ARC-(IDB) : Satu lagi kabar baik bagi Industri
Pertahanan dalam negeri. ARC mendapat kabar, sudah ditanda tangani MoU
kerja sama pembangunan pabrik propelan antara PT.DAHANA dengan Roxel
serta Eurenco dari Prancis. Pengumuman kerja sama itu sendiri akan
diumumkan oleh Kementrian Pertahanan dalam waktu sangat dekat.
Dalam kerjasama itu, semua pihak sepakat membangun pabrik
propelan di kawasan Subang Jawa Barat. Pabrik seluas 50 ha ini nantinya
dibangun di area PT. Dahana dan akan memakan waktu pembangunan selama 4
tahun. Diharapkan, groun breaking pertama pabrik propelan nasional ini
akan berlangsung sebelum HUT TNI 5 oktober mendatang.Produk yang
dihasilkan nantinya akan diserap oleh industri pertahanan, terutama
bahan baku untuk membuat peluru, roket dan peluru kendali.
Roxel sendiri merupakan penghasil propelan ternama asal Prancis.
Hampir semua Roket dan Rudal buatan eropa barat menggunakan propelan
buatan Roxel. Diantaranya keluarga Exocet, Mistral, Rapier, hingga
RBS-15 dan lainnya. Kabarnya juga, Roxel berpengalaman memasok propelan
Munisi Kaliber Khusus untuk PT.Pindad
Sementara Eurenco merupakan perusahaan yang mengembangkan,
memproduksi dan menyediakan aneka ragam bahan energetik untuk pertahanan
dan pasar komersial. Termasuk untuk bahan isian propelan dan hulu ledak
meriam, hingga rudal anti tank.
Upaya kemandirian di bidang propelan ini sendiri merupakan salah satu
program utama KKIP. Industri propelan merupakan salah satu industri
strategis menuju kemandirian di bidang Roket serta Peluru Kendali.
Sehingga cita cita Roket serta Rudal nasional kini semakin mendekati
kenyataan.
Sumber : ARC
Mantap, selanjutnya bangun pabrik pabrik mesin pesawat tempur, mesin kapal selam, mesin tank dan alat penunjang rudal agar Indonesia mandiri.
BalasHapusKalau berita ini benar perlu di pelototi kontrak kerjasamanya.Jangan sampai Indonesia cuma sekedar tempat memproduksi terus di export lagi.Indonesia kalau butuh produk mereka harus dapat izin dulu dari induk perusahaan di eropa sana dan diperlakukan sama dengan pembeli luar hal itu tentu tidak kita kehendaki.Gimana dengan sistem kerjasamanya berapa persen indonesia ikut dan perjanjian detail lainnya.Kita sudah kenyang dengan kerjasama ,ujung ujungnya kita di rugikan akibat tidak cermat dalam bikin perjanjian .Contoh perjanjian tempat latihan militer dengan Singapure di riau ,perjanjian free port,perjanjian bikin rudal dengan china,perjanjian bikin kapal PKR dengan Belanda,tot nya,tidak sesuai dengan yang diharapkan akibat tidak cermat dan teliti pejabat kita.Pembelian super tukano dengan Brazil masak udah di bayar lunas tapi barangnya tidak datang.Kenapa harus di bayar di depan sedang kita belum tau reputasinya.Harus diteliti juga dampak lainnya dari segi politik dan sebagainya.Kalau semua aspek sudah diperhatikan dan menguntungkan kedua belah pihak kita harus sambut positif progres yang luar biasa ini.
BalasHapus