ANGKASA-(IDB) : Tingkat deterens jet tempur Su-27/30 TNI AU meningkat tajam setelah
Kementerian Pertahanan RI melengkapi armada Flanker Skadron Udara 11
dengan beragam rudal berbahaya termasuk yang satu ini, Kh 31P.
Dikembangkan oleh Tactical Missile Corporation (sebelum tahun 2002
bernama Zvevda-Strela), rudal Kh-31P dengan seeker pasif mampu
menjangkau sasaran hingga 110 km, bahkan lebih, menjadikan rudal berkode
NATO AS-17 Krypton (di Rusia X-31) ini sebagai rudal supersonik pelumat
satuan radar maupun alutsista lain yang menggunakan sistem kontrol
radar.
Beragam sasaran yang mengeluarkan emisi radar dapat dihancurkan
menggunakan rudal antiradiasi (ARM) dengan bentuk menyerupai roket
peluncur pesawat ulang-alik ini. Tak mengherankan walau platform rudal
ini merupakan rudal udara ke darat, namun rumor telah berkembang lama
bahwa tahun 1992 di Pameran Kedirgantaraan Moskow disebutkan bahwa
Zvevda-Strela tengah mengembangkan Kh-31 versi udara ke udara dengan
julukan si “AWACS Killer”. Isu yang belum bisa dibuktikan ini berkembang
lagi tahun 2005 dimana China yang membeli KR-1 (versi ekspor Kh-31
untuk China) kemudian membuat YJ-91 (produksi Kh-31 dalam negeri China
dengan kemampuannya lebih dari rudal aslinya) disebut-sebut juga membuat
“AWACS Killer”.
Kh 31P hanyalah satu dari sekian varian rudal Kh-31 yang rancangannya
dibuat oleh GI Khokhlova dari Biro Desain Star tahun 1975.
Ketidakpuasan akan performa rudal X-27PS PRR (Kh-27PS) yang dibuat tahun
1972, mendorong dibuatnya Kh-31P sebagai rudal antiradiasi udara ke
darat dengan kecepatan lesat dan jarak jangkau terhadap sasaran yang
jauh. Dibuatnya Kh-27 juga terdorong oleh munculnya ancaman baru dari
rudal-rudal darat ke udara, mulai dari rudal MANPADS, MIM-104 Patriot,
MIM-23 Hawk, MIM-14 Nike Hercules, dan juga sistem tempur Aegis yang
digunakan Angktan Laut. Kunci untuk menghancurkan target-target ini
tentu saja Kh-31P harus memiliki spesifikasi yang lebih seperti yang
disebutkan di awal: berkecepatan tinggi dan berdaya jangkau jauh.
Sepuluh Negara
Kh-31P pertama kali diuji coba pada Mei 1982 menggunakan pesawat
MiG-27M. Rudal dengan dimensi panjang 4,7 m dan diamter 36 cm ini terus
menjalani uji coba dan penyempurnaan hingga akhirnya mulai diproduksi di
Kaliningrad oleh Zvevda-Strela tahun 1987. Kemunculannya pertama kali
di depan publik adalah dalam pameran di Dubai 1991 dan cukup
menghebohkan banyak pihak. Selain membuat rudal Kh-31P (ARM),
Zvevda-Strela juga membuat Kh-31A tahun 1989 yakni rudal antikapal
dengan seeker aktif yang dapat menghancurkan sasaran sekelas kapal
perusak (destroyer).
Kh-31P berbobot 600 kg, dilengkapi 87 kg hulu ledak serta dapat
diluncurkan dari pesawat Su-27/30 dengan ketinggian 0,1-15 km dengan
jarak luncur terdekat 150 km. Sementara Kh-31A memiliki bobot lebih
berat yakni 610 kg dan hulu ledak 90 kg, namun memiliki jarak jangkau
yang lebih pendek yakni 25-50 km.
Bentuk rudal Kh-31P memanjang runcing, namun pada bagian ekor
dilengkapi dengan buster dan sistem propulsi dua tingkat. Sebagian besar
kalangan menyebut rudal ini merupakan model mini dari rudal jelajah
ramjet antikapal P-270 Moskit (SS-N-22 Sunburn) buatan MKB Raduga yang
memunyai dimensi panjang 9,745 m dan bobot 4.500 kg serta jarak jangkau
mencapai 120 km.
Sumber : Angkasa
Mantap, selanjutnya kembangkan dinegri sendiri.
BalasHapusMengkali penerimaan pajak dari masyarakat menengah ke atas perlu ditingkatkan. Sehingga pemerintah punya dana berlimpah utk antara laen keperluan riset teknologi kemiliteran.
HapusAmiin..
BalasHapusPT Pindad, PT Len, PT DI, BPPT, para Universitas dan seluruh anak2 bangsa hrs mereka yasa agar dpt membuatnya utk penghancuran dominasi para penjahan Dunia serta berupa alat2 pertahanan elektronik lawan. Salam..................
BalasHapusBetul bung, kemajuan Alutsista Militer sudah pasti harus selaras dengan kemajuan Sains, R & D..... Untuk itulah TNI wajib memiliki fasilitas R & D bekerjasama dengan Universitas2 yg wajib pula membukukan kurikulum Sains untuk Hankam.
BalasHapus