudah dijadwalkan tampil perdana langsung dihadapan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono saat HUT TNI 7 Oktober 2014 mendatang (dimundurkan dari 5 Oktober karena pada tanggal tersebut bersamaan dengan Perayaan Idul Adha). Kapal perang perdana yang dibuat di Provinsi Lampung ini akan menjadi maskot dari jajaran kapal perang produksi dalam negeri.
Satgas AL Kawal Langsung Pengerjaan KRI Teluk Bintuni
Seluruh proses pembuatan kapal perang khusus pengangkut tank KRI Teluk Bintuni oleh PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung mendapat "pengawalan" dari Angkatan Laut. Pengawalan khusus tersebut berupa pengiriman satuan tugas Angkatan Laut (Satgas AL). Dari dua anggota Satgas Letkol Haris Punomo (40) dan Mayor Yan Saragih (35), saibumi.com mendapat penjelasan tentang keberadaan Satgas tersebut.
"Satgas untuk KRI Teluk Bintuni ada enam orang. Pemimpin Satgas bernama Kol Laut (P) Stadiono Rianto. Tugas Satgas adalah mengawasi dan mengawal kontrak pembuatan kapal dari awal sampai delivery alias serah terima," jelas Letkol Haris Punomo (40).
"Keberadaan Satgas disini sebagai owner representatif. Sudah ada di Lampung ini sejak April 2013. Satgas membentuk sistem pengawasan setiap hari. Membuat laporan dwi mingguan ke Menhan dan Mabes AL. Setiap hari selalu adakan konsolidasi dengan kru dari PT DRU," jelas Mayor Yan Saragih (35).
Keberadaan Satgas juga untuk mengatasi permasalahan di lapangan. "Kalau untuk tingkat sederhana bisa langsung eksekusi di lapangan. Kalau untuk tingkat lebih besar harus konsultasi dulu ke Mabes AL. Masalah sederhana itu contohnya warna interior kursi, dinding, dan sebagainya. Intinya masalah yang tidak mengganggu kepada wujud inti dari kapal. Karena kapal ini nantinya dipakai AL jadi segala macam disesuaikan dengan aturan dan kebiasaan AL yang mungkin buat PT DRU kurang paham secara detail," jelas Haris yang berasal dari Surabaya ini.
Saat disinggung soal kru kapal (Anak Buah Kapal / ABK) yang akan mengoperasikan kapal perang jenis Landing Shift Tank (LST) tersebut, Mayor Yan Saragih tak pelit berbagi informasi. "ABK-nya sedang latihan di Kolatarmabar (Komando Latihan Armada Bagian Barat ). Total ada 111 orang. Sudah termasuk Komandan dan perwira 13 orang. Dijadwalkan hari ini, 4 September 2014 sudah sampai disini untuk mulai proses adaptasi pengoperasian kapal itu," jelas pria asal Jakarta ini.
ABK tersebut juga akan langsung diikutkan pada Sea Trial kapal khusus pengangkut tank jenis Leopard tersebut tanggal 21 September 2014 mendatang. "Lihat langsunglah bagaimana pengoperasian kapal selama tahapan uji coba pada Sea Trial yang direncanakan selama 3 hari itu," tambah Haris.
SBY akan Inspeksi Langsung KRI Teluk Bintuni
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ternyata menaruh perhatian besar terhadap keberadaan kapal khusus angkut tank KRI Teluk Bintuni buatan PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung. Hal tersebut Saibumi.com simpulkan dari penjelasan dua anggota Satgas Letkol Haris Punomo (40) dan Mayor Yan Saragih (35).
"Bapak Presiden memang sudah memprogramkan untuk sistem pertahanan dan keamanan negara kita menggunakan produk asli buatan dalam negeri. Juga dengan memakai bahan-bahan yang dihasilkan oleh negara kita sendiri. Jadi, dengan selesainya KRI Teluk Bintuni ini sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Bapak Presiden," kata Letkol Haris Punomo.
Lebih lanjut Mayor Yan Saragih mengatakan KRI Teluk Bintuni sudah dijadwalkan meninggalkan galangan kapal PT DRU Lampung yang berada di KM 12 Srengsem Panjang pada 25 September 2014. "Rencana berangkat malam dari galangan kapal PT DRU Lampung. Menuju Jakarta dahulu. Soalnya Bapak Presiden SBY mau melihat langsung dulu kapal ini. Mau diinspeksi dulu. Kemudian tanggal 28 September 2014 dijadwalkan untuk dimuat 10 tank Leopard. Baru berangkat ke Surabaya. Jadi kapal dalam kondisi full loaded menuju Surabaya," jelas Yan Saragih rinci.
Disebut full loaded karena keberadaan sepuluh tank jenis Leopard milik Angkatan Darat yang didatangkan dari Jerman tersebut menambah sistem persenjataan yang sudah dipasang saat KRI Teluk Bintuni meninggalkan Lampung.
Saat HUT TNI 7 Oktober 2014 (seharusnya pada 5 Oktober 2014, hanya karena tahun ini bertepatan dengan Perayaan Idul Adha, acara HUT TNI dimundurkan), KRI Teluk Bintuni menjadi maskot dalam parade kapal perang yang akan melintas didepan Presiden SBY dan tamu-tamu besar lainnya. "Setiap kapal perang itu ada hirarkinya. Kapal perang ini akan jadi maskot untuk kapal pertahanan khusus yang diproduksi oleh dalam negeri. Nah, sebelum ikut dalam parade, KRI Teluk Bintuni dan para ABK dijadwalkan ikut latihan membentuk formasi yang akan ditampilkan saat parade didepan Presiden SBY," jelas Haris lagi.
Sumber : Saibumi
0 komentar:
Posting Komentar